Rabu, 02 November 2016

Cadangan Migas RI Jadi Aset Pertamina, Ini Manfaatnya


Cadangan Migas RI Jadi Aset Pertamina, Ini Manfaatnya
Foto: Michael Agustinus-detikFinance

Jakarta - Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas)0 Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Energi dan Migas yang diselenggarakan di Hotel Fairmont, Jakarta, hari ini, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menyatakan keinginannya agar revisi UU Migas dapat memperkuat BUMN perminyakan, yaitu PT Pertamina (Persero).

Caranya dengan mengalihkan cadangan migas nasional yang saat ini dikuasai kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kepada Pertamina. Cadangan migas nasional akan dijadikan leverage alias aset yang dapat digunakan Pertamina untuk mencari pinjaman.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, menyambut baik usulan Arcandra. Kalau itu bisa terwujud, kemampuan investasi Pertamina akan jadi lebih besar, bisa untuk pembangunan infrastruktur migas, menguasai lebih banyak blok migas, dan eksplorasi untuk mencari cadangan-cadangan migas baru.

"Itu justru yang kita lihat sebagai sebuah potensi agar kita bisa mempercepat pembangunan infrastruktur, mempercepat peningkatan cadangan untuk upstream (hulu). Dengan kita memonetisasi (cadangan migas nasional), kita akan memiliki kemampuan investasi besar. Investasi bisa kita lakukan untuk eksplorasi, untuk penguasaan penguasaan blok migas," kata Dwi usai menghadiri Rakernas Kadin di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (1/11/2016).

Dwi menambahkan, ke depan kemungkinan SKK Migas akan menjadi unit di bawah Pertamina. Perusahaan hulu migas yang menjadi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan berkontrak dengan unit di bawah Pertamina ini.

"Cadangan migas bisa menjadi aset Pertamina, tetapi bahwa Pertamina berkontrak (dengan KKKS) lewat unit di bawahnya. Pertamina akan menjadi strategic holding yang di bawahnya semacam unit-unit yang akan berkontrak. Tapi untuk kebijakan tetap di Kementerian ESDM, sementara pelaksanaan kontrak ada unit khusus," tutupnya.



Credit  detikFinance


ESDM: Kuasai Cadangan Migas RI, Pertamina Bisa Saingi Petronas

ESDM: Kuasai Cadangan Migas RI, Pertamina Bisa Saingi Petronas
Foto: Grandyos Zafna

Jakarta - Dalam Rapat Kerja Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Energi dan Migas yang diselenggarakan di Hotel Fairmont, Jakarta, hari ini, Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, menyatakan keinginannya agar revisi UU Migas dapat memperkuat BUMN perminyakan, yaitu PT Pertamina (Persero).

Caranya dengan mengalihkan cadangan migas nasional yang saat ini dikuasakan kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kepada Pertamina.

Cadangan migas nasional akan dijadikan leverage alias aset yang dapat digunakan Pertamina untuk mencari pinjaman.

Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, menyatakan beberapa negara telah melakukan cara tersebut untuk membesarkan BUMN perminyakannya (National Oil Company/NOC). Misalnya di Malaysia, Petronas punya modal yang kuat dan kemampuan investasi yang besar berkat penguasaan cadangan migas nasional.

"Beberapa negara menggunakan aset migasnya sebagai leverage untuk NOC-nya. Itu yang membuat NOC cepat besar kalau dikelola dengan baik. Contohnya Malaysia, aset migas Malaysia untuk leverage Petronas jadi cepat sekali berkembang," kata Wirat, usai menghadiri Rakernas Kadin Bidang Energi dan Migas di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (1/11/2016).

Kalau Indonesia melakukan hal yang sama, bukan tidak mungkin Pertamina bisa menyaingi Petronas, asalkan modal yang diperoleh dengan menjaminkan cadangan migas nasional dikelola dengan baik.

Wirat menambahkan, Pertamina memerlukan banyak uang untuk menjalankan berbagai proyeknya. Contohnya untuk 4 proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan 2 Grass Root Refinery (GRR), Pertamina membutuhkan US$ 40 miliar.

Belum lagi untuk investasi di hulu migas, Blok Mahakam saja membutuhkan US$ 2 miliar per tahun. Itulah sebabnya Kementerian ESDM mengupayakan agar cadangan migas nasional bisa dikuasakan kepada Pertamina.

"Aset hulu kita kan besar sekali. Kalau bisa jadi leverage, misalkan diserahkan ke Pertamina, Pertamina bisa menggunakan sebagai leverage untuk meminjam dana bangun kilang dan sebagainya," tutupnya.


Credit  detikFinance


Ini rekomendasi Bappenas soal tanggul raksasa

 
Ini rekomendasi Bappenas soal tanggul raksasa
JAKARTA. Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) baru saja menyelesaikan kajian mereka terhadap rencana pembangunan Proyek Pengembangan Wilayah Pesisir Ibukota (NCICD). Dalam kajian tersebut, Bappenas merekomendasikan pemerintah untuk fokus dalam membentengi wilayah Jakarta dari terjangan air laut.
Wismana Adi Suryadibrata, Deputi Sarana dan Prasarana mengatakan, setidaknya ada sembilan titik kritis yang dari hasil kajian direkomendasikan Bappenas untuk ditangani dengan pembangunan tanggul raksasa dulu.
Total Panjang tanggul yang perlu dibangun di sembilan titik, yang salah satunya terdapat di Muara Baru Jakarta, mencapai 28,6 kilometer. "Kritis ini artinya, tinggi tanggul yang ada saat ini dengan permukaan air sudah tinggal 0,5 meter, sehingga ketika air pasang, daratannya tergenang," katanya, Selasa (1/11).
Wismana mengatakan, kebutuhan dana yang diperlukan untuk pembangunan tanggul di sembilan titik kritis tersebut sekitar Rp 10 triliun. Alokasi dana tersebut akan dipikul pemerintah pusat dan Pemda DKI Jakarta.
Sementara itu, swasta belum direkomendasikan untuk dilibatkan. "Sembilan titik kritis ini tugasnya pemerintah," katanya.
Bambang Brodjonegoro, Kepala Bappenas sementara itu mengatakan, fokus tersebut dibuat demi menyelamatkan Jakarta. "Paling tidak untuk sepuluh tahun ke depan," katanya.


