Kamis, 13 September 2018

Putin Klaim Tahu Peracun Eks Agen Rusia di Inggris


Putin Klaim Tahu Peracun Eks Agen Rusia di Inggris
Presiden Vladimir Putin mengklaim Kremlin berhasil mengidentifikasi dua tersangka kasus peracunan eks agen Rusia di Inggris pada awal Maret lalu. (Mikhail Metzel/TASS Host Photo Agency/Pool via Reuters)


Jakarta, CB -- Presiden Vladimir Putin mengklaim Kremlin berhasil mengidentifikasi dua tersangka kasus peracunan eks agen Rusia, Sergei Skripal, di Salisbury, Inggris, pada awal Maret lalu.

Putin menyebut dua tersangka itu adalah warga sipil, bukan agen mata-mata seperti yang selama ini dituduhkan London.

"Kami tahu siapa mereka, kami telah menemukan mereka. Mereka (tersangka) adalah warga sipil tentunya," ucap Putin dalam pidatonya di forum ekonomi internasional di Vladivostok, Rabu (12/9)


Dikutip AFP, pernyataan itu tampaknya diutarakan Putin sebagai respons terhadap tuduhan Inggris bahwa dua tersangka bernama Alexander Petrov dan Ruslam Boshirov adalah anggota badan intelijen Rusia GRU.


London juga telah merilis foto kedua pria tersebut. Kedua pria berusia sekitar 40 tahun itu disebut masuk ke Inggris melalui Bandara Gatwick pada 2 Maret lalu dan keluar dua hari kemudian.

Kedua warga Rusia tersebut didakwa melakukan percobaan pembunuhan serta mempergunakan dan memiliki racun Novichok, zat yang dikategorikan sebagai senjata pemusnah massal buatan Uni Soviet.


Skripal, mantan agen Rusia yang berkhianat kepada negaranya, ditemukan tak sadarkan diri bersama putrinya, Yulia, di sebuah bangku di pusat perbelanjaan di Salisbury pada 4 Maret lalu.

Polisi Inggris menyimpulkan keduanya terpapar racun saraf Novichock, racun yang dikembangkan Uni Soviet di era 1970an.

Inggris selama ini menuding Rusia berada di balik serangan tersebut. Namun, Kremlin berkeras membantah seluruh tuduhan tersebut. Rusia bahkan mengklaim tak mengenal kedua tersangka itu.


Kasus peracunan Skripal berbuntut cekcok diplomatik antara Moskow dan London hingga saling usir diplomat.

Tak hanya London, akibat kasus Skripal, sejumlah negara Barat, seperti Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa, turut mengusir diplomat Rusia dari negaranya.

Kasus Skripal pun dinilai alasan relasi antara Rusia dan negara Barat berada dalam titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.




Credit  cnnindonesia.com


Netanyahu Desak Pemimpin Dunia Bersatu Hadapi Iran


Netanyahu Desak Pemimpin Dunia Bersatu Hadapi Iran
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendesak pemimpin dunia bersatu menghadapi Iran. Foto/Istimewa

TEL AVIV - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mendesak komunitas internasional untuk menghentikan sikap "menenangkan" Iran. Sebaliknya, dunia internasional hendaknya bersatu melawan Teheran.

Berbicara pada awal pertemuan kabinet mingguannya, pemimpin hawkish Israel itu meminta para pemimpin dunia untuk bersatu dalam perang melawan apa yang disebutnya sebagai organisasi teroris.

"Apa yang kami lihat adalah bahwa sementara Iran mengirim sel-sel teroris ke Eropa, para pemimpin Eropa menenangkan dan berdamai dengan Iran, pada minggu yang sama sel-sel teroris akan melakukan operasi mereka, yang kami bantu menggagalkan," katanya.

"Ini tidak bisa diterima," tambahnya seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (13/9/2018).

Pemimpin Israel itu mengatakan bahwa waktunya telah tiba bagi pemerintah Barat untuk bergabung dengan upaya yang kuat dan jelas terhadap Iran oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump.

Israel melihat Iran sebagai ancaman utama dan telah melakukan lusinan serangan udara terhadap sasaran-sasaran Iran di Suriah selama beberapa tahun terakhir.

Netanyahu adalah lawan vokal dari perjanjian nuklir bersejarah pada 2015 lalu yang ditandatangani oleh enam kekuatan besar dunia dengan Iran, yang bertujuan untuk membatasi program nuklir Iran. Tetapi Trump kemudian menarik AS keluar dari kesepakatan pada bulan Mei, sementara memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran. 




Credit  sindonews.com


Israel Hancurkan Pondok Demonstran Palestina di Tepi Barat


Israel Hancurkan Pondok Demonstran Palestina di Tepi Barat
Israel menghancurkan pondok-pondok aktivis Palestina di Khan al-Ahmar, desa suku Bedouin di Tepi Barat yang telah digusur pemerintah. (Reuters/Mussa Qawasma)


Jakarta, CB -- Israel menghancurkan pondok-pondok aktivis Palestina di Khan al-Ahmar, desa suku Bedouin di Tepi Barat yang telah digusur pemerintah.

Beberapa sumber Reuters mengatakan bahwa tentara Israel tiba sebelum matahari terbit pada Kamis (13/9) dan menghancurkan gubuk-gubuk yang dibangun para demonstran, tapi tak menyentuh tempat berkemah penduduk Bedouin.

Seorang juru bicara tentara Israel menyatakan bahwa ia tidak bisa memberi informasi apa pun.


Lima gubuk yang dihancurkan ini dibangun oleh aktivis dari kelompok HAM dan otoritas Palestina yang didukung Barat untuk membantu komunitas Bedouin.


Desa Khan al-Ahmar sendiri terletak dekat jalan penghubung yang melewati Tepi Barat, dari Yerusalem hingga ke Laut Mati.

Rencana Israel untuk menggusur desa dan memindahkan 180 penduduk Bedouin dikecam warga Palestina dan beberapa negara Eropa, yang mengkhawatirkan dampak pada penduduk dan harapan perdamaian.

Suku Bedouin selama ini hidup berpindah-pindah sambil menggembalakan hewan ternak mereka.


Warga Palestina menganggap penggusuran ini sebagai bagian dari rencana Israel untuk menciptakan permukiman yang bakal memisahkan Yerusalem Timur dari Tepi Barat.

Selama ini, Israel dan Palestina memperebutkan wilayah Yerusalem Timur untuk menjadi ibu kota mereka.

Pekan lalu, Mahkamah Agung menolak petisi untuk mencegah penggusuran ini, mendukung otoritas yang menyatakan bahwa desa itu dibangun tanpa izin.

Namun, warga Palestina menyatakan bahwa dokumen-dokumen sangat sulit didapatkan.




Credit  cnnindonesia.com





4 Sikap Amerika Serikat Terhadap Palestina di Masa Donald Trump



Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di kantornya. Reuters
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di kantornya. Reuters

CB, Jakarta - Menjabatnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ikut mengubah haluan hubungan AS dengan Palestina, di mana AS selalu maju untuk setiap perundingan konflik Palestina-Israel.

Namun alih-alih sebagai penengah yang netral, Trump membuat sikap AS terhadap Palestina berat sebelah, sebut saja pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel, ketika Trump tidak menggunakan "hak pengabaian" yang telah dikesampingkan pendahulunya atas status Yerusalem, hingga keputusan memotong bantuan badan PBB yang mengurus pengungsi Palestina. Berikut ini sikap-sikap AS di bawah kepemimpinan Trump terhadap Palestina.
1. Menutup Kantor Perwakilan PLO

Kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington, AS, 19 November 2017. [REUTERS / Yuri Gripas]
Pada Senin 10 September 2018, Kemendagri AS mengumumkan menutup kantor perwakilan Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestinian Liberation Organization (PLO) di Washington DC.
"Kami telah mengizinkan kantor PLO untuk melakukan operasi yang mendukung tujuan mencapai perdamaian abadi dan komprehensif antara Israel dan Palestina sejak berakhirnya kesepakatan sebelumnya pada November 2017," kata pernyataan resmi Kemendagri AS, seperti dilaporkan Aljazeera, 12 September 2018.

