Sabtu, 14 April 2018

AS, Inggris, Prancis Keroyok Suriah dengan 100 Rudal Tomahawk


AS, Inggris, Prancis Keroyok Suriah dengan 100 Rudal Tomahawk
Tentara Suriah tembakkan rudal pencegat untuk menghalau serangan rudal Amerika Serikat di Damaskus, Sabtu (14/4/2018). Foto/Twittter @arturaskerelis

WASHINGTON - Serangan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis terhadap beberapa wilayah di Suriah melibatkan sekitar 100 rudal jelalah Tomahawak yang ditembakkan dari kapal-kapal perang. AS juga dilaporkan mengaktifkan pesawat pembom strategis B-1.

Serangan berlangsung hari ini (14/4/2018) tepat saat Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa dia memerintahkan serangan militer terhadap rezim Suriah sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimi di Douma pada 7 April 2018.

Jenderal Joseph F Dunford Jr, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan bahwa serangan gabungan Washington, London dan Prancis menargetkan tiga lokasi. Yakni,  pusat penelitian ilmiah di dekat Damaskus, fasilitas penyimpanan senjata kimia di dekat Homs dan fasilitas penyimpanan senjata dan pos komando di dekat Homs. Namun, laporan lain menyebut pos komando Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) di Gunung Qasioun juga diserang.

Dunford mengatakan, serangan hari ini tidak seperti serangan sepihak AS terhadap Suriah tahun lalu, di mana hanya satu situs yang diserang,

Penggunaan sekitar 100 rudal jelajah Tomahawak oleh kapal-kapal perang AS dan sekutunya hari ini diungkap seorang pejabat Departemen Pertahanan AS yang berbicara dengan syarat anonim. Pentagon juga mengaktifkan pesawat pembom strategis B-1.

Semenatara itu, media pemerintah Suriah melaporkan bahwa sistem anti-rudal militer Presiden Bashar al-Assad menembak jatuh sekitar 20 rudal musuh yang menyerang Damaskus.

Serangan itu terjadi meski belum ada temuan independen bahwa senjata kimia memang digunakan di Douma, Suriah.  Tim inspektur Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) baru tiba di Suriah pada hari Jumat dan belum melakukan penyelidikan intensif.

Militer AS mengaku tidak memberi tahu Rusia terkait serangannya bersama Prancis dan Inggris terhadap Suriah hari ini. Target-target serangan juga dirahasiakan.

"Kami tidak melakukan koordinasi dengan Rusia mengenai serangan-serangan ini, dan kami juga tidak memberi tahu mereka," kata Jenderal Dunford.

"Kami tidak mengkoordinasikan target atau perencanaan apapun dengan Rusia," lanjut  Dunford dalam konferensi pers bersama Menteri Pertahanan James Norman Mattis, yang dilansir Business Insider, Sabtu (14/4/2018).

Keputusan AS itu dianggap sudah mengancam Rusia. Melalui duta besarnya di Washington, Anatoly Antonov, Moskow memperingatkan konsekuensi yang harus diterima AS, Inggris dan Prancis atas serangannya di Suriah.

Moskow merasa terancam karena memiliki pasukan aktif di Suriah.  "Skenario yang dirancang sebelumnya sedang dilaksanakan. Sekali lagi, kami sedang diancam. Kami memperingatkan bahwa tindakan seperti itu tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi!," kata Antonov dalam sebuah pernyataan.

"Semua tanggung jawab untuk ini ada di Washington, London, dan Paris," lanjut diplomat Moskow tersebut.




Credit  sindonews.com








Serangan AS Hantam Basis Militer dan Pusat Riset Kimia Suriah


Serangan AS Hantam Basis Militer dan Pusat Riset Kimia Suriah 
Serangan rudal gabungan Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis menghantam basis militer dan pusat riset kimia di Suriah pada Sabtu (15/4). (SYRIA TV via Reuters TV)
 
 
 
Jakarta,CBa -- Serangan rudal gabungan Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis menghantam pangkalan militer dan pusat riset kimia di Suriah, pada Sabtu (15/4).

AFP melaporkan bahwa serangan rudal gabungan itu dimulai sekitar pukul 01.00 GMT, menyasar sejumlah fasilitas produksi kimia rezim Bashar al-Assad.