Credit  Kontan.co.id


Bappenas sarankan bangun tanggul di 9 titik kritis


Bappenas sarankan bangun tanggul di 9 titik kritis

JAKARTA. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) baru saja merampungkan kajian proyek tanggul raksasa Jakarta atau dikenal dengan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Hasil rekomendasi tim kajian ini menyatakan agar pemerintah fokus untuk membentengi wilayah Jakarta dari air laut.
Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas Wismana Adi Suryabrata mengatakan, berdasarkan hasil kajian tim Bappenas, setidaknya ada sembilan titik kritis yang direkomendasikan untuk segera ditangani lewat pembangunan tanggul raksasa.
Total panjang tanggul yang perlu dibangun di sembilan titik itu mencapai 28,6 kilometer (km) yang berlokasi di Jakarta Utara. Salah satunya terdapat di Muara Baru. "Yang disebut kritis artinya batas tinggi tanggul yang ada saat ini dengan permukaan air hanya tinggal 0,5 meter. Sehingga saat air pasang, daratannya tergenang," ungkap Wismana, Selasa (1/11).
Menurut Wismana, anggaran yang dibutuhkan untuk membangun tanggul di sembilan titik itu sekitar Rp 10 triliun. Rencananya, biaya pembangunan tanggul di sembilan titik kritis itu akan dipikul pemerintah pusat dan pemerintah provinsi DKI Jakarta.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menambahkan, rekomendasi tim kajian Bappenas terkait fokus pembangunan tanggul di sembilan titik kritis ini bertujuan untuk menyelamatkan Jakarta. "Paling tidak untuk waktu 10 tahun ke depan," ungkapnya.
Swasta tak terlibat
Sementara itu, Wismana bilang, dari kajian tim Bappenas juga belum merekomendasikan keterlibatan swasta untuk turut serta membangun tanggul di sembilan titik kritis itu. Sebab, "Proyek di sembilan titik kritis ini tugas pemerintah," ungkapnya.
Bahkan, Bambang menambahkan sebenarnya pembiayaan untuk pembangunan tanggul di sembilan titik kritis ini sanggup dibiayai dari APBD DKI Jakarta. "DKI Jakarta sanggup membiayai Rp 10 triliun. Itu bukan proyek satu tahun," imbuhnya.
Catatan saja, sebelumnya pemerintah berencana melibatkan swasta dalam membangun proyek tanggul raksasa. Mereka adalah perusahaan yang memiliki lahan di sepanjang Pantai Utara Jakarta, termasuk pengembang kawasan reklamasi.


Credit  Kontan.co.id


Pendanaan proyek tanggul raksasa diserahkan ke DKI


Pendanaan proyek tanggul raksasa diserahkan ke DKI
JAKARTA. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) akan merekomendasikan kepada pemerintah agar pembiayaan pembangunan Tanggul Raksasa Jakarta di sembilan wilayah kritis ditangani Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Bambang Brodjonegoro, Kepala Bappenas yakin, DKI Jakarta akan mampu untuk mendanai pembangunan tanggul tersebut. "Sanggup, kan bukan proyek setahun," katanya di Komplek Istana Negara Selasa (1/11).
Bappenas telah menyelesaikan kajian mereka terhadap rencana Proyek Pengembangan Wilayah Pesisir Ibukota Jakarta. Wismana Adi Suryadibrata, Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas mengatakan, dari hasil kajian tersebut, Bappenas merekomendasikan kepada pemerintah untuk terlebih dahulu fokus dalam menangani banjir rob di sembilan daerah kritis di wilayah Jakarta Utara.
Fokus tersebut, perlu dilakukan dengan membangun tanggul di sembilan wilayah kritis tersebut. "Total panjang tanggul kalau disambung 28,6 kilometer," katanya.
Wismana mengatakan, total dana yang diperlukan untuk pembangunan tanggul tersebut mencapai sekitar Rp 10 triliun




Credit  Kontan.co.id













Benarkah Senjata Radio-Elektronik Rusia Tak Ada Tandingannya di Dunia?

 
Rusia sukses menguji coba senjata radio-elektronik baru mereka. Pakar militer menyebutkan bahwa sistem baru ini akan bertugas menghancurkan perangkat yang dimiliki pesawat dan pesawat tanpa awak, sekaligus perangkat elektronik dalam senjata berpresisi tingi.
Electronic warfare
Sebanyak 70 persen armada senjata radio-elektronik akan dilengkapi dengan berbagai model baru sistem persenjataan pada 2020. Sumber:  Pavel Lisitsyn/RIA Novosti
Rusia telah menguji senjata radio-elektronik yang tak ada tandingannya di dunia, demikian dilaporkan media Rusia mengutip perwakilan perusahaan Rostec, produsen produk-produk industri milik negara.
Saat ini, model-model senjata baru diklasifikasikan sebagai ‘sangat rahasia’ dan hanya komando tertinggi Rusia yang sudah melihat mereka dalam pameran tertutup pada Forum Army 2016 dan Forum eknis-Militer Internasional Army High-Tech 2016.
Perusahaan Rostec hanya membocorkan sebagian potensi yang dimiliki senjata model baru mereka. Humas Rostec Leonid Khozin menyatakan bahwa senjata baru ini terdiri dari perangkat elektronik yang bekerja dengan prinsip panjang gelombang.
“Ia bisa melumpuhkan perangkat elektronik dan lainnya pada pesawat, pesawat tanpa awak, serta senjata berpresisi tinggi milik musuh. Ini adalah senjata darat. Di saat yang sama, ia dapat melakukan serangan darat, laut, dan udara,” terang Khozin.
Ia menyebutkan bahwa perangkat ini mampu ‘menyerang’ target yang berada beberapa kilometer jauhnya. Namun, ia menolak untuk berkomentar lebih lanjut mengenai rahasia negara tersebut.

Siapa yang Akan Menggunakan Senjata Radio-Elektronik?

Menurut pengamat militer dari Gazeta.ru Mikhail Khodarenko, sistem semacam ini digunakan oleh pasukan senjata radio-elektronik. Kemampuan untuk ‘mematikan misil’ dari jarak jauh sebelum peluncurannya merupakan salah satu faktor penentu kemenangan dalam perang senjata modern.
“Perangkat tempur elektronik dapat memenangkan pertempuran bahkan sebelum perang dimulai secara ‘resmi’. Mereka dapat menyalakan sistem yang secara elektronik memojokkan sistem komunikasi, radar, pemanduan, serta penargetan musuh, dan tak akan ada satu unit tempur pun yang bisa bergerak dari tempat ia berada. Unit itu tak akan bisa bereaksi terhadap tembakan dan akan dihancurkan pada menit-menit pertama pertempuran,” terang sang pakar.
Di ranah militer, baik di Rusia maupun negara lain, kekuatan semacam ini biasanya tak dibicarakan di publik. Dalam militer, pasukan ini masuk dalam subunit komunikasi.
Alasannya, mereka perlu melakukan fungsinya secara tersembunyi dari mata musuh.

Pengalaman di Suriah

Sistem senjata radio-elektronik tak hanya digunakan sebagai perangkat ‘penyerang’, tapi juga berfungsi untuk menyembunyikan pasukan dari misil dan pesawat musuh dalam pertempuran.
Sebagai contoh, helikopter tempur Ka-52, yang pertama kali ‘dibaptis’ di langit Suriah, dilengkapi oleh sistem perlindungan individu Vitebsk dan President.

“Mereka menciptakan gangguan bagi misil dengan hulu ledak optikal dan inframerah bergerak, menciptakan ‘jebakan’ elektronik khusus di area gangguan. Mereka juga menginformasikan pilot yang mendekati misil musuh. Tergantung pada tipe hulu ledak, mereka bisa mematikannya dari lintasan hulu ledak tersebut saat ia terbang menuju target,” terang Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva (Gudang Senjata Tanah Air) Victor Murakhovsky.
Potensi sistem senjata radio-elektronik yang terpasang di helikopter dapat digambarkan seperti sistem radar serupa yang digunakan untuk melindungi perangkat dari misil pendeteksi panas.
Pernah ada insiden di pinggiran Aleppo yang terekam oleh pasukan Asala wa-al-Tanmiya — salah satu kelompok “oposisi moderat” yang didukung AS. Pasukan antipemerintah tersebut meletuskan tembakan dari sistem misil antipesawat Igla-1 pada helikopter angkut militer Suriah Mi-17.
Terlihat jelas bagaimana sistem elektronik mereka bereaksi.