AS menyebut PLO telah mengecam rencana perdamaian AS yang belum mereka lihat dan menolak untuk terlibat dengan pemerintah AS sehubungan dengan upaya perdamaian dan sebaliknya.
John Bolton, penasihat keamanan nasional AS, seperti dilansir dari Reuters mengatakan kantor PLO di Washington ditutup karena kekhawatiran tentang upaya Palestina untuk mendorong penyelidikan Pengadilan Kejahatan Internasional terhadap Israel.
Bolton yakin penutupan kantor PLO di Washington tidak akan menutup pintu pada rencana perdamaian Arab-Israel yang telah lama ditunda.
Sebagai tanggapan penutupan ini, Otoritas Palestina (PA) mengatakan langkah itu akan memungkinkan Israel melanjutkan kebijakan mereka terhadap rakyat dan tanah Palestina.


"Ini adalah deklarasi perang melawan upaya perdamaian ke negara kita dan sekitarnya," juru bicara Palestina, Yousef al-Mahmoud.
Sekretaris Jenderal PLO Saeb Erekat mengatakan keputusan itu adalah penegasan lain dari kebijakan pemerintah Trump untuk secara kolektif menghukum rakyat Palestina, termasuk dengan memotong dukungan keuangan untuk layanan kemanusiaan termasuk kesehatan dan pendidikan.


2. Menghentikan Bantuan kepada Palestina

Seorang pria Palestina membawa karung tepung di luar pusat distribusi makanan PBB di kamp pengungsi Al-Shati di Kota Gaza, 17 Januari 2018. AS adalah donor terbesar (U.N. Relief and Welfare Agency) UNRWA selama beberapa dekade. REUTERS/Mohammed Salem
Sebelumnya Amerika Serikat adalah pendonor bantuan keuangan terbesar bagi Palestina, di mana bantuan keuangan AS menyentuh hampir setiap aspek kehidupan di wilayah Palestina.
Baru-baru ini Amerika Serikat membekukan pendanaan sebesar US$ 25 juta atau Rp 372 miliar (kurs Rp 14.882) untuk rumah sakit Palestina di Yerusalem timur sebagai hukuman untuk Otoritas Palestina karena menolak berpartisipasi dalam upaya perdamaiannya.

Dilansir dari Jerusalem Post, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi rencana untuk mengalihkan dana tersebut ke sektor prioritas.
Jaringan Rumah Sakit Yerusalem Timur, yang terdiri dari enam rumah sakit, sebelumnya rutin menerima bantuan AS.
Seorang pejabat Palestina mengatakan akibat pemotongan dana rumah sakit, Ramallah akan menggandakan boikotnya terhadap pemerintah dan rencana perdamaian yang tertunda.
"Kebijakan AS yang baru bertujuan untuk melikuidasi Palestina dengan dalih palsu dan tidak masuk akal melalui proposal apa yang disebutnya "Kesepakatan Abad Ini", kata Menteri Luar Negeri Palestina, seperti dikutip dari kantor berita Palestina, Wafa.
Sebelumnya pada 31 Agustus, seperti dikutip dari Associated Press, Amerika Serikat juga mengumumkan tidak akan lagi melakukan pendanaan lebih lanjut kepada United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), badan PBB yang mengurus pengungsi Palestina.
Keputusan ini memangkas hampir US$ 300 juta atau Rp 4,4 triliun (Kurs Rp 14.758) dari bantuan yang direncanakan.
Amerika Serikat telah menyumbang US$ 60 juta (Rp 885 miliar) kepada UNRWA pada Januari, menahan US$ 65 juta (Rp 958 miliar) lainnya, dari yang dijanjikan sebesar US$ 365 juta (Rp 5,3 triliun) untuk tahun ini. Jumlah yang tersisa, yakni sekitar US$ 290 juta, (Rp 4,2 triliun) belum dialokasikan.

3. Menawarkan Proposal Perdamaian Palestina-Israel

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertemuan di Istana Kepresidenan di Bethlehem, 23 Mei 2017. REUTERS/Jonathan Ernst
Donald Trump membentuk tim khusus untuk menyusun kebijakan Timur Tengah terutama untuk proposal perdamaian Israel-Palestina yang dia sebut akan menjadi "Kesepakatan Abad Ini".
DIlaporkan Associated Press, Dewan Keamanan Nasional telah berkoordinasi dengan lembaga lain untuk bergabung dengan tim, yang akan bekerja untuk rencana perdamaian Palestina-Israel. Donald Trump sendiri telah menunjuk dua petinggi pemerintahan, yakni menantunya Jared Kushner, yang menjadi delegasi AS untuk Timur Tengah dan Jason Greenblatt, penasihat senior kepresidenan.

Tim yang dibentuk akan mengatur presentasi publik menganai rencana perdamaian dan negosiasi yang mungkin terjadi. Tim ini akan terdiri dari tiga unit, yang pertama akan berkonsentrasi pada rincian politik dan keamanan, unit kedua fokus pada ekonomi yang signifikan, dan ketiga pada komunikasi strategis.Tim perdamaian Presiden Amerika Serikat ini dilaporkan menawarkan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, gagasan untuk membentuk konfederasi Palestina-Yordania.
Namun Mahmoud Abbas mengatakan dia mengakui minatnya dalam proyek semacam itu, tetapi hanya jika Israel menjadi bagian konfederasi.
Konfederasi Palestina-Yordania telah disarankan oleh beberapa orang di Israel sebagai cara untuk menghindari pemberian status negara penuh kepada warga Palestina. Usulan itu juga akan memungkinkan Israel menghindari tanggung jawab atas sekitar 3,5 juta warga Palestina di Tepi Barat.
Namun jawaban Mahmoud Abbas diyakini sebagai isyarat penolakan terhadap usulan tersebut, karena Israel tidak akan tertarik bergabung dengan konfederasi bersama Yordania.


4. Akui Yerusalem sebagai Ibukota Israel

Ivanka Trump, menyaksikan pembukaan kedutaan besar AS di Yerusalem, 14 Mei 2018. REUTERS/Ronen Zvulun
Presiden Donald Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan keputusan mengejutkan dengan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, yang membuat marah dunia Arab dan mayoritas masyarakat Internasional.
Trump juga mengumumkan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Status Yerusalem, rumah bagi situs suci bagi Islam, Yahudi, dan Kristen, adalah salah satu hambatan terbesar untuk mencapai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji pengumuman Trump sebagai momen bersejarah, tetapi sekutu dekat AS yang paling dekat pun seperti Inggris dan Prancis mengecam putusan ini.Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Amerika Serikat telah mencopot sendiri perannya sebagai mediator dalam upaya perdamaian.
Komunitas internasional tidak mengakui kedaulatan Israel atas seluruh kota Yerusalem, dan meyakini statusnya harus diselesaikan dalam negosiasi.
Keputusan Yerusalem Trump memenuhi janji kampanye akan menyenangkan kaum konservatif dan evangelis Partai Republik yang membentuk bagian yang cukup besar dari dukungan domestiknya.
Israel menganggap Yerusalem sebagai ibukota yang diimpikan dan ingin semua kedutaan negara lain di sana. Palestina ingin Yerusalem menjadi ibukota negara merdeka mereka yang di sektor timur kota, yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967, yang didukung oleh Amerika Serikat.






Credit  tempo.co


Mahkamah Pidana Internasional Didesak Selidiki Israel


Bendera Israel dikibarkan.
Bendera Israel dikibarkan.
Foto: Reuters

As mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada ICC bila berani menyelidiki Israel.




CB, RAMALLAH – Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) kembali mendesak Mahkamah Pidana Internasional (ICC) melakukan penyelidikan terhadap Israel. Hal itu dilakukan setelah Amerika Serikat (AS) mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada ICC bila berani menyelidiki Israel.

Sekretaris Jenderal PLO Saeb Erekat mengatakan dia telah mengajukan pengaduan baru kepada ICC untuk menangani kasus kejahatan perang yang dilakukan Israel, termasuk pembongkaran dan penggusuran sebuah desa Palestina di Tepi Barat yang diduduki. “Keluhan itu menekankan pentingnya mencegah Israel menghancurkan dan secara paksa menggusur penduduk (desa) Khan al-Ahmar,” ujarnya pada Selasa (11/9), dikutip laman Al-Araby.