"Target malam ini spesifik didesain untuk menghancurkan kemampuan mesin perang Suriah untuk menciptakan senjata kimia dan memusnahkannya," ujar Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis.


Kementerian Pertahanan Perancis menyatakan bahwa empat jet Tornado mereka menembakkan rudal Storm Shadow ke "sebuah fasilitas militer, bekas markas rudal, sekitar 24 kilometer di barat Homs, di mana rezim menyimpan senjata kimia."

Perancis memastikan bahwa mereka sudah melakukan analisis secara seksama untuk menentukan titik target yang tepat agar memaksimalkan kekuatan serangan dan mengurangi risiko kontaminasi kimia ke area sekitar.

"Fasilitas yang diserang berlokasi cukup jauh dari konsentrasi habitat sipil, mengurangi risiko apa pun," tulis Kemenhan Perancis.

Organisasi pemantau Syrian Observatory for Human Rights juga melaporkan bahwa serangan koalisi Barat itu menargetkan sejumlah pusat riset ilmiah.

"Koalisi barat menyerang dengan target pusat riset ilmiah, beberapa basis militer, dan markas Garda Republik dan Divisi Empat di Damaskus dan sekitarnya," demikian laporan Syrian Observatory.

Mattis mengatakan bahwa serangan ini berlangsung selama satu jam dan memastikan tidak akan ada tindakan lanjutan.

"Tak ada upaya untuk memperluas target yang sudah dirancang," katanya.

Menurut Mattis, serangan ini dirancang hanya untuk memberikan pesan tegas kepada Suriah mengenai sikap AS yang menentang penggunaan senjata kimia, seperti kasus di Douma pada pekan lalu.

Serangan senjata kimia di daerah pemberontak di Douma, Ghouta Timur, itu merenggut 60 nyawa dan melukai sekitar 1.000 orang lainnya.

Presiden Donald Trump menuding rezim Assad dan Rusia sebagai sekutu terdekatnya bertanggung jawab atas kematian sia-sia warga sipil dalam serangan itu.

Trump pun berjanji akan memberikan tanggapan keras atas insiden tersebut, layaknya yang ia lakukan tahun lalu, saat Suriah diduga menggunakan senjata kimia dalam serangan di Kota Khan Sheikhoun.

Saat itu, Trump langsung memerintahkan militer AS menyerang salah satu pangkalan udara di Suriah dengan 59 rudal Tomahawk.

"Jelas, rezim Assad tidak menerima pesan tahun lalu. Kali ini, sekutu menyerang lebih kuat. Kami mengirimkan pesan yang jelas kepada Assad," kata Mattis.



Credit  cnnindonesia.com



Trump Perintahkan AS Serang Suriah bersama Inggris, Perancis


Trump Perintahkan AS Serang Suriah bersama Inggris, Perancis 
Donald Trump memerintahkan militer AS melakukan serangan ke Suriah dalam operasi bersama Inggris dan Perancis, menanggapi penggunaan senjata kimia di Douma. (Reuters/Jonathan Ernst)
 
 
 
Jakarta, CB -- Presiden Donald Trump memerintahkan serangan ke Suriah dalam satu operasi militer bersama Inggris dan Perancis sebagai tanggapan atas dugaan penggunaan senjata kimia di daerah kekuasaan pemberontak di Ghouta Timur.

"Saya baru saja memerintahkan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat melancarkan serangan ke target-target yang berkaitan dengan kemampuan senjata kimia diktator Suriah, Bashar al-Assad," ujar Trump, Jumat (13/4).

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa ada beberapa target serangan tersebut. Menurut sumber tersebut, AS juga akan menggunakan rudal Tomahawk dalam operasi ini.


"Tujuan dari tindakan kami adalah untuk memberikan perlawanan keras terhadap produksi, penyebaran, dan penggunaan senjata kimia," ucap Trump.

Trump kemudian kembali menyatakan protesnya kepada Rusia dan Iran yang selama ini menjadi sekutu terkuat rezim Assad.

"Kepada Iran dan Rusia, saya bertanya, negara macam apa yang ingin dikaitkan dengan pembunuhan massal pria, perempuan, dan anak-anak tak bersalah?" tutur Trump.