Selain itu, menurut Murakhovsky, sistem senjata radio-elektronik Krasukha-4 ditempatkan di sekitar markas Hmeimim untuk melumpuhkan penyadapan dan senjata musuh yang mengarah pada sistem. Krasukha-4 “menjangkau” semua sistem pelacak musuh sejauh 250 kilometer.
“Di Rusia, sistem senjata radio-elektronik selalu dikembangkan dengan giat. Masalah utama terletak pada ‘elemen dasar’. Sebagaimana yang diketahui, Rusia tak bisa memproduksi model teknologi tinggi terbaik karena peraturan internasional. Namun, terkait sistem senjata radio-elektronik (frekuensi supertinggi, gallium arsenide, dan komponen energi), Rusia melakukannya dengan sangat baik,” kata Murakhovsky menyimpulkan.
Para pakar yakin bahwa sebanyak 70 persen armada senjata radio-elektronik akan dilengkapi dengan berbagai model baru sistem persenjataan pada 2020.





Credit  RBTH Indonesia





Saab Jor-Joran di Indo Defence, Apa yang Akan Ditawarkan?



JAS-39 Gripen milik AU Swedia. Sumber gambar: wikipedia

Sebagai salah satu perusahaan pertahanan yang sedang berkompetisi mendapatkan porsi anggaran belanja pertahanan Indonesia, sudah pasti Saab bakal mengeluarkan jurus-jurus andalannya di pagelaran Indo Defence Expo & Forum 2016 tanggal 2-5 November mendatang.

Apa yang akan Saab promosikan dalam perhelatan akbar ini?
Gripen, pesawat tempur multiperan paling canggih di dunia.

Swiss Pilots flies Gripen E/F Test Aircraft in Sweden. Sumber gambar: Saab AB
Swiss Pilots flies Gripen E/F Test Aircraft in Sweden. Sumber gambar: Saab AB
Teruji, terbukti, dalam masa produksi dan selalu siap tersedia, Gripen disebut-sebut menjadi salah satu pesawat tempur yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia untuk memenuhi kekuatan udara abad ke-21. Simulator kokpit Gripen buatan Saab akan hadir di stand Saab selama pameran. Pengunjung Indo Defence bisa menjajal secara langsung simulator kokpit Gripen.
GlobalEye, sistem pengawasan multiperan buatan Saab yang revolusioner.

Sumber gambar: Saab
Sumber gambar: Saab
Dengan radar Erieye ER yang paling baru, kapabilitas misi ganda yang canggih dari C4I, GlobalEye menggabungkan peran sistem peringatan dan kendali udara, patroli maritim dan pengawasan darat semuanya dalam satu platform. GlobalEye dapat memberikan keamanan dan kewaspadaan penuh untuk Indonesia.
Sistem pertahanan udara berbasis darat (GBAD, Ground Based Air Defence).

Sumber gambar: Saab
Sumber gambar: Saab
Saab mempunyai kapabilitas untuk memberikan solusi GBAD yang lengkap dan mutakhir ke Indonesia. Di Indo Defence 2016 saksikan kombinasi yang unik antara sistem misil RBS 70 NG dan radar Giraffe 1X AESA.  
Sistem pertempuran laut.

Sumber gambar: Saab
Sumber gambar: Saab
Saab dapat memberikan kapabilitas peperangan laut yang melingkupi semua lini, dari misil sampai sensor, semua terintegrasikan dengan sistem manajemen pertempuran (Combat management systems) untuk segala jenis kelas kapal. Saab siap untuk menyediakan beragam solusi sistem manajemen pertempuran untuk program maritim Indonesia di masa depan. 





Credit  Angkasa.co.id





Ramaikan Indo Defence 2016, Kapal Perang Rusia Tiba di Tanjung Priok

 
indo defence 2016
Sumber gambar: ship-photo-roster.com
Pameran senjata dan peralatan militer internasional Indo Defence 2016 dalam hitungan jam akan segera dibuka. Lebih dari 20 produsen senjata asal Rusia akan ikut meramaikan pameran strategis Indo Defence 2016 ini. Kapal perang Rusia pun telah bersandar di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) II Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, hari ini (Senin, 31/10/2016) untuk turut ramaikan pameran tersebut.
Kedatangan kapal perang anti kapal selam Laksamana Tributs-564 milik Angkatan Laut Rusia berjenis Destroyer yang dipimpin oleh Lieutenant Commander Artem Kolpashchikov ini disambut langsung oleh Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Danlantamal)  III Jakarta Brigjen TNI (Mar) I Ketut Suardana. Pengalungan bunga dan persembahan tarian tradisional turut meramaikan acara penyambutan tersebut.
Turut mendampingi Danlantamal III pada acara penyambutan kapal Armada Pasifik AL Rusia tersebut antara lain Asops Danlantamal III Kolonel Laut (P) Teddie Bernard Hernawan, Asrena Danlantamal III Kolonel Laut (S) Hery Setyo Nugroho, Dansatkamla Lantamal III Letkol Laut (P) Agus Lukman, Kadissyahal  Lantamal III Jakarta Letkol Laut (P) Arief Sebastian, serta pejabat dari Atase pertahanan dan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.
Wakil Komandan Flotilla dari Armada Pasifik Laksamana Eduard Mikhailov mengatakan, Laksamana Tributs datang ke Jakarta demi memenuhi undangan menteri pertahanan Indonesia untuk menghadiri pameran senjata dan peralatan militer Internasional Indo Defence 2016. Pameran strategis ini akan berlangsung mulai Rabu (2/11/2016) hingga empat hari ke depan di JIExpo Kemayoran Jakarta.
Laksamana Tributs memiliki panjang 163 meter, lebar 19,02 meter, dan bobot 6.955 ton. Dengan kecepatan 30 knot, kapal ini mampu menjelajah sejauh 2.600 kilometer. Sementara, dengan kecepatan 18 knot, jarak jelajah kepal bisa mencapai 7.700 kilometer. Kapal yang dilengkapi berbagai senjata dan perangkat sensor ini akan berlabuh di Jakarta hingga Sabtu (5/11).
Selain bertandang untuk menghadiri Indo Defence 2016, rencananya Laksamana Tributs-564 akan berada di Jakarta dengan agenda kegiatan antara lain Courtesy Call (CC) ke Pangarmabar, Danlantamal III dan Walikota Jakarta Utara. Selain itu, kapal perang ini akan menerima kunjungan murid sekolah Rusia, olahraga bersama ABK Kapal di Mako Lantamal III, open ship untuk siswa dan umum, menerima kunjungan KSAL Laksamana TNI Ade Supandi dan diakhiri dengan latihan PASSEX/COMMEX antara TNI AL dan AL Rusia di perairan Teluk Jakarta.




Credit  Angkasa.co.id









Putra Mahkota Akan Jadi Raja Baru Thailand pada 1 Desember

 
Putra Mahkota Akan Jadi Raja Baru Thailand pada 1 Desember
Putra Mahkota Kerajaan Thailand, Pangeran Maha Vajiralongkorn, akan dikukuhkan sebagai raja baru Thailand pada 1 Desember 2016. Foto/REUTERS
 
BANGKOK - Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn akan dikukuhkan sebagai raja baru Thailand pada tanggal 1 Desember 2016. Hal itu diungkap sumber senior di kerajaan Thailand kepada BBC, Rabu (2/11/2016).