Pekan lalu, Mahkamah Agung Israel telah menolak petisi yang menentang pembongkaran desa Khan al-Ahmar di Tepi Barat. Keputusan itu berpotensi membuat 170 warga Palestina, 92 di antaranya anak-anak, yang tinggal di desa tersebut kehilangan tempat tinggal dan terlantar.

Selain perihal pembongkaran desa, Erekat juga meminta ICC mempercepat penyelidikan awal terhadap kejahatan perang Israel lainnya, seperti pembantaian sedikitnya 175 warga Palestina di Jalur Gaza yang berdemonstrasi sejak Maret. Mereka tewas karena ditembak oleh penembak jitu Israel. 

Erekat pun mengomentari tentang ancaman yang dilayangkan AS terhadap ICC. Erekat menegaskan hal itu tak akan menyurutkan tekad Palestina untuk mendorong dan mendesak ICC agar menyelidiki Israel. “Kami akan terus pergi ke ICC sekarang, tanpa peduli betapa ekstremnya intimidasi dan pemerasan AS,” katanya.

Sebuah salinan naskah pidato milik penasihat keamanan nasional AS John Bolton yang berhasil dilihat Reuters dan Wall Street Journal telah menjadi bahan pembicaraan. Dalam naskah tersebut, Bolton mengancam ICC bila berani melakukan penyelidikan terhadap negaranya dan Israel.

Bila penyelidikan semacam itu dilakukan, pemerintahan Trump akan mempertimbangkan pelarangan hakim dan jaksa ICC memasuki AS. “Kami tidak akan bekerja sama dengan ICC, kami tidak akan memberikan bantuan kepada ICC, kami tidak akan bergabung dengan ICC. Kami akan membiarkan ICC mati dengan sendirinya. Lagi pula, untuk semua maksud dan tujuan, ICC sudah mati untuk kami,” kata Bolton dalam naskah pidato yang rencananya dibacakan kepada Federalist Society, sebuah kelompok konservatif di Washington.

Saat ini AS telah mengambil beberapa langkah guna menekan dan menyeret kembali Palestina ke meja perundingan damai dengan Israel. Langkah tersebut antara menghentikan pendanaan terhadap Kantor PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan menutup kantor PLO di Washington.

Keputusan AS menghentikan pendanaan terhadap UNRWA akan secara langsung mengancam eksistensi lembaga tersebut. Sebab AS merupakan negara penyandang dana terbesar untuk UNRWA, dengan kontribusi rata-rata mencapai 300 juta dolar AS per tahun.

Pada Desember tahun lalu, AS telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah itu membuat Palestina menarik diri dari perundingan perdamaian dengan Israel yang dimediasi AS. Palestina menilai AS tak lagi menjadi mediator yang netral karena terbukti membela kepentingan politik Israel.





Credit  republika.co.id



RI-Vietnam Teken Kesepakatan Soal Pencegahan Pencurian Ikan


RI-Vietnam Teken Kesepakatan Soal Pencegahan Pencurian Ikan
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Vietnam dilaporkan telah menandatangi nota kesepakahaman mengenai pencurian ikan atau IUU Fishing. Foto/Twitter/Menlu RI

HANOI - Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Vietnam dilaporkan telah menandatangi nota kesepakahaman mengenai pencurian ikan atau IUU Fishing. Penandatangan ini dilakukan saat Presiden Indonesia, Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Hanoi.

"Kemarin kita bersama-sama menandatangani MoU IUU Fishing, jadi ada secara paralel kita kerjakan negosiasinya," kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dalam sebuah pernyataan pada Rabu (12/9).

Dia lalu menuturkan, berdasarkan nota kesepakahaman itu, untuk jangka pendek ada kebutuhan bagi kedua negara untuk mengelola bersama hasil laut dengan baik. Selain itu, adanya kebutuhan untuk mengurangi insiden di laut.

Retno juga menyatakan, kedua negara turut menandatangani rencana aksi yang kedua selama lima tahun ke depan, untuk pengembangan hubungan dua negara. Dirinya menjelaskan Indonesia dan Vietnam sudah memiliki kemitraan stategis sejak tahun 2013.

"Pada tahun itu, sudah langsung ada rencana aksi sampai 2018. Pada saat saya bertemu Menlu Vietnam, saya sampaikan sebaiknya kita siapkan rencana aksi lanjutan untuk lima tahun ke depan," ungkapnya.

Diplomat senior Indonesia itu menambahkan, tim teknis dari kedua negara berusaha menyelesaikan rencana aksi lima tahun ke depan. "Hasilnya, sudah ditandatangani kemarin saat pertemuan kedua presiden," tukasnya. 




Credit  sindonews.com



Jepang Berhasil Menguji Roket Interceptor



Jepang Berhasil Menguji Roket Interceptor
Jepang berhasil melakukan uji coba roket interceptor di Pasifik. Foto/Istimewa
TOKYO - Sebuah kapal perang Jepang, menggunakan sistem anti-rudal berbasis kapal Amerika Serikat (AS), berhasil mencegat dan menghancurkan rudal balistik yang masuk di atas Samudra Pasifik Selasa malam. Demikian bunyi pernyataan Badan Pertahanan Rudal Jepang.

Penghancur rudal kelas Atago yang diperbarui milik Pasukan Bela Diri Maritim Jepang berhasil mendeteksi dan melacak rudal balistik sederhana dari Fasilitas Rudal Pasifik di Baking Sands, Kauai, Hawaii. Menanggapi ancaman tersebut, Aegis Weapon System yang ada di kapal melacaknya dan meluncurkan rudal Standard Missile-3 Block IB yang mencegatnya di tengah penerbangan.

"Keberhasilan ini memberi keyakinan pada kemampuan masa depan bagi Jepang untuk mengalahkan ancaman yang berkembang di kawasan itu," kata Direktur Pertahanan Rudal Jepang, Letnan Jenderal Sam Greaves, seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (13/9/2018).

Pernyataan itu tampaknya merujuk pada gudang senjata rudal balistik di Beijing dan program rudal Pyongyang, yang ditunda oleh rezim setelah pembicaraan Trump-Kim serta yang telah terlibat uji coba rudal balistik di atas Jepang.
Sebelumnya Pentagon, dalam laporan tentang kekuatan militer China tahun 2018, menyatakan China sedang mengembangkan dan menguji beberapa varian baru rudalnya. China juga mengembangkan metode untuk menghadapi pertahanan rudal balistik.

"Kami berkomitmen untuk membantu pemerintah Jepang dalam meningkatkan kemampuan pertahanan rudal nasionalnya terhadap ancaman yang muncul," kata Greaves.

AS dan Jepang bersama-sama mengembangkan rudal pencegat lain yaitu SM-3 Blok IIA, tetapi pengujiannya telah sedikit terlambat. Sistem rudal ini telah diuji sebanyak tiga kali sejak awal tahun 2017, dan hanya ada satu intercept yang berhasil.

Badan Pertahanan Rudal menyebut tes pada Senin ini sebagai tonggak penting dalam kerja sama yang meningkat antara Jepang dan AS di bidang pertahanan rudal.




Credit  sindonews.com



Putin Tantang Jepang Damai Tanpa Syarat Tahun ini



Putin Tantang Jepang Damai Tanpa Syarat Tahun ini
Presiden Putin mengatakan Rusia dan Jepang bisa menandatangani kesepakatan damai pada akhir ini. (Donat Sorokin/TASS Host Photo Agency/Pool via Reuters)


Jakarta, CB -- Presiden Vladimir Putin mengisyaratkan bahwa Rusia dan Jepang menandatangani kesepakatan damai "tanpa syarat apa pun" akhir tahun ini yang merupakan usul bersejarah dalam menyelesaikan perebutan wilayah yang telah terjadi selama beberapa dekade.

Usul tiba-tiba Putin ini diajukan hanya dua hari setelah dia mengatakan perebutan wilayah kedua negara itu akan sulit diselesaikan dalam waktu dekat.

Perselisihan antara Rusia dan Jepang berpusat di empat pulau paling selatan di rangkaian kepulaian Kuril. Keempat pulau itu diduduki oleh Uni Soviet di akhir Perang Dunia II pada 1945 namun sekarang diklaim milik Jepang.


Perselisihan ini membuat kedua negara tidak mau menandatangani satu kesepakatan damai.