Namun, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengatakan bahwa serangan ini bukan untuk menggulingkan satu rezim, tapi tindakan pencegahan kematian orang tak bersalah akibat senjata kimia.

"Ini bukan masalah intervensi perang sipil. Ini bukan masalah perubahan rezim. Ini masalah serangan terbatas dan punya target, yang tidak meningkatkan ketegangan di kawasan dan salah satu cara mencegah kematian warga sipil," kata May.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron, pun mengatakan bahwa ia memerintahkan serangan ini untuk mencegah penggunaan senjata kimia.

"Kami tidak bisa menoleransi normalisasi penggunaan senjata kimia," ucap Macron.

Ketiga pemimpin negara ini memang sudah memberi isyarat akan memberikan tanggapan tegas atas penggunaan senjata kimia yang disebut-sebut dilakukan oleh militer Suriah.

Serangan di daerah kekuasaan pemberontak di Douma, Ghouta Timur, pada pekan lalu itu merenggut 60 nyawa dan melukai 1.000 orang lainnya.



Credit  cnnindonesia.com



Trump perintahkan militer AS serang Suriah

Trump perintahkan militer AS serang Suriah
Presiden Donald Trump (REUTERS/David Becker/Files (Reuters)



Washington (CB) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jumat, memerintahkan pelaksanaan serangan dengan menargetkan kemampuan senjata kimia Presiden Suriah Bashar al-Assad setelah terjadinya serangan gas beracun pekan lalu, yang menewaskan setidaknya 60 orang.

Trump mengatakan operasi gabungan dengan Prancis dan Inggris sedang bergerak menuju sasaran. Mereka siap melanjutkan tindakan itu sampai Suriah menghentikan penggunaan senjata kimia.

"Saya baru saja memerintahkan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat untuk melakukan serangan secara tepat terhadap target-target yang berhubungan dengan kemampuan senjata kimia diktator Suriah Bashar al-Assad," kata Trump dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih.

"Ini bukan aksi manusia. Ini adalah aksi kejahatan yang dilakukan oleh monster," kata Trump. Ia mengacu pernyataannya pada Assad dan peranan presiden Suriah itu dalam serangan senjata kimia.

Ketika Trump berbicara, sejumlah ledakan terdengar di Damaskus.

"Tujuan aksi kita malam ini adalah untuk membuat pencegahan kuat terhadap produksi, penyebaran dan penggunaan senjata nuklir," kata Trump.



Credit  antaranews.com







Jumat, 13 April 2018

Stasiun TV Minta Warga Rusia Bersiap untuk Perang Dunia III


Stasiun TV Minta Warga Rusia Bersiap untuk Perang Dunia III
Stasiun televisi Rusia meminta warga melakukan persiapan untuk Perang Dunia III. Foto/Istimewa


MOSKOW - Sebuah stasiun televisi Rusia yang dikelola oleh negara meminta warga membuat persiapan untuk Perang Dunia Ketiga. Stasiun milik Kremlin itu meminta warga melakukan persediaan yang ideal untuk bertahan hidup dan menyimpan yodium untuk melindungi diri dari terkena radiasi.

Laporan stasiun Rossiya-24 itu terjadi di tengah ketegangan yang mendalam terkait Suriah.

Dalam laporannya, para pemirsa diminta untuk menyimpan nasi dan oatmeal tahan lama disimpan. Sementara makanan favorit warga Rusia, Soba, hanya bisa bertahan satu tahun.

Warga Rusia juga diminta untuk menyimpan daging dan ikan kaleng, gula dan garam. Warga tidak disarankan untuk menyimpan pasta.

“Kehidupan di dunia bawah tanah akan sangat sulit untuk bergigi yang manis. Cokelat, manisan, susu kental, semua ini harus ditinggalkan," ujar Presenter TV Alexey Kazakov seperti dikutip dari Mirror, Kamis (12/4/2018).

"Ya, glukosa adalah sumber energi yang besar tetapi permen menyebabkan kehausan, dan air akan menjadi sumber yang paling berharga bagi penghuni tempat penampungan bom," imbuhnya.

Seorang “ahli” yang disebut Eduard Khalilov - saat diwawancarai via Skype - mengatakan: “Semakin banyak air, semakin baik."