Pangeran Vajiralongkorn akan menggantikan mendiang ayahnya, Raja Bhumibol Adulyadej yang meninggal pada tanggal 13 Oktober 2016 di usia 88 tahun.

Pemerintah Thailand  secara resmi telah mengumumkan masa berkabung selama setahun. Raja Bhumibol yang sudah berkuasa selama 70 tahun merupakan sosok yang sangat dihormati rakyat Thailand.

Dia dianggap sebagai sosok yang menstabilkan negara, mempromosikan pembangunan ekonomi dan harmoni sosial di negara yang dilanda siklus kekacauan politik dan beberapa kudeta.

Putra Mahkota Vajiralongkorn tidak sepopuler ayahnya. Dia justru dikenal karena kontroversi yang dia buat, termasuk menikah tiga kali dan semuanya gagal.

Perdana Menteri (PM) Thailand, Prayuth Chan-ocha, mengatakan bahwa pembatasan acara hiburan dan televisi sejak kematian Raja Bhumibol akan dicabut pada 14 November 2016.

“Dalam hal hiburan—sinetron dan film—mereka bisa menikmati lagi nanti. Kami hanya meminta kerjasama, beberapa program perlu untuk menurunkan nada mereka,” katanya.

PM Thailand juga memperingatkan orang-orang untuk tetap menjaga kesopanan sepanjang masa berkabung dan menahan diri dari mengenakan pakaian yang tidak pantas.




Credit  Sindonews





Inggris Klaim Siap Perang Lawan Rusia dalam Dua Tahun

 
Inggris Klaim Siap Perang Lawan Rusia dalam Dua Tahun
Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon, mengatakan militernya siap perang melawan Rusia dalam dua tahun ke depan. Foto/Daily Mirror
 
LONDON - Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon, mengklaim Inggris akan siap berperang melawan Rusia dalam waktu dua tahun. Menurutnya, NATO harus bangun setelah potensi agresi dari Kremlin terus meningkat.

Komentar Fallon ini muncul 10 hari setelah armada kapal induk Rusia Admiral Kuznetsov, berlayar melalui Selat Dover menuju Laut Mediterania.

Inggris menduga armada kapal induk Rusia itu untuk meluncurkan serangan bom terbaru di Suriah untuk mendukung sekutunya, Presiden Suriah Bashar al-Assad. Namun Presiden Rusia Vladimir Putin menyangkal dugaan itu.

Menurut Fallon ancaman Rusia semakin nyata ketika pesawat pengebom Moskow “berdengung” di dekat pertahanan udara Inggirs. Selain itu, kapal-kapal selam Rusia yang bergerak ke Suriah juga melewati lepas pantai Inggris secara tersembunyi.

”Kami telah melihat agresi Rusia jauh lebih besar pada tahun ini, dan tahun-tahun sebelumnya, dalam hal jarak penerbangan, dalam hal aktivitas kapal selam, dan kelompok tugas operator yang berlayar melalui perairan kami dan peran Rusia di Suriah dan di tempat lain,” ujar Fallon kepada Komite Pertahanan parlemen Inggris, seperti dikutip Mirror, Selasa (1/11/2016).

Ketika ditanya apakah Angkatan Darat Inggris akan memiliki kemampuan untuk perang dengan Rusia pada tahun 2018, atau 2019, Fallon menjawab; ”Ya, kami akan siap untuk meningkatkan tempo dalam situasi seperti itu, yang tidak bisa saya  ramalkan."

”Dan, tentu saja, kami tidak akan melakukan hal ini (atas nama) sendiri. Kami akan melakukan hal ini sebagai anggota aktif dari NATO, dan mungkin dalam beberapa jenis skenario NATO,” ujarnya.




Credit  Sindonews




Bos MI5 Sebut Rusia Ancaman Utama Inggris, Kremlin Kesal

 
Bos MI5 Sebut Rusia Ancaman Utama Inggris, Kremlin Kesal
Kepala MI5 Inggris, Andrew Parker, menyebut Rusia sebagai ancaman utama bagi Inggris. Foto/MI5
 
MOSKOW - Kremlin kesal dengan komentar Kepala MI5, Andrew Parker, yang menyebut Rusia sebagai ancaman utama Inggris. Bos mata-mata Inggris itu menuding kebijakan luar negeri Rusia semakin agresif mulai dari spionase hingga serangan cyber.

”Kata-kata tidak sesuai dengan kenyataan,” kesal juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada Guardian hari Selasa. “Sampai ada yang menghasilkan bukti, kami akan mempertimbangkan laporan tersebut tidak berdasar dan tidak beralasan,” lanjut Peskov, yang dikutip Rabu (2/11/2016).

Parker sebelumnya mengatakan bahwa, meskipun ada kekhawatiran yang luas akan bahaya kelompok, namun Rusia menjadi ancaman utama bagi Inggris.

”Ini (Rusia) yang menggunakan seluruh rangkaian organ negara dan kekuatan untuk mendorong kebijakan luar negeri di luar negeri dengan cara semakin agresif, yang melibatkan propaganda, spionase, subversi dan serangan cyber,” kata Parker.

”Rusia sedang bekerja di seluruh Eropa dan di Inggris saat ini. Ini adalah tugas MI5 untuk mendapatkannya di jalan itu,” ujarnya.

“Rusia tampaknya semakin mendefinisikan diri sebagai oposisi terhadap Barat. Anda dapat melihat bahwa di lapangan, ada kegiatan Rusia di Ukraina dan Suriah. Tapi ada aktivitas dengan volume tinggi terlihat dengan ancaman (serangan) cyber ,” papar Parker.

”Rusia telah menjadi ancaman terselubung selama beberapa dekade. Apa yang berbeda hari ini adalah bahwa ada lebih dan lebih dari metode yang tersedia,” imbuh Parker.



Credit  Sindonews





Armada Kapal Induk Rusia yang Gemparkan Barat Tiba di Mediterania

 
Armada Kapal Induk Rusia yang Gemparkan Barat Tiba di Mediterania
Kapal induk Rusia, Admiral Kuznetsov dan rombongannya dilaporkan sudah mencapai Laut Mediterania pada Selasa (1/11/2016). Foto/REUTERS
 
MOSKOW - Armada tempur Rusia yang dipimpin kapal induk Admiral Kuznetsov telah mencapai Laut Mediterania setelah dalam perjalananannya memicu kegemparan di negara-negara Barat. Demikian disampaikan Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu.

Shoigu mengatakan bahwa Moskow telah terkejut oleh sikap negara-negara yang menolak masuk kapal perang dari armada itu ke pelabuhan mereka. Dia mempertanyakan keputusan negara-negara Barat siapa lawan mereka sebenarnya, apakah teroris atau Rusia.

”Pergerakan kapal kami telah menyebabkan kegemparan di antara mitra Barat kami,” kata Shoigu, yang dikutip Russia Today, semalam (1/11/2016).

”Tapi yang paling mengejutkan adalah posisi negara tertentu yang di bawah tekanan Amerika Serikat dan NATO, yang secara terbuka telah menolak masuk kapal perang (Rusia) ke pelabuhan mereka,” ujarnya.