"Kami sudah mencoba menyelesaikan perselisihan wilayah selama 70 tahun. Kami sudah berunding selama 70 tahun," kata Putin dalam forum ekonomi di Vladivostok, Rabu (12/9) yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri Jepang dan Presiden China.

"Shinzo mengatakan, 'Mari ubah pendekatan kita' Ayo! Mari capai satu kesepakatan damai, tidak sekarang tetapi pada akhir tahun tanpa syarat," kata Putin yang disambut dengan tepuk tangan meriah peserta.

"Ini bukan main-main," tambah Putih yang mengisyaratkan bahwa kedua negara bertekad untuk menyelesaikan perselisihan wilayah sesuai dengan kesepakatan damai.


Putin mengatakan penyelesaian dengan kesepakatan semacam ini akan menciptakan suasana yang lebih baik dan membuat kedua negara "terus berusaha menyelesaikan masalah lain seperti teman."

"Bagi saya hal ini akan memfasilitasi solusi bagi semua masalah yang tidak bisa kita selesaikan dalam 70 tahun terakhir."

Sementara itu, perdana menteri Jepang mengatakan kedua negara "memiliki satu tugas bagi generasi mendatang."

"Mari kita berjalan bersama dengan memperhatikan pertanyaan 'Jika tidak sekarang, kapan?' dan 'Jika bukan kita, siapa?'" kata Abe yang berpidato sebelum Putin.

"Kami berdua sama-sama sadar hal itu tidak akan mudah."

Putin tampaknya berupaya mengubur isyarat bahwa perselisihan kedua negara akan bisa diselesaikan dalam waktu dekat.

"Sangat naif untuk berpikir bahwa hal itu bisa diselesaikan dengan cepat," kata Putin setelah bertemu dengan Abe di sela-sela forum ekonomi itu, Senin (10/9).

Namun, sejumlah diplomat mengatakan usul itu tidak akan bisa diterapkan.

Putin Tantang Jepang Damai Tanpa Syarat Tahun ini
Rusia merebut empat pulau yang terletak di sebelah utara Hokkaido pada 1945 di penghujung Perang Dunia II. (Reuters/Issei Kato/File Photo)
Mantan menteri luar negeri Rusia, Georgy Kunadze, meragukan Putin benar-benar ingin menyelesaikan masalah perebutan wilayah ini.

"Ini disebut memancing. Putin tidak mengharapkan apapun," kata Kunadze kepda radio Echo Moskow.

Dia mengindikasikan bahwa Abe tidak akan pernah menerima kesepakatan yang bisa membunuh karir politiknya.

Putin dan Abe sudah bertemu berkali-kali dalam beberapa tahun belakangan yang bertujuan mencari jalan keluar atas kepulauan yang di Jepang disebut sebagau Wilayah Utara.

Kedua negara telah melakukan berbagai proyek ekonomi di kepulauan itu seperti peternakan ikan dan karang, energi tenaga angin dan wisata.

Sejak tahun lalu, Tokyo dan Moskow juga menyepakati penerbangan pesawat carter bagi bekas penghuni pulau itu yang ingin mengunjungi makam keluarga mereka.

Para pejabat kementerian luar negeri Jepang dan Rusia mengatakan upaya mencapai kesepakatan baru masih terus berjalan seperti biasa.

"Pemerintah akan terus merundingkan prinsip-prinsip dasar yang akan ditandatangani sebagai traktat perdamaian setelah mencapai kata sepakat soal sebutan Kepulauan Empat UTara ini," kata menteri kabinet Jepang, Yoshihide Suga.


"Posisi ini tidak berubah."

Di Moskow, wakil menlu Igor Morgulov mengatakan kepada kantor berita Rusia bwha pengumuman Putin tidak perlu diikuti dengan perubahan format perundingan yang sekarang berjalan.

Kepulauan Kurils, sebelah utara pulau Hokkaido, dikuasi oleh Moskow sejak tentara Uni Soviet merebutnya di penghujung Perang Dunia II.

Keempat pulau itu oleh Rusia diberi nama Iturup, Shikotan, Habomai dan Kunashir.

Pendahulu Putin, Dmitry Medvedev, pada 2010 menjadi pemimpin Rusia yang berkunjung ke wilayah itu. Langkah ini menyebabkan Tokyo marah besar.







Credit  cnnindonesia.com



Pemimpin Kamboja minta dunia tidak campuri politik Indochina


Pemimpin Kamboja minta dunia tidak campuri politik Indochina
PM Kamboja, Hun Sen (Reuters)



Hanoi (CB) - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pada Rabu menyatakan negara di luar Indochina terlalu kritis terhadap politik di kawasan tersebut dan bahwa wilayah itu harus dibiarkan memecahkan masalahnya.

Dalam pidato bersama pemimpin lain kawasan itu, Hun Sen menunjuk kecaman asing terhadap pemilihan umum negaranya baru-baru ini, yang dilihat banyak orang sebagai lelucon setelah partai oposisi utama dibubarkan. Ia juga mengutip kecaman dunia atas kekerasan terhadap suku Rohingya di Myanmar.

"Negara di luar kawasan ini selalu mengkritik kami dan memberitahu kami yang harus dilakukan," kata Hun Sen di diskusi panel dengan pemimpin dari Myanmar, Thailand, Vietnam dan Laos di Forum Ekonomi Dunia tentang ASEAN di Hanoi.

"Saya mengangkat masalah ini bukan sebagai pesan untuk negara tertentu, tapi saya ingin mengatakan bahwa negara Mekong ini korban politik. Jadi, saya minta orang luar kawasan ini, yang tidak tahu tentang masalah, membiarkan kami menyelesaikan masalah kami," katanya.

Partai Rakyat Kamboja Hun Sen merebut semua 125 kursi parlemen dalam pemilihan umum pada Juli, yang Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa negara Barat katakan cacat karena antara lain tiada oposisi mumpuni.

Oposisi Partai Penyelamatan Bangsa Kamboja (CNRP) dibubarkan pada akhir tahun lalu menjelang pemilihan umum tersebut.

Hun Sen juga menyatakan Myanmar, yang tentaranya dituduh Perserikatan Bangsa-Bangsa melakukan pembantaian dan pemerkosaan bergerombol terhadap warga Rohingya dengan niat pemunahan, salah dipahami.

Myanmar membantah tuduhan melakukan kekejaman, dengan menyatakan tentara melakukan tindakan sah terhadap pemberontak.

"Ia dituduh melakukan pemunahan, tapi apakah Anda semua mengerti tentang Myanmar? Apakah Anda tahu tentang Myanmar? Mereka harus menyelesaikan banyak masalah berat dalam kaitan dengan keamanan," demikian Reuters.



Credit  antaranews.com



Presiden Duterte Menantang Militer Filipina Lakukan Kudeta




Presiden Filipina Rodrigo Duterte meninjau barisan tentara kehormatan pada saat kedatangan sebagai tamu kehormatan untuk ulang tahun ke-116 Layanan Kepolisian RI di kota Quezon, Filipina, 9 Agustus 2017. REUTERS/Romeo Ranoco
Presiden Filipina Rodrigo Duterte meninjau barisan tentara kehormatan pada saat kedatangan sebagai tamu kehormatan untuk ulang tahun ke-116 Layanan Kepolisian RI di kota Quezon, Filipina, 9 Agustus 2017. REUTERS/Romeo Ranoco

CB, Jakarta - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menantang para prajuritnya untuk melakukan pemberontakan jika mereka tidak senang dengan kepemimpinannya. Duterte mengatakan anggota militer Filipina bebas bergabung dengan pengkritiknya di kongres, Senator Antonio Trillanes.
"Lakukan pemberontakan atau revolusi atau apalah namanya. Jika kalian lebih bahagia dengan Trillanes, maka kalian sebaliknya bisa mendukung dia. Anda bebas untuk melakukan hal itu, saya mendorong Anda," kata Duterte, seperti dikutip dari situs RT.com, Rabu, 12 September 2018.


Ekspresi Presiden Filipina, Rodrigo Duterte saat mendeklarasikan pembebasan kota Marawi, Filipina, 17 Oktober 2017. Militer Filipina berhasil membebaskan Marawi setelah hampir 5 bulan dikuasai kelompok militan Maute. AP Photo/Bullit Marquez

Pernyataan Duterte itu disampaikan setelah dia membantalkan pemberian amnesti kepada Trillanes. Sebelum menjadi anggota senat Filipina, Trillanes adalah mantan anggota militer Angkatan Laut Filipina yang pernah ikut melakukan pemberontakan pada pemerintahan di masa lalu.
Duterte telah memutuskan agar Trillanes ditahan. Dia pun telah meminta Departemen Kehakiman dan Angkatan Bersenjata Filipina untuk memulai lagi proses pengadilan terhadapnya. Trillanes dan beberapa ahli hukum mengatakan tindakan Duterte ini akan menciderai konstitusi negara.
Duterte beralasan pembatalan pemberian amnesti kepada Trillanes karena dia dinilai gagal mengajukan permohonan pengampunan secara formal dan mengaku bersalah atas keterlibatannya dalam percobaan kudeta sebelumnya. Namun alasan Duterte itu disanggah oleh Trillanes. Untuk memperkuat dukungan pada kasusnya, Trillanes telah menggunakan laporan baru dan dokumen dari Kementerian Pertahanan Filipina. Dia pun sudah meminta Mahkamah Agung untuk menyatakan tindakan Duterte itu ilegal.
Trillanes dalam politik Filipina sudah lama dikenal sebagai musuh bebuyutan Duterte. Dia menuding Duterte sebagai presiden yang telah melakukan korupsi besar-besaran dan terlibat dalam perdagangan narkoba. Duterte menyangkal seluruh tuduhan tersebut. 




Credit  tempo.co





Oposisi Swedia Desak Perdana Menteri Mundur



Perdana Menteri Swedia Stefan Löfven.
Perdana Menteri Swedia Stefan Löfven.
Foto: AP
Desakan pengunduran diri perdana menteri untuk menyelesaikan kebuntuan politik.




CB,  STOCKHOLM -- Para pemimpin aliansi oposisi moderat kanan Swedia pada Rabu (12/9) mendesak perdana menteri Swedia untuk mengundurkan diri. Langkah tersebut diperlukan untuk menyelesaikan kebuntuan politik pascapemilihan Ahad lalu.


Bangkitnya kaum ekstrem kanan Sweden Democrats yang dijauhi oleh blok penguasa dan oposisi membuat moderat kanan dan kiri memiliki peluang yang sama untuk membentuk pemerintahan. Aliansi telah menolak undangan informal dari perdana menteri saat ini, Stefan Lofven, untuk mendukung pemerintah yang dipimpin Social Democrat.

"Kami ingin membangun sebuah pemerintahan aliansi dengan dukungan dari seluruh bagian politik," ujar para pemimpin partai aliansi oposisi dalam sebuah artikel yang ditandatangani di harian Dagens Nyheter.


Mereka mengatakan Swedia membutuhkan kebijakan ekonomi yang stabil dan reformasi politik jangka panjang. Untuk mencapai hal itu maka dibutuhkan dukungan parlemen yang luas. Partai Social Democrat, yang telah mendominasi politik Swedia selama 100 tahun, menolak berkomentar. Tetapi para analis mengatakan tidak ada indikasi bahwa Lofven akan melakukan apa pun selain menolak tawaran itu.


Blok penguasa moderat kiri yang terdiri dari tiga partai memperoleh 40,6 persen suara dalam pemilihan ini. Mereka unggul tipis dari aliansi oposisi moderat kanan yang memperoleh 40,3 persen. Blok moderat kiri terdiri dari partai Social Democrats, Greens dan Left Party. Blok itu memperoleh 144 kursi  di 349 kursi parlemen.


Sedangkan aliansi oposisi memperoleh 142 kursi. Partai Sweden Democrats, sebuah partai dengan akar golongan pinggir supremasi kulit putih, memenangkan 17,6 persen dan 63 kursi. Angka itu naik dari 12,9 persen dan 49 kursi di pemilihan terakhir empat tahun lalu. Hal itu merupakan kenaikan terbesar oleh partai manapun di parlemen Swedia, Riksdag. Tetapi semua partai arus utama telah mengesampingkan untuk bernegosiasi dengan partai yang berakar neo-Nazi, itu.


Sejauh ini belum ada tanda-tanda kompromi di pihak manapun. Pemimpin Sweden Democrats Jimmie Akesson, telah berjanji untuk menjatuhkan pemerintah yang tidak memberinya pengaruh terhadap kebijakan, khususnya imigrasi.


Lofven adalah pemimpin blok penguasa Swedia. Tetapi Aliansi berpendapat bahwa ia memiliki peluang terbaik untuk membentuk koalisi yang layak karena blok moderat kiri mencakup Left Party, yang hampir dipastikan akan dikecualikan dari pemerintahan mendatang.





Credit  republika.co.id



Kelompok Anggota Parlemen Inggris Ingin Jatuhkan Theresa May



Perdana Menteri Inggris Theresa May telah menandatangani surat pengaktifan Pasal 50 Uni Eropa pada Selasa (28/3). Hal ini menandakan Inggris telah memulai proses hengkangnya dari Uni Eropa atau dikenal dengan istilah Brexit.
Perdana Menteri Inggris Theresa May telah menandatangani surat pengaktifan Pasal 50 Uni Eropa pada Selasa (28/3). Hal ini menandakan Inggris telah memulai proses hengkangnya dari Uni Eropa atau dikenal dengan istilah Brexit.

Foto: Christopher Furlong/Pool Photo via AP
Theresa May menghadapi tekanan setelah Inggris keluar Brexit.



CB, LONDON -- Sekitar 50 anggota parlemen pada pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May bertemu untuk membahas bagaimana dan kapan mereka bisa memaksa May turun dari jabatannya


Dilansir BBC, Rabu (12/9), kelompok anggota parlemen tersebut adalah penentang usulan PM May menyangkut kesepakatan pasca-Brexit dengan Uni Eropa. Mereka tergabung dalam Kelompok Penelitian Eropa (ERG) anti-Eropa dalam partai Konservatif pimpinan May, melakukan pertemuan pada Selasa malam. Mereka secara terbuka membicarakan masa depan May sebagai pemimpin, kata BBC dengan mengutip sumber tidak disebutkan namanya.

Dalam pertemuan itu, beberapa anggota mengatakan menyampaikan mosi tidak percaya terhadap May. Berdasarkan atas aturan Partai Konservatif, pemilihan pemimpin bisa dilakukan jika 15 persen anggota parlemen Konservatif, yang saat ini berjumlah 48 dari 315 anggota parlemennya, menuntut pemungutan suara untuk menentukan mosi tidak percaya.

ERG mengecam rencana May untuk membuat Inggris tetap berada di zona perdagangan bebas barang dengan Uni Eropa setelah Inggris meninggalkan kelompok negara Eropa itu pada Maret tahun depan. Namun, ERG sendiri juga mendapat kecaman karena tidak berhasil memberikan suatu alternatif yang lebih rinci.

Pemimpin ERG, Jacob Rees-Mogg, mengatakan pada Selasa bahwa kelompoknya akan mengungkapkan proposalnya pada Rabu. Proposal itu menyangkut bagaimana Inggris dapat meninggalkan Uni Eropa tanpa membangun perbatasan dengan pengawasan sangat ketat antara Irlandia Utara dan Irlandia. Topik itu merupakan salah satu masalah yang tetap mencuat dalam mengamankan kesepakatan Brexit.

BBC mengatakan para anggota parlemen yang berkumpul dalam pertemuan Selasa malam telah membahas kemungkinan sejumlah rencana. Hal itu akan tergantung pada apakah May bisa mengamankan kesepakatan dengan Uni Eropa berdasarkan proposalnya sendiri. Pertemuan Selasa tidak diikuti oleh para tokoh senior ERG.

BBC melaporkan bahwa ERG tampaknya tidak akan memaksakan penyelenggaraan pemilihan pemimpin kecuali yakin bahwa mereka memiliki kandidat yang bisa menang. Keretakan dalam partai May telah memburuk minggu ini. Mantan menteri luar negeri yang mundur dari kepemimpinannya, Boris Johnson, membanding-bandingkan rencana May dalam sebuah kolom surat kabar dengan mengenakan "rompi bunuh diri" terhadap undang-undang dasar Inggris.

Kalangan yang meragukan rencana May mengeluh bahwa menerima kesepakatan perdagangan barang bebas dengan Uni Eropa akan berarti bahwa Inggris harus mengikuti aturan Uni Eropa, bahkan setelah Inggris keluar dari kelompok itu.




Credit  republika.co.id



Presiden Sudan Selatan dan Pemimpin Pemberontak Berdamai



Mantan Wapres Sudan Selatan, Riek Machar, yang dituding melakukan kudeta.
Mantan Wapres Sudan Selatan, Riek Machar, yang dituding melakukan kudeta.
Foto: Reuters

Perdamaian tersebut mengakhiri konflik perang yang terjadi di Sudan Selatan




CB, ADDIS ABABA -- Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar menandatangani perjanjian perdamaian pada Rabu (12/9) dalam temu puncak kawasan di Ethiopia. Sudan Selatan terjerumus ke konflik peperangan sesudah memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada 2011.

Perselisihan politik Kiir dengan Machar meledak menjadi bentrok tentara. Kesepakatan perdamaian sebelumnya, yang ditandatangani pada 2015, berantakan setahun kemudian setelah bentrokan pecah antara pasukan pemerintah dengan pemberontak, yang memaksa Machar meninggalkan Juba.

Perjanjian baru itu, ditengahi Sudan, mengembalikan Machar, mantan wakil presiden, ke perannya semula. Amerika Serikat, Inggris dan Norwegia, yang dikenal sebagai Tiga Sekawan pengawas upaya perdamaian, menyambut penandatanganan kesepakatan oleh Kiir, Machar dan kelompok lain itu.

"Kami mengharapkan pembicaraan tetap terbuka bagi yang belum meyakini keberlanjutan perjanjian ini," kata pernyataan mereka, "Kita harus merebut kesempatan kawasan lebih luas ini untuk mendapatkan perdamaian bagi rakyat Sudan Selatan."





Credit  republika.co.id



Pentagon: Tak Ada Bukti Pemberontak Suriah Miliki Senjata Kimia



Pentagon: Tak Ada Bukti Pemberontak Suriah Miliki Senjata Kimia
Menteri Pertahanan AS, James Mattis kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak melihat adanya bukti bahwa kelompok pemberontak Suriah memiliki senjata kimia. Foto/Reuters

WASHINGTON - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), James Mattis kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak melihat adanya bukti bahwa kelompok pemberontak Suriah memiliki senjata kimia. Rusia menuding pemberontak Suriah bersiap melakukan senjata kimia di Idlib dan kemudianya akan menyalahkan serangan itu pada Damaskus.

"Sekarang kita melihat tidak adanya bukti bahwa oposisi memiliki senjata kimia dalam jenis apapun, terlepas dari apa yang telah disampaikan Rusia berulang kali," kata Mattis, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (12/9).

Ketika disiingung mengenai apa tanggapan AS akan jika senjata kimia akan digunakan di provinsi Suriah Idlib, Mattis menolak berkomentar. Dia hanya mengatakan AS mengawasi tindakan pemerintah Suriah sangat erat, termasuk tindakan Rusia dan Iran di sana.

Sebelumnya, Mattis menyatakan tudingan Rusia bahwa pemberontak Suriah memiliki senjata kimia hanyalah akal-akalan semata. Ini dilakukan untuk membebaskan Damaskus dari tanggung jawabnya, jika ada serangan senjata kimia di Idlib.

"Kami telah membuat sangat jelas, bahwa dengan mengeluarkan sindiran, bahwa setiap senjata kimia yang digunakan datang di masa depan dapat dianggap berasal dari oposisi. Kami tidak bisa melihat apa pun yang menunjukkan oposisi memiliki kemampuan itu," ungkap Mattis.

Mattis kemudian mengatakan, justru rezim Bashar al-Assad yang memiliki sejarah pernah melakukan serangan senjata kimia terhadap warganya sendiri.




Credit  sindonews.com


AS: Iran Akan Membayar Setiap Serangan Terhadap Kedutaan Kami di Irak



AS: Iran Akan Membayar Setiap Serangan Terhadap Kedutaan Kami di Irak
Sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Sanders menuturkan Iran akan membayar dengan harga mahal jika ada serangan terhadap kedubes AS di Irak. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Gedung Putih menyatakan, Iran akan membayar dengan harga mahal jika ada pasukan proxy mereka yang melakukan serangan terhadap Kedutaan Besar dan kantor perwakilan Amerika Serikat (AS) lainnya di Irak.

Sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Sanders mengatakan, Iran tidak bertindak banyak untuk menghentikan serangan oleh proksi mereka di Irak, yang didukung dengan pendanaan, pelatihan dan senjata.

"AS akan menganggap rezim di Teheran bertanggung jawab atas setiap serangan yang mengakibatkan cedera pada personel kami atau merusak fasilitas Pemerintah AS di Irak. Kami akan merespon dengan cepat dan tegas dalam membela kehidupan warga Amerika," kata Sanders, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (12/9).

Pernyataan Sanders ini sendiri mengacu pada insiden di Irak pada akhir pekan lalu, di mana fasilitas AS berada di bawah ancaman.

Pada hari Sabtu, beberapa roket ditembakkan ke arah bandara Basra di selatan Irak, yang juga menjadi tempat konsulat AS. Pada hari yang sama, roket ditembakkan dari Baghdad menuju Zona Hijau yang dijaga ketat, tempat kedutaan AS berada.

Insiden itu terjadi beberapa hari setelah para pemrotes membakar gedung-gedung pemerintah di Basra, di tengah meningkatnya keresahan terhadap tingkat pengangguran yang tinggi dan layanan publik yang buruk di kota itu.




Credit  sindonews.com





AS Kecam Rusia, Iran, dan Suriah Terkait Serangan Idlib


AS Kecam Rusia, Iran, dan Suriah Terkait Serangan Idlib
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley dengan tegas menyatakan apa yang dilakukan oleh Damaskus, Moskow dan Teheran adalah pembantaian dan AS tidak akan pernah mentolelir hal itu. Foto/Reuters

NEW YORK - Amerika Serikat (AS) melontarkan kecaman keras kepada pemerintah Suriah dan dua sekutu mereka, yakni Rusia dan Iran terkait dengan dengan operasi militer yang tengah berlangsung di Idlib.

Berbicara di pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley dengan tegas menyatakan apa yang dilakukan oleh Damaskus, Moskow dan Teheran adalah pembantaian dan AS tidak akan pernah mentolelir hal itu.

"Rusia, Iran dan (Bashar) al-Assad sedang menghancurkan Idlib dan meminta kami untuk menyebutnya perdamaian," kata Haley dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (12/9).

Haley menyalahkan, Rusia dan rezim karena diduga melakukan lebih dari 100 serangan udara, beberapa di antaranya dia katakan adalah pemogokan serangan ganda kejam yang menargetkan tim tanggap darurat, dalam hal ini adalah White Helmets.

Dia menuduh Moskow, Teheran, dan Damaskus tidak tertarik untuk mengejar solusi politik terhadap krisis Suriah. Haley menyatakan, suatu saat dunia akan meminta pertanggung jawaban ketiganya akan serangan di Idlib.

"AS sudah lama tidak memperdulikan kata-kata Rusia dan Iran bahwa mereka tertarik untuk melindungi warga sipil di Idlib dari kekerasan lebih lanjut. Jika Assad, Rusia, dan Iran terus berjalan di jalur mereka, konsekuensinya akan menjadi mengerikan. Dunia akan meminta mereka bertanggung jawab dan tidak ada pertemuan DK yang dapat mengubahnya," tukasnya. 






Credit  sindonews.com



PBB: Serangan ke Idlib Picu Bencana Kemanusiaan Terburuk



PBB: Serangan ke Idlib Picu Bencana Kemanusiaan Terburuk
Warga di provinsi Idlib telah meninggalkan rumah mereka ke tempat yang lebih aman akibat serangan-serangan militer pemerintah Suriah. (AFP/Aaref Watad)


Jakarta, CB -- PBB memperingatkan kekerasan yang terjadi di provinsi Idlib, Suriah menyebabkan "bencana kemanusiaan terburuk" abad ini dengan lebih dari 30 ribu orang telah kehilangan tempat tinggal.

