Kamis, 13 September 2018

Putin Klaim Tahu Peracun Eks Agen Rusia di Inggris


Putin Klaim Tahu Peracun Eks Agen Rusia di Inggris
Presiden Vladimir Putin mengklaim Kremlin berhasil mengidentifikasi dua tersangka kasus peracunan eks agen Rusia di Inggris pada awal Maret lalu. (Mikhail Metzel/TASS Host Photo Agency/Pool via Reuters)


Jakarta, CB -- Presiden Vladimir Putin mengklaim Kremlin berhasil mengidentifikasi dua tersangka kasus peracunan eks agen Rusia, Sergei Skripal, di Salisbury, Inggris, pada awal Maret lalu.

Putin menyebut dua tersangka itu adalah warga sipil, bukan agen mata-mata seperti yang selama ini dituduhkan London.

"Kami tahu siapa mereka, kami telah menemukan mereka. Mereka (tersangka) adalah warga sipil tentunya," ucap Putin dalam pidatonya di forum ekonomi internasional di Vladivostok, Rabu (12/9)


Dikutip AFP, pernyataan itu tampaknya diutarakan Putin sebagai respons terhadap tuduhan Inggris bahwa dua tersangka bernama Alexander Petrov dan Ruslam Boshirov adalah anggota badan intelijen Rusia GRU.


London juga telah merilis foto kedua pria tersebut. Kedua pria berusia sekitar 40 tahun itu disebut masuk ke Inggris melalui Bandara Gatwick pada 2 Maret lalu dan keluar dua hari kemudian.

Kedua warga Rusia tersebut didakwa melakukan percobaan pembunuhan serta mempergunakan dan memiliki racun Novichok, zat yang dikategorikan sebagai senjata pemusnah massal buatan Uni Soviet.


Skripal, mantan agen Rusia yang berkhianat kepada negaranya, ditemukan tak sadarkan diri bersama putrinya, Yulia, di sebuah bangku di pusat perbelanjaan di Salisbury pada 4 Maret lalu.

Polisi Inggris menyimpulkan keduanya terpapar racun saraf Novichock, racun yang dikembangkan Uni Soviet di era 1970an.

Inggris selama ini menuding Rusia berada di balik serangan tersebut. Namun, Kremlin berkeras membantah seluruh tuduhan tersebut. Rusia bahkan mengklaim tak mengenal kedua tersangka itu.


Kasus peracunan Skripal berbuntut cekcok diplomatik antara Moskow dan London hingga saling usir diplomat.

Tak hanya London, akibat kasus Skripal, sejumlah negara Barat, seperti Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa, turut mengusir diplomat Rusia dari negaranya.

Kasus Skripal pun dinilai alasan relasi antara Rusia dan negara Barat berada dalam titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.




Credit  cnnindonesia.com