”Itu tidak mempengaruhi jadwal gerakan mereka (armada kapal induk) di sepanjang rute yang dipilih, karena mereka telah disediakan dengan semua sumber daya yang diperlukan,” imbuh Shoigu.

Menteri Pertahanan Rusia itu mencatat bahwa keputusan beberapa negara Barat yang menolak kapal Rusia masuk ke pelabuhan mereka. ”Barat telah menunjukkan bagaimana pada kenyataannya,” ujar Shoigu.

”Ini adalah waktu untuk rekan-rekan Barat kami untuk memutuskan siapa yang mereka perangi sebenarnya, teroris atau Rusia. Sebagaimana salah satu penyair pernah berkata, 'seseorang tidak dapat duduk di satu (lokasi) dan tempat yang sama pada kereta api yang berbeda',” sambung Shoigu.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sempat mengkritik pengerahan armada kapal induk Rusia ke Laut Mediterania yang dia sebut akan digunakan untuk misi tempur di Suriah. ”Kami prihatin dan saya telah menyatakan bahwa sangat jelas tentang penggunaan potensi kelompok pertempuran ini untuk meningkatkan kemampuan Rusia dan menjadi platform untuk serangan udara terhadap Suriah,” katanya.

Rusia mengkritik balik NATO dengan menyebut komentar Stoltenberg tidak membangun. Rusia menegaskan armada kapal induk Admiral Kuznetsov tidak mengambil peran untuk misi tempur di Suriah, tapi hanya patroli rutin di Laut Mediterania.




Credit  Sindonews





TNI AU-Marinir AS Gelar Latihan Bersama di Manado

 
TNI AU-Marinir AS Gelar Latihan Bersama di Manado
TNI AU dan marinir AS menggelar latihan bersama di Manado. Foto/Istimewa

 
JAKARTA - TNI Angkatan Udara (AU) Indonesia dan korps marinir Amerika Serikat (AS) telah memulai latihan gabungan di Manado. Latihan gabungan yang diberi tajuk Cope West tersebut rencananya akan dilakukan selama 10 hari. Latihan bersama antara TNI AU Indonesia dengan AS ini menandai pertama kalinya dalam 19 tahun AU AS dan AU Indonesia mengadakan hubungan bilateral lewat latihan tempur.

Cope West adalah latihan perang yang disponsori oleh Pasific Air Force dan akan melakukan latihan tempur taktis yang melibatkan TNI AU Indonesia dan AU AS. Latihan ini dirancang untuk meningkatkan interoperabilitas antara AS dan Indonesia, memungkinkan pertukaran teknik yang berkaitan dengan operasi udara gabungan khusus untuk AS dan pesawat Indonesia.

Latihan ini juga mempromosikan kerjasama dan kesatuan tujuan. Enam korps F-18 Marinir AS dan enam F-16 TNI AU akan berpartisipasi dalam latihan bersama ini. "Kerjasama pertahanan AS-Indonesia tidak pernah kuat atau lebih komprehensif daripada sekarang ini, dan kami bangga menjadi mitra pertahanan atas Indonesia dalam latihan bersama dan keterlibatan lainnya," kata KUAI AS Brian McFeeters.

"AS adalah temah yang kuat dan mitra yang antusias dengan Indonesia di berbagai bidang, termasuk dalam memperkuat penerbangan dan pertahanan Indonesia. Kami berharap untuk melanjutkan hubungan yang kuat dan berkembang," katanya menyoroti kemitraan strategis antara AS dan Indonesia, dalam rilis yang diterima Sindonews, Selasa (1/11/2016).

Sementara itu mewakili militer AS, Letkol Marinir Stephen McClune menekankan pentingnya latihan bersama. "Indonesia adalah mitra regional yang kuat dan kami menggunakan latihan ini untuk tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis tetapi juga untuk memperkuat persahabatan, saling pengertian, dan saling menghormati antara kedua angkatan bersenjata," katanya.

Dia menambahkan bahwa militer AS dan Indonesia lebih lanjut diuntungkan dengan penggunaan pesawat sejenis. "Kesamaan ini lebih mudah memungkinkan kita bekerjasama untuk mengatasi masalah-masalah regional," katanya.



Credit  Sindonews



Pesawat Tempur TNI AU dan Marinir AS Unjuk Kebolehan

Pesawat Tempur TNI AU dan Marinir AS Unjuk Kebolehan
Ilustrasi pesawat tempur. Foto/SINDOphoto
 
MANADO - Sulawesi Utara (Sulut) khususnya Kota Manado mendapat kunjungan sejumlah pesawat tempur bersama pasukan marinir dari negara sahabat Amerika Serikat (US Marine).

Kedatangan US Marine ke Sulut dalam rangka melaksanakan latihan gabungan bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU).

Kegiatan latihan bersama yang dijadwalkan berlangsung 10 hari ini, dibuka oleh Danlanud Sultan Hasanudin Makassar Marsma TNI Nanang Santoso, didampingi Plt AS Mr Brian McFeefers (PLH Kedubes AS), di Lapangan Avron Bandara Sam Ratulangi, Manado, kemarin.

Hadir dalam kegiatan pembukaan latihan diantaranya Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Kapolda Sulut Irjen Pol Wilmar Marpaung, Kajati Sulut T M Syahrizal, Kabinda Sulut Laksma Hendrawan, Pangkoops AU II Marsda Umar Sugeng Hariono, Wadan lantamal Kolonel Edi Setiawan, Danlanudsri Kolonel Pnb Djoko Tjahjono, Kasrem dan sejumlah perwira lainnya.

Dalam amanatnya, Irup Marsma TNI Nanang Santoso mengatakan latihan gabungan ini merupakan kerja sama TNI dengan Militer AS, guna meningkatkan daya jelajah tempur suatu pesawat dan latihan operasi udara secara bersama, serta cara-cara dasar manuver berbagai pesawat tempur.

“Para personel Korps Marinir Amerika Serikan dan TNI AU ikut berpartisipasi dalam upaca pembukaan yang menandai awal pelaksanaan Cope West, latihan bersama (Latma) 10 hari. Cope West ini juuga menandai pertama kalinya dalam kurun waktu 19 tahun terakhir Angkata Udara AS (USAF) dan TNI AU mengadakan latihan bilateral dengan menggunakan pesawat tempur,” kata Santoso.

Lanjutnya bahwa Latma Cope West ini didukung oleh Pacific Air Forces dan Angkatan Udara kedua Negara, akan terlibat dalam latihan taktis. Latihan ini juga untuk meningkatkan interoperabilitas antara angkatan udara AS dan TNI AU.

“Latihan ini untuk meningkatkan pertukaran infomasi teknis terkait operasi udara gabungan khusus untuk pesawat militer AS dan Indonesia, serta mendorong kerja sama dan kesamaan tujuan. Enam pesawat jet tempur F-18 milik Korps Marinir AS dan enam pesawat jet tempur F-16 TNI AU akan berpartisipasi dalam latihan ini,” jelasnya.

Sementara Plt AS Mr Brian McFeefers mengatakan, AS dan Indonesia adalah kawan dekat dan mitra. "Antusias untuk Indonesia diberbagai bidang termasuk dalam memperkuat bidang penerbangan dan pertahanan di Indonesia," ucapnya.

