Presiden Putin mengatakan Rusia dan Jepang
bisa menandatangani kesepakatan damai pada akhir ini. (Donat
Sorokin/TASS Host Photo Agency/Pool via Reuters)
Usul tiba-tiba Putin ini diajukan hanya dua hari setelah dia mengatakan perebutan wilayah kedua negara itu akan sulit diselesaikan dalam waktu dekat.
Perselisihan antara Rusia dan Jepang berpusat di empat pulau paling selatan di rangkaian kepulaian Kuril. Keempat pulau itu diduduki oleh Uni Soviet di akhir Perang Dunia II pada 1945 namun sekarang diklaim milik Jepang.
Perselisihan ini membuat kedua negara tidak mau menandatangani satu kesepakatan damai.
"Kami sudah mencoba menyelesaikan perselisihan wilayah selama 70 tahun. Kami sudah berunding selama 70 tahun," kata Putin dalam forum ekonomi di Vladivostok, Rabu (12/9) yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri Jepang dan Presiden China.
"Shinzo mengatakan, 'Mari ubah pendekatan kita' Ayo! Mari capai satu kesepakatan damai, tidak sekarang tetapi pada akhir tahun tanpa syarat," kata Putin yang disambut dengan tepuk tangan meriah peserta.
"Ini bukan main-main," tambah Putih yang mengisyaratkan bahwa kedua negara bertekad untuk menyelesaikan perselisihan wilayah sesuai dengan kesepakatan damai.
Putin mengatakan penyelesaian dengan kesepakatan semacam ini akan menciptakan suasana yang lebih baik dan membuat kedua negara "terus berusaha menyelesaikan masalah lain seperti teman."
"Bagi saya hal ini akan memfasilitasi solusi bagi semua masalah yang tidak bisa kita selesaikan dalam 70 tahun terakhir."
Sementara itu, perdana menteri Jepang mengatakan kedua negara "memiliki satu tugas bagi generasi mendatang."
"Mari kita berjalan bersama dengan memperhatikan pertanyaan 'Jika tidak sekarang, kapan?' dan 'Jika bukan kita, siapa?'" kata Abe yang berpidato sebelum Putin.
"Kami berdua sama-sama sadar hal itu tidak akan mudah."
Putin tampaknya berupaya mengubur isyarat bahwa perselisihan kedua negara akan bisa diselesaikan dalam waktu dekat.
"Sangat naif untuk berpikir bahwa hal itu bisa diselesaikan dengan cepat," kata Putin setelah bertemu dengan Abe di sela-sela forum ekonomi itu, Senin (10/9).
Namun, sejumlah diplomat mengatakan usul itu tidak akan bisa diterapkan.
Rusia
merebut empat pulau yang terletak di sebelah utara Hokkaido pada 1945
di penghujung Perang Dunia II. (Reuters/Issei Kato/File Photo)
|
"Ini disebut memancing. Putin tidak mengharapkan apapun," kata Kunadze kepda radio Echo Moskow.
Dia mengindikasikan bahwa Abe tidak akan pernah menerima kesepakatan yang bisa membunuh karir politiknya.
Putin dan Abe sudah bertemu berkali-kali dalam beberapa tahun belakangan yang bertujuan mencari jalan keluar atas kepulauan yang di Jepang disebut sebagau Wilayah Utara.
Kedua negara telah melakukan berbagai proyek ekonomi di kepulauan itu seperti peternakan ikan dan karang, energi tenaga angin dan wisata.
Sejak tahun lalu, Tokyo dan Moskow juga menyepakati penerbangan pesawat carter bagi bekas penghuni pulau itu yang ingin mengunjungi makam keluarga mereka.
Para pejabat kementerian luar negeri Jepang dan Rusia mengatakan upaya mencapai kesepakatan baru masih terus berjalan seperti biasa.
"Pemerintah akan terus merundingkan prinsip-prinsip dasar yang akan ditandatangani sebagai traktat perdamaian setelah mencapai kata sepakat soal sebutan Kepulauan Empat UTara ini," kata menteri kabinet Jepang, Yoshihide Suga.
"Posisi ini tidak berubah."
Di Moskow, wakil menlu Igor Morgulov mengatakan kepada kantor berita Rusia bwha pengumuman Putin tidak perlu diikuti dengan perubahan format perundingan yang sekarang berjalan.
Kepulauan Kurils, sebelah utara pulau Hokkaido, dikuasi oleh Moskow sejak tentara Uni Soviet merebutnya di penghujung Perang Dunia II.
Keempat pulau itu oleh Rusia diberi nama Iturup, Shikotan, Habomai dan Kunashir.
Pendahulu Putin, Dmitry Medvedev, pada 2010 menjadi pemimpin Rusia yang berkunjung ke wilayah itu. Langkah ini menyebabkan Tokyo marah besar.
Credit cnnindonesia.com