Badan Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan pada Senin (10/9) bahwa diperkirakan 30.452 warga di provinsi Idlib dan sebagian wilayah provinsi Hama telah mengungsi dalam periode 1-9 September.

"Kami sangat khawatir dengan peningkatan kekerasan akhir-akhir ini yang telah menyebabkan lebih dari 30 ribu warga di wilayah itu meninggalkan rumah emreka. Kami memonitor situasinya dengan seksama," ujar Jubir OCHA David Swanson kepada AFP.


Kebanyakan dari warga itu pindah ke perbatasan Suriah dan Turki dan setengah dari jumlah itu mengungsi ke kamp-kamp penampungan, sementara sisanya tinggal dengan keluarga setempat atau menyewa rumah.

Provinsi Idlib dan wilayah pedesaan di sekitarnya kini menjadi wilayah tersisa yang masih dikuasai oleh kelompok perlawanan Suriah setelah semakin terpojok akibat kemenangan pasukan pemerintah di berbagai lokasi.


Presiden Bashar al-Assad berencana merebut provinsi Idlib dan pasukannya meningkatkan operasi pengeboman di provinsi padat penduduk itu sejak awal bulan lalu.

Situasi ini membuat warga berupaya menyelamatkan diri dan keluarga mereka.

Wartawan AFP di Idlib melihat puluhan keluarga bergerak ke garis depan untuk menghindari aksi pengeboman.

Jalan bebas hambatan utama di provinsi ini dilintasi banyak warga yang berupaya menghindari serangan militer, diantaranya ada kepala keluarga yang mengendarai sepeda motor sementara anak-anak mereka berjalan sambil menggirim domba peliharaan mereka.

Abu Jassim mengatakan dia dan keluarganya menyelamatkan diri dari operasi pengeboman di dekat kota Khan Sheikhun, setelah sebelumnya beberapa kali harus berpindah tempat akibat perang di sana.

"Mereka menyerang dengan empat roket sehingga kami menyelamatkan diri," ujarnya.

"Kami akan pergi ke tempat yang aman," ujar pria berusia sekitar 30 tahun itu.

"Saya punya 30 kambing. Saya perlu air, rumput dan dedak setiap hari untuk makanan mereka."

PBB mengatakan hingga 800 ribu orang harus berpindah tempat akibat serangan pemerintah Suriah ke Idlib dan wilayah sekitarnya.

PBB: Serangan ke Idlib Picu Bencana Kemanusiaan Terburuk
Pasukan perlawanan yang bertahan di provinsi Idlib mempersiapkan diri dari serangan besar-besaran pemerintah Suriah.(AFP/Omar Haj Kadour)
Sekitar tiga juta orang tinggal di zona itu saat ini, sekitar setengahnya sudah berpindah tempat akibat perang brutal selama tujuh tahun, sementara sisanya sangat tergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bisa bertahan hidup.

Selama beberapa minggu, militer Suriah yang dibantu Rusia dan Iran mengepung wilayah pinggiran Idlib dan melakukan serangan udara, roket dan bom yang semakin meningkat belakangan ini.

Rusia akan menjelaskan hasil pertemuan puncak Tehran antara Rusia, Turki dan Iran yang membicarakan nasib provinsi Idlib ke Dewan Keamanan PBB.

Sementara itu, pengeboman masih terus berlanjut.


Kelompok pengawas Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan dua anak tewas dalam serangan bom satu desa Idlib pada Minggu (9/9), sehari sebelumnya 10 warga sipil tewas akibat serangan di zona yang dikuasai kubu perlawanan.

Konflik di Suriah telah menewaskan lebih dari 350 orang dan memaksa jutaan warga meninggalkan rumah mereka, namun PBB memperingatkan serangan besar-besaran ke Idlib bisa memicu bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.





Credit  cnnindonesia.com




Jihadis Asing di Idlib Hadapi Pertempuran Terakhir di Suriah



Jihadis Asing di Idlib Hadapi Pertempuran Terakhir di Suriah
Selain jihadis Suriah, provinsi Idlib dibantu oleh setidaknya seribu jihadis asing yang handal asal Uzbekistan, Chechnya dan Xinjiang. (AFP/Aaref Watad)


Jakarta, CB -- Berasal dari berbagai tempat di dunia, mereka datang ke Suriah untuk dalam "perang suci". Kini jihadis asing menghadapi pertempuran hingga akhir untuk mempertahankan Idlib, benteng terakhir mereka.

Tentara Suriah yang didukung Rusia dan Iran sudah mengepung provinsi Idlib ini sebelum melancarkan serangan di satu-satunya zona terluas yang masih dikuasai oleh para pemberontak.

Sejak 2015, Idlib menjadi rumah bagi serangkaian kelompok anti-pemerintah Suriah: pemberontak sekular, Islamis, jihadis Suriah yang memiliki hubungan dengan al-Qaedah, dan juga para pejuang asing.


Pejuang asing itu berasal dari Uzbekistan, Chechnya dan warga Uighur China. Mereka mulai belajar berperang di tempat lain namun kemudian berkumpul di Suriah untuk membantu perjuangan di negara itu.


Ancaman serangan dari Presiden Bashar al-Assad bisa ribuan pejuang asing yang tersisa kehilangan benteng terakhir mereka di negara barunya.

"Mereka tidak bisa berintegrasi ke dalam Suriah dalam kondisi apapun, mereka tidak bisa pindah ke negara lain dan mereka kemungkinan siap mati," kata Sam Heller, seorang pengamat senior dari International Crisis Group.

"Jadi mereka merupakan duri dari setiap solusi," kata Heller kepada AFP.

Dalam upaya menghindari serangan ini, tiga negara yang berpengaruh dalam perang Suriah yaitu Rusia, Iran dan Turki epakat untuk bekerja sama "menstabilkan" Idlib.


Namun, mereka tidak merinci lebih jauh soal ini.

Penghalang utama bagi satu kesepakatan yang berarti adalah nasih kaum jihadis, termasuk pejuang asing, di provinsi itu.

Para pejuang yang dikejar di negara asal dan menjadi sasarn di Afghanistan dan Pakistan ini adalah jihadis asing berpengalaman yang mengadopsi perang Suriah sebagai perang mereka sekitar 2013. Dua tahun setelah perang saudara terjadi.

Jihadis Asing di Idlib Hadapi Pertempuran Terakhir di Suriah
Para pejuang asing disebut tiba di Suriah pada 2013 dan kini berada di Idlib untuk membantu kelompok perlawanan Suriah mempertahankan provinsi itu. (AFP/Omar Haj Kadour) 
Banyak dari mereka bergabung dengan ISIS, tetapi yang lain tetap bersatu dengan al-Qaedah dan bekas kelompok afiliasinya di Suriah yang sekarang memimpin aliansi Hayat Tahrir al-Sham (HTS). HTS mendominasi kekuasaan di Idlib.

Salah satu kelompok pejuang asing terbesar adalah Partai Islam Turkestan (TIP, yang beranggotakan etnis Muslis Uighur yang merupakan etnis minoritas di provinsi Xinjiang, China.

Mereka mendapatkan pengalaman bertempur di Afghanistan sebelum berangkat ke Suriah dan mencoba membantu mengusir tentara pemerintah Suriah dari Idlib pada 2015.

"Mereka kemudian mencuri pasok senjata dan sejak itu menjadi faksti paling menakutkan di utara. Mereka bukan pejuang sembarangan," kata Heller.


Para pejuang yang diperkiran berjumlah sedikitnya seribu orang bermarkas di sekitar kota Jisr al-Shughur di Idlib tenggara. Kota ini belakangan digempur dengan tembakan artileri dan roket.

TIP akan berjuang keras jika terjadi serangan besar-besaran, dan kemungkinan menjadi sekutu HTS di medan tempur.

"Bukan hanya karena jumlah pejuangnya, tetapi karena mereka dikenal sebagai pejuang yang andal dan mereka sangat dihormati di kalangan jihadis dan pemberontak," ujar Tore Hamming, pakar gerakan jihadis dari Institut Universitas Eropa.

Tetapi karena TIP tidak bisa beroperasi di Xinjiang, kekalahan di Idlib akan membuat mereka kehilangan "medan perang alternatif", kata Hamming.

TIP bukan satu-satunya jawara perang asal Asia di Idlib, pejuang asal Uzbekistan sudah bergabung dalam kelompok yang dekat dengan HTS.

Mereka mengasah kemampuan bersama dengan Taliban atau al-Qaeda di Pakistan dan Afgahnistan sebelum berangkat ke Suriah sebagai sekutu cabang al-Qaeda di sana.

Salah satu kelompok itu adalah Katiba al-Tawhid wal-Jihad, yang menurut sumber-sumber keamanan Rusian dan Kyrgyztan diketuai oleh Sirozhiddin Mukhtarov. Tokoh berusia 28 tahun yang juga dikenal sebagai Abu Saloh al-Uzbeki.

Kelompok lain adalah Brigade Iman al-Bukhari yang melancarkan propaganda daring lewat tentara anak dan masuk dalam daftar kelompok "teroris" Amerika Serikat awal tahun ini.


Kedua kelompok ini sudah diketahui berperang di Idlib, namun tidak ada informasi rinci lainnya.

Pejuang asing paling terkenal kemungkinan adalah warga Chechnya, para veteran perang brutal melawan Rusia dan memiliki hubungan dengan HTS.

Dua kelompok Chechya paling terkemuka di Suriah adalah Junud al-Sham dan Ajnad al-Kavkaz. Tetapi beberapa bulan belakangan mereka bungkam untuk mencegah mendukung kelompok tertentu dalam persiteruan antar pemberontak di Idlib.

Serangan pemerintah Suriah akan menempatkan mereka kembali ke kancah pertempuran.

Jihadis Asing di Idlib Hadapi Pertempuran Terakhir di Suriah
Jihadis asing disebut akan kehilangan medan perang alternatif jika provinsi Idlib direbut pemerintah Suriah, dan mereka juga tidak akan bisa kembali ke negara asal masing-masing.(AFP/Nazeer al-Khatib)
"Semua menunggu apa yang akan terjadi," kata Joanna Paraszczuk, yang melacak jihadis asing.

Kebanyakan dari mereka bergerak ke Suriah awal 2012, menikah dengan perempuan negara itu dan membentuk keluarga. Jadi kemungkinan besar mereka akan berjuang habis-habisan untuk melindung rumah tangga mereka yang baru.


Paraszczuk mengatakan fakfor ini membuat mereka harus menggabungkan koalisi dengan kelompok yang lebih besar dan menyedian penembak jitu serta pasukan serang.

Moskow, secara khusus, ingin memastikan para jihadis ini tidak kembali ke Chechnya untuk berperang melawan pasukan negara itu.

"Membunuh mereka, dari pandangan itu, akan menjadi bonus psikologi bagi Rusia," kata Paraszczuk.





Credit  cnnindonesia.com


Prancis khawatirkan kejahatan perang oleh Suriah terhadap Idlib


Prancis khawatirkan kejahatan perang oleh Suriah terhadap Idlib
Warga memeriksa kerusakan di sebuah lokasi yang terkena serangan udara di kota yang dikuasai pemberontak Idlib, Suriah, Selasa (7/2/2017). (REUTERS/Ammar Abdullah/cfo/17)

Situasinya sangat memprihatinkan. Kita berada di ujung tanduk bencana kemanusiaan dan keamanan


Paris (CB) - Menteri luar negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, pada Rabu mengatakan bahwa serangan udara besar-besaran tanpa meperhatikan warga sipil di kawasan Idlib oleh pemerintah Suriah, Rusia, dan Iran bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang.
"Dugaan kejahatan perang tidak bisa dikesampingkan jika mereka mulai membombardir pemukiman sipil dan rumah sakit," kata Le Drian di hadapan para anggota parlemen.
Sekitar tiga juga orang kini tinggal di Idlib yang merupakan benteng pertahanan terakhir yang masih dikuasai oleh kelompok gerilyawan anti-Presiden Bashar al Assad.
Pemerintah Suriah dan Rusia memulai serangan udara ke Idlib sejak pekan lalu untuk memuka serangan darat besar. Sejumlah organisasi kemanusiaan mengatakan bahwa sejumlah fasilitas medis telah menjadi sasaran.
Ini bukan pertama kalinya Prancis memperingatkan Bashar, Rusia, maupun Iran kalau agresi mereka bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang.
Pada 2016 lalu, mantan presiden Francois Hollade mengatakan bahwa pihaknya tengah berupaya membuat penyidik Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menginvestigasi kejahatan perang oleh pasukan pemerintah Suriah dan Rusia di Aleppo.
Upaya itu berakhir dengan kegagalan karena ICC tidak punya kewenangan di Suriah karena Damaskus tidak menandatangani traktat Roma yang menjadi dasar berdirinya ICC.
Namun demikian ICC masih bisa menggelar penyelidikan di Suriah jika mendapatkan amanat dari Dewan Keamanan PBB. Tapi Moskow pernah memveto usulan resolusi dari Prancis menunjuk ICC untuk menginvestigasi situasi di Suriah.
"Situasinya sangat memprihatinkan. Kita berada di ujung tanduk bencana kemanusiaan dan keamanan," kata Le Drian.





Credit  antaranews.com


Gerilyawan Suriah peroleh dukungan militer Turki jelang serangan Idlib


Gerilyawan Suriah peroleh dukungan militer Turki jelang serangan Idlib
Warga memeriksa kerusakan di sebuah lokasi yang terkena serangan udara di kota yang dikuasai pemberontak Idlib, Suriah, Selasa (7/2/2017). (REUTERS/Ammar Abdullah/cfo/17)

"Pasokan senjata dan amunisi ini akan memperpanjang pertempuran. Mereka juga berjanji tidak akan menghentikan dukungan dalam perang"



Amman (CB) - Ankara memperbanyak pasokan senjata untuk gerilyawan Suriah menjelang serangan besar-besaran oleh kubu pemerintah, Rusia, dan Iran di Provinsi Idlib yang berbatasan langsung dengan Turki, demikian keterangan sejumlah sumber Reuters.
Para sumber itu mengatakan bahwa Turki mengirim bantuan militer tambahan kepada para gerilyawan di sekitar Idlib sejak pertemuan Presiden Turki, Iran, dan Rusia pada pekan lalu gagal menghasilkan kesepakatan.
Turki, yang saat ini sudah menampung sekitar 3,5 juta pengungsi dari Suriah, khawatir serangan ke Idlib akan menciptakan gelombang pengungsian baru ke negaranya. Presiden Tayyip Erdogan juga memperingatkan potensi bencana kemanusiaan dan juga resiko keamanan bagi Turki.
"Mereka berjanji akan mengirim dukungan militer penuh untuk pertempuran mendatang," kata seorang komandan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang sempat bertemu dengan sejumlah pejabat senior Turki pada beberapa hari terakhir ini.
Senjata yang memasuki Suriah dalam kuantitas besar dalam beberapa hari terakhir di antaranya adalah amunisi dan rudal GRAD.
"Suplai senjata dan amunisi ini akan memperpanjang pertempuran. Mereka juga berjanji tidak akan menghentikan dukungan dalam perang," kata sumber yang sama.
Seorang sumber lain mengatakan, "Turki memastikan bahwa para gerilyawan punya cukup amunisi untuk berperang dalam waktu lama."
Idlib adalah kawasan di utara Suriah yang berbatasan langsung dengan Turki. Selain itu, wilayah ini juga menjadi benteng pertahanan terakhir yang masih berada di tangan oposisi.
Sekitar tiga juga orang kini tinggal di Idlib, dan sebagian di antaranya adalah warga Suriah yang melarikan diri dari pertempuran di kawasan lain.
Sementara itu pesawat tempur Rusia dan Suriah semakin mengintensifkan serangan ke wilayah selatan Idlib untuk membuka jalan bagi pasukan darat.
Kota-kota besar di Idlib saat ini dikuasai oleh kelompok ekstrimis yang dekat dengan Al Qaeda. Meski demikian, mereka masih kalah jumlah dengan FSA yang mendapat dukungan Turki.
Turki sejak pekan lalu sudah menempatkan tentara tambahan beserta senjata besar di 12 posisi sekitar Idlib.
Dengan dukungan tersebut, FSA kini berupaya menyatukan kelompok gerilyawan dengan kekuatan 30.000 orang.



Credit  antaranews.com