"Kerja sama pertahanan AS-Indonesia tidak pernah lebih kuat atau lebih komprehensif daripada sekarang ini. Dan kami bangga menjadi mitra utama Indonesia dalam latihan bersama dan kerjasama lainnya dalam bidang pertahanan,” imbuhnya.
Mewakili angkatan bersenjata AS Letnan colonel Marinir Stephen McClune menekankan pentingnya menggelar latihan bersama.

“Indonesia adalah mitra regional yagn kuat dan kami menggunakan kesempatan latihan ini untuk meningkatkan keterampilan teknis dan juga untuk mempererat persahabatan, saling pegertian dan saling menghormati antar kedua angkatan bersenjata,” jelasnya.


Credit  Sindonews








Indonesia Tawar 10 Jet Tempur Su-35 Rusia, Barat Cari Celah

 
Indonesia Tawar 10 Jet Tempur Su-35 Rusia, Barat Cari Celah
Sebuah jet tempur Su-35 saat manuver di International Army Games 2016, di Dubrovichi, Ryazan, Rusia. Indonesia masih tawar-menawar dengan Rusia soal pembelian 9 atau 10 jet tempur Su-35. Foto/REUTERS/Mazim Shemetov
 
JAKARTA - Indonesia masih dalam proses tawar-menawar dengan Rusia terkait pembelian sembilan atau sepuluh pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia. Sementara itu, perusahaan senjata Barat terus mencari celah untuk memikat Indonesia agar beralih memilih produk alutsista mereka.

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Indonesia kepada Reuters, menolak membocorkan apakah Indonesia dan Rusia sudah resmi mencapai kesepakatan soal pembelian sembilan atau sepuluh pesawat jet tempur Su-35 Rusia.

”Kami masih melakukan negosiasi,” kata Leonardi, kepala fasilitas pertahanan di Kementerian Pertahanan Indonesia, melalui telepon, yang dikutip Selasa (1/11/2016) malam. ”Kami masih tawar-menawar, 'berapa banyak yang mereka ingin jual?’,” kata pejabat yang hanya bersedia diidentifikasi dengan nama singkat itu.

Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu pada Mei lalu mengatakan bahwa Indonesia akan membeli delapan pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 Rusia pada tahun ini. Tapi, rencana pembelian itu belum terwujud.

Dua pejabat Kementerian Pertahanan Indonesia yang terlibat negosiasi tersebut mengungkap bahwa beberapa perusahaan alutsista Barat yang jadi saingan perusahaan alutsista Rusia masih mencoba untuk merebut kesepakatan pemasokan jet tempur. Kedua pejabat ini menolak disebut namanya karena isu ini sensitif.

Para pejabat Kementerian Pertahanan tersebut berbicara menjelang acara Indo Defence 2016 di Jakarta yang digelar mulai hari ini, Rabu (2/11/2016) hingga Sabtu (5/11/2016). Ratusan perusahaan alutsista akan memamerkan produk unggulan mereka dalam pameran ini. Di antaranya, Lockheed Martin dari Amerika Serikat (AS), Saab dari Swedia hingga PT Pindad dari Indonesia.

Menurut data resmi, belanja pertahanan Indonesia telah meningkat 77 persen selama empat tahun terakhir menjadi Rp108,7 triliun.

Menurut Leonardi, Indonesia telah menandatangani kontrak dengan Lockheed Martin untuk pembelian 24 unit jet tempur F-16 AS, di mana 14 unit telah dikirim dan 10 unit lainnya diharapkan dikirim pada awal 2018. Dia menolak membocorkan nilai kontrak ini.

Sementara itu, riset IHS memprediksi bahwa Indonesia akan menghabiskan lebih dari USD20 miliar untuk pengadaan alat pertahanan pada 2016 hingga 2025. Jumlah itu mencatatkan anggaran pertahanan Indonesia masuk lima besar dunia yang tumbuh secara cepat.




Credit  Sindonews






Perang Dunia III Hanya 'Isu', Obama-Putin Bergabung Lawan Alien?





CB, London - Ketika suasana terasa genting, kecemasan manusia mengundang berbagai dugaan, salah satunya soal Perang Dunia III. Apalagi dengan peningkatan ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) belakangan ini.
Walaupun begitu, masalah bersama mungkin dapat memaksa pihak-pihak yang bersitegang untuk duduk bersama.
Menurut suatu teori konspirasi teranyar, presiden Barak Obama dari AS dan presiden Vladimir Putin dari Rusia kemungkinan besar terlibat dalam konspirasi global untuk melindungi Bumi dari invasi alien pada September 2017.
Dikutip dari International Business Times pada Senin (31/10/2016), bocoran 'laporan' dokumen sangat rahasia Kremlin telah beredar di dunia maya.
Dalam 'laporan' itu disebutkan bahwa Putin telah beberapa kali berjumpa dengan Wakil Presiden Joe Biden untuk membahas cara menciptakan sistem pertahanan rudal seluruh dunia untuk menghentikan invasi UFO.
Satelit-satelit NASA disebut-sebut telah menemukan armada invasi UFO hingga 'berukuran lebar beberapa kilometer' sedang dalam perjalanan menuju bumi dan akan tiba pada September 2017, demikian dilaporkan pada Minggu lalu oleh tabloid Daily Star di Inggris.
Sementara itu, Inquisitr, suatu penghimpun (aggregator) situs-situs berita, pada Jumat lalu menuliskan, "Ada sebagian orang yang percaya bahwa alien adalah spesies luar angkasa yang doyan perang dan bahwa manusia menghadapi ancaman kebinasaan karena invasi militer dan pembasmian ras kita."
"Sebagian lagi yakin bahwa alien adalah spesies yang ramah untuk menyelamatkan Bumi dari Perang Dunia III antara AS dan Rusia."
Teori konspirasi sudah bertaburan dalam ruang-ruang obrolan internet sejak setidaknya Januari 2014. Pihak-pihak yang percaya yakin bahwa invasi itu sudah diramalkan oleh Nostradamus dan kitab Wahyu dalam Alkitab.
Namun demikian, tidak ada saluran berita lain yang mengulas cerita itu dan tidak ada bukti bahwa Gedung Putih, Pentagon, NASA, atau badan pemerintah AS sedang bersiap menghadapi invasi yang digembar-gemborkan itu.
Tapi hal itu tidak menghentikan sejumlah warga AS untuk menelan kisah seperti itu. Menurut beberapa polling, sebagian besar warga AS percaya adanya kehidupan alien.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh perusahaan riset pemasaran YouGov mengungkapkan pada tahun lalu bahwa 56 persen warga Jerman mempercayai hal tersebut, demikian pula dengan 54 persen warga AS dan 52 persen warga Inggris.
Hanya seperlima warga Amerika dan Inggris yang mengatakan mereka tidak yakin adanya kehidupan berkecerdasan di luar Bumi.
Survei pada 2012 oleh National Geographic mengungkapkan bahwa lebih banyak warga AS yang yakin alien bisa menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita.
Dalam pol itu, sekitar 77 persen warga AS mengatakan bahwa, pada suatu masa, alien sudah pernah mengunjungi Bumi.

 

Psikologi UFO

Susan Krauss Whitbourne, seorang profesor psikologi dan ilmu otak di University of Massachussetts, Amherst, mengatakan bahwa jejaring sosial dan situs web khusus UFO telah membantu menyuburkan teori konspirasi tentang invasi dan temuan UFO.
Kata Whitbourne kepada IBTimes UK, "Orang sekarang juga memiliki lebih banyak saluran berita. Kamu bisa mencari orang yang mendengarkanmu dan mereka juga bisa meraih informasi yang sekedar menguatkan hal-hal yang sudah ada padamu."
"Menurut saya, orang yang bersikap skeptis akan selalu bersikap skeptis atau sebaliknya. Sekali saja orang memiliki sistem kepercayaan, ia mencocokkan fakta-fakta ke dalam sistem kepercayaan itu, sehingga saya tidak yakin ada orang yang melihat hal demikian secara rasional."
Cukup banyak para ilmuwan NASA dan para peneliti lain di antara orang-orang yang mempercayai hal tersebut. Para ilmuwan memberitahukan Kongres pada 2014 bahwa komponen-komponen yang diperlukan untuk kehidupan "mungkin bertebaran" dalam galaksi Bima Sakti. Ahli astrofisika populer Neil deGrasse Tyson pun percaya adanya alien.
Bahkan, baru-baru ini para peneliti di University of California Berkeley mengatakan mereka menggunakan salah satu teleskop terbesar sedunia untuk menjelajahi kemungkinan adanya kehidupan di suatu bintang berjarak sekitar 1.500 tahun cahaya dari Bumi.






Credit  Liputan6.com





10 Negara 'Digdaya' yang Punya Pangkalan Militer di Luar Negeri




CB, Jakarta Memiliki kemapanan ekonomi saja dinilai belum cukup bagi sebuah negara merdeka dan maju. Kenyamanan finansial tersebut harus diimbangi dengan keamanan. Karenanya negara-negara yang menjadi raksasa ekonomi dunia membangun kekuatan militer. Pembangunan keduanya disebut berjalan beriringan.
Lihat saja, bagaimana negara superpower seperti Amerika Serikat (AS) menggelontorkan dana sebesar US$ 596 miliar untuk belanja militer. Data tersebut dipublikasikan oleh Stockholm International Peace Research Institute (Sipri).
Bertengger di posisi kedua adalah Tiongkok di mana anggaran militer mereka tak hanya tercatat sebagai yang terbesar di Asia, namun juga terbesar kedua di dunia, yakni US$ 215 miliar.
Anggaran militer yang fantastis tersebut tidak hanya digunakan untuk menghidupkan industri pertahanan dalam negeri dan memperkuat persenjataan, namun juga membangun pangkalan militer baik di dalam maupun luar negeri.
Pembangunan pangkalan militer di luar negeri memungkinkan sebuah negara untuk memproyeksikan kekuatannya misalnya melalui ekspedisi militer. Dengan demikian negara yang bersangkutan dapat memengaruhi percaturan politik global.
Tergantung pada ukuran dan infrastruktur yang tersedia, sebuah pangkalan militer dapat dimanfaatkan sebagai 'panggung' atau kebutuhan logistik, komunikasi, dan dukungan intelijen.
Sepanjang sejarah konflik modern, pangkalan militer di luar negeri yang dimiliki sejumlah kekuatan dunia telah melayani kepentingan negara mereka dalam mencapai tujuan politik dan militer.
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut terdapat sejumlah kekuatan dunia yang memiliki pangkalan militer di luar negeri:

 

Amerika Serikat

1. Amerika Serikat (AS)
Meski belum lama ini AS dilaporkan telah menutup sejumlah pangkalan militernya di Irak dan Afghanistan, namun Negeri Paman Sam masih tercatat sebagai negara yang memiliki basis militer terbanyak dan terbesar di dunia. Terdapat sekitar 800 pangkalan militer di lebih dari 70 negara atau teritori yang dimiliki AS.
Pangkalan militer AS tersebar di sejumlah negara Eropa seperti Belgia, teritori Inggris, Jerman, Yunani, Italia, Spanyol, Kosovo, Portugal, Norwegia, Belanda, Turki, Jerman, dan Bulgaria. Ada pula di negara Asia seperti Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.
Sementara itu AS juga memiliki pangkalan militer di Timur Tengah antara lain di Bahrain, Kuwait, Israel, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Negara atau teritori lainnya seperti Djibouti, Honduras, Kuba, dan Greenland juga memiliki basis militer AS.
Salah satu pangkalan AS di luar negeri adalah - Diego Garcia. Pulau itu menjadi pusat perhatian menyusul hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 yang membawa 239 orang pada 8 Maret 2014.
Boeing 777-300ER itu sebelumnya diduga mendarat di lokasi 'rahasia' yang berada di antara atol atau pulau karang di Samudera Hindia itu-- sehingga tak terlacak hingga saat ini.
Diego Garcia dibeli oleh Inggris pada 1960. Semua penduduk asli disingkirkan dari sana. Pulau tersebut menjadi pangkalan Angkatan Laut AS selama bertahun-tahun.
Diego García adalah karang atol dan pulau terbesar di Kepulauan Chagos.

Terletak di Samudra Hindia, sekitar 1.600 km (1.000 mil) sebelah selatan pesisir selatan India. Negara terdekat pulau ini adalah Sri Lanka dan Maladewa.
Pulau ini ditumbuhi tanaman tropis yang lebat. Memiliki panjang 60 kilometer, dengan ketinggian maksimum 67 m, serta hampir dikelilingi oleh laguna dengan panjang 19 kilometer dan lebar 8 kilometer.
Kedalaman laguna hingga 30 meter, dan sejumlah terumbu karang cukup membahayakan untuk pelayaran.
Sementara, lima pangkalan militer AS yang tercatat sebagai yang terbesar di dunia berdasarkan jumlah populasi, yakni Fort Bragg di North Carolina, Fort Campbell di perbatasan negara bagian Kentucky-Tennessee, Fort Hood di Bell dan Coryell Counties, Lewis-McChord di Washington, dan Fort Benning di Columbus berada di dalam negeri.
2. Inggris
Inggris yang menjadi sekutu AS juga memiliki sejumlah pangkalan militer yang tersebar di beberapa titik di antaranya di Pulau Ascension, Bahrain, Belize, Bermuda, Brunei Darussalam, Kanada, Siprus, Kepulauan Falkland, Jerman, Gibraltar, Kenya, Monserrat, Nepal, Singapura, dan Qatar.
 

Prancis hingga Italia

3. Prancis
Negara yang saat ini dipimpin oleh Presiden Francois Hollande ini memiliki belasan pangkalan militer di beberapa negara seperti Gabon, Senegal, Uni Emirat Arab, Djibouti, Pantai Gading, dan Jerman.
Sementara sejumlah basis militer lainnya ditempatkan di teritori Prancis seperti Guyana Prancis, Polinesia Prancis, Martinique, Kaledonia Baru, serta Reunion and Mayotte.
4. Rusia
Rusia yang saat ini tengah bersitegang dengan AS memiliki sejumlah pangkalan militer yang sebagian besar tersebar di negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Georgia, Kazahkstan, Kirgiztan, Tajikistan, Ukraina, Moldova, Belarus, dan Armenia.

Ada pun negara lain yang menjadi basis militer Rusia adalah Vietnam dan Suriah.
5. India
Negara yang menjadi kekuatan ekonomi baru dunia, India, tercatat pula memiliki sejumlah basis militer di luar negeri yang antara lain berada di Tajikistan, Bhutan, Seychelles, Madagaskar, Maladewa, dan Mauritius.
6. Italia
Negara yang menjadi asal makanan pasta, Italia, juga memiliki pangkalan luar negeri di dua negara, yaitu, Uni Emirat Arab dan Djibouti.

 

Jerman hingga Turki

7. Jerman
Negeri pimpinan Kanselir Angela Merkel ini diketahui hanya memiliki satu pangkalan militer, yakni di Djibouti.
8. China
Pada 2015, China mulai membangun pangkalan militer pertamanya di luar negeri, yakni di Djibouti, sebuah negara kecil di Afrika Timur di tepian Laut Merah.
Letaknya hanya sekitar 8 mil dari pangkalan militer terbesar Amerika Serikat di Afrika. Prancis, Italia, dan Jepang juga telah membangun kekuatan militer di sana. Sementara, negara kelima, Arab Saudi juga belakangan bergabung di sana.
Mengapa negara-negara besar di dunia tertarik membangun pangkalan militer di Djibouti? Seperti dikutip dari BBC, Djibouti terletak di Semenanjung Bab el-Mandeb, gerbang ke Terusan Suez. Wilayah itu merupakan rute perdagangan yang sangat penting untuk ekonomi dunia.
Djibouti relatif dekat dengan sejumlah wilayah bergolak di Afrika dan Timur Tengah -- hal itu yang membuatnya signifikan sebagai pangkalan bagi negara-negara yang digdaya dalam hal militer.
9. Jepang
Pada 2011, Jepang juga membangun pangkalan militer di Djibouti. Negeri kekaisaran tertua di dunia itu hanya memiliki satu basis militer di luar negeri.
 10. Turki
Negara yang 'terbelah' di antara benua Asia dan Eropa memiliki pangkalan militer di empat negara, yakni Siprus, Qatar, Irak, dan Somalia.





Credit  Liputan6.com








AS Kerahkan 'Bola Putih' ke Perairan Korut, Senjata Rahasia?







CB, Hawaii - Kepala pimpinan di Pentagon mengerahkan senjata rahasia yang disebut 'Star Wars' dari Pearl Harbor di Hawaii. Tujuannya adalah untuk menghentikan misil nuklir yang kelak akan diluncurkan Korea Utara menuju California.
Bola putih besar yang menempel pada sebuah fondasi besar terlihat seperti angkutan laut namun aneh.
Dikutip dari News.com.au, Selasa (1/11/2016), AS kini tengah bersiap menghadapi perang nuklir di Semananjung Korea. Mereka membawa senjata 'raksasa' berbobot 50 ribu ton. Sementara diameter bola itu sebesar 85 meter.
AS menyebut senjata itu adalah Sea-Based X-Band Radar (SBX). Menurut mereka, bola itu sangat kuat bahkan bisa mendeteksi bola baseball di San Fransisco dari tempatnya berdiri di Hawaii.
Kini, dilaporkan senjata itu dibawa ke Pearl Harbor. Pangkalan Udara Angkatan Laut AS yang pernah diserang oleh tentara Jepang. Insiden itu membuat AS turut dalam Perang Dunia II.
Menurut sumber di Pentagon, bola raksasa itu tengah dikerahkan di dekat perairan Korut. Saksi mata melihat senjata itu telah meninggalkan Hawaii beberapa minggu lalu.
Tugas bola raksasa itu adalah melawan senjata Kim Jong-un dengan melontarkan roket pencegat. Bagi AS dan dunia, ancaman Korut bukan main-main.
Korea Utara telah melakukan empat kali uji coba di bulan Januari 2016 dan lima kali di bulan September. Akibatnya, dunia internasional tercengang dan marah, serta meningkatkan sanksi bagi negara yang mengisolasi diri itu.
Negeri yang dipimpin Kim Jong-un itu juga telah melakukan uji coba misil selama 20 kali, termasuk rudal Musudan yang mampu 'terbang' mencapai Guam-- wilayah AS di Pasifik Barat.
Belum lagi, ada dugaan Pyongyang tengah membuat nuklir yang mampu mencapai daratan AS.
Dugaan itu diperkuat dengan laporan intel Korea Selatan, yang mengungkapkan laporan negara tetangganya itu telah membuat 79 senjata nuklir, termasuk bom hidrogen yang mampu menembus pertahanan AS pada akhir 2020 nanti.
Juga ditambah dengan pernyataan Kim Jong-un baru-baru ini yang akan membuat AS beserta sekutunya hidup di neraka.
"Para ilmuan Korut kini tengah bersemangat membuat bom hidrogen dengan bobot ribuan ton yang mampu menghancurkan wilayah AS dalam sekejap," kata juru bicara Korut.




Credit  Liputan6.com



AS Sempat Kerahkan Senjata Aneh Pencegah "Kiamat" Nuklir Korut

AS Sempat Kerahkan Senjata Aneh Pencegah Kiamat Nuklir Korut
Radar SBX, senjata rahasia Amerika Serikat yang sempat dikerahkan ke lepas pantai Korea Utara sebagai pencegah serangan nuklir. Foto/US Navy
 
SEOUL - Pentagon Amerika Serikat (AS) terungkap sempat mengerahkan senjata aneh mirip bola golf raksasa untuk menembak jatuh rudal nuklir rezim Kim Jong-un Korea Utara (Korut). Namun, senjata yang diklaim sebagai pencegah “kiamat” nuklir yang sempat dikerahkan ke lepas pantai Korut itu sudah dipulangkan lagi ke Pearl Harbor, Hawaii.

Senjata aneh ini bernama Sea-Based X-band Radar (SBX) atau Radar X-band yang berbasis di laut. Ini merupakan salah satu senjata rahasia terbesar dan paling canggih dari unit radar X-band di dunia.

Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa senjata SBX telah dikerahkan ke lepas pantai Korut pada akhir September 2016. Namun, pengerahan senjata rahasia itu baru diungkap seorang pejabat militer Korea Selatan pada hari Selasa, kemarin.

”Radar (SBX) dikirim ke lokasi yang dirahasiakan dari Semenanjung Korea untuk penyebaran satu bulan setelah berangkat dari Hawaii pada akhir September,” kata pejabat itu kepada Yonhap. ”Ini berlayar kembali ke pelabuhan asalnya pada akhir Oktober,” ujarnya.

Meskipun tidak ada rincian perihal misi radar SBX di Semenanjung Korea yang diungkap ke ke publik, namun radar ini dirancang untuk mendeteksi dan melacak rudal balistik dan roket jarak jauh.

Seorang juru bicara Pasukan AS-Korea Selatan untuk Urusan Publik menolak untuk mengkonfirmasi laporan media tentang pengerahan radar SBX itu kepada IHS Jane. ”Karena alasan operasional dan keamanan,” katanya, yang dikutip Rabu (2/11/2016).

Menurut IHS Jane, radar SBX diangkut dengan kapal generasi kelima AS. Radar SBX diperkirakan memiki bobot 50.000 ton, dengan lebar 73 meter dan panjang 119 meter.



Credit  Sindonews