“Karena Anda dapat bertahan hidup selama dua hingga tiga minggu tanpa makanan, tetapi itu menjadi sangat sulit tanpa air setelah tiga hari saja," sambungnya.

"Air dibutuhkan untuk mencerna makanan juga. Dan air adalah hal pertama yang harus dipikirkan," lanjutnya

Ahli itu juga mengatakan bahwa perlu juga untuk mengambil persediaan obat-obatan dengan yodium yang membantu tubuh menangani radiasi.

Laporan itu juga mengklaim bahwa 'kepanikan lebih buruk di Amerika', yang menyatakan bahwa 'bisnis tempat perlindungan bom sedang booming' setelah pemilihan Donald Trump.

Seorang analis militer mengatakan bahwa saat ini dunia tengah dihadapkan pada krisis rudal Kuba jilid 2.

"Setahun yang lalu ketika saya mengatakan kita telah memasuki Perang Dingin yang baru, tidak ada yang setuju dengan saya," ujar Alexander Golts kepada Rain TV di Moskow. 

"Sekarang semua orang setuju tetapi telah menjadi jelas bahwa peristiwa dalam Perang Dingin kedua ini berkembang jauh lebih cepat," imbuhnya.

"Baru saja dimulai dan, ini dia, kita sudah punya krisis misil Kuba 2.0," tukasnya.


Credit  sindonews.com


Mengenal Tomahawk, Rudal AS yang Diprediksi Hujani Suriah


Mengenal Tomahawk, Rudal AS yang Diprediksi Hujani Suriah
Rudal jelajah Tomahawk Amerika Serikat yang berpotensi menghujani Suriah. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Ada satu peluru kendali (rudal) di gudang senjata Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan akan menghujani beberapa target di Suriah sebagai respons Presiden Donald Trump atas dugaan serangan senjata kimia di Douma.

Washington dan negara-negara Barat menuduh rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai pelaku serangan kimia yang dilaporkan menewaskan puluhan orang. Rezim Suriah dan Rusia membantah dan menuduh serangan dibuat oleh LSM White Helmets dan kelompok Jaish al-Islam yang didukung Barat untuk memfitnah Assad agar diserang Barat.

Serangan rudal AS sulit ditebak. "Saya tidak pernah mengatakan kapan serangan terhadap Suriah akan terjadi," tulis Trump di Twitter. Namun, pemimpin Amerika ini telah memintah Rusia sebagai sekutu Assad bersiap menyambut tembakan rudal Amerika yang dia sebut bagus, baru dan "pintar".

Ukuran peluru kendali jelajah Tomahawk sekitar setengah dari panjang tiang telepon standar. Daya lesatnya sebanding dengan kecepatan jelajah pesawat komersial dan dapat membawa hulu ledak seberat 1.000 pon.

Tomahawk telah berada di gudang senjata Angkatan Laut AS sejak tahun 1980-an. Namun, pertama kali digunakan dalam pertempuran pada tahun 1991, yakni selama Perang Teluk. Secara keseluruhan, senjata ini telah dikerahkan lebih dari 2.300 kali.

"Tahun demi tahun, administrasi masuk dan administrasi keluar, itu adalah rudal jelajah darat jarak jauh yang diambil presiden untuk pertama dalam krisis," kata Thomas Karako, direktur Proyek Pertahanan Rudal di Pusat Studi Strategis dan Internasional kepada CNBC.

"Apa yang membedakan Tomahawk dari beberapa senjata lain adalah bahwa ia diluncurkan dari laut dan memiliki jangkauan yang jauh lebih lama," kata Karako, yang dilansir Jumat (13/4/2018).


Harga terbaru dari senjata ini per unitnya sekitar USD1,4 juta. Peluru kendali Tomahawk produksi kontraktor pertahanan Raytheon memiliki jarak tempuh 800 hingga 1.553 mil dan dapat dikerahkan oleh lebih dari 140 kapal dan kapal selam Angkatan Laut AS. Pada tahun 1995, Inggris menjadi militer kedua yang menambahkan Tomahawk ke gudang persenjataannya.

Apa yang membuat Tomahawk sangat mematikan adalah kemampuannya untuk membawa hulu ledak konvensional seberat 1.000 pon dan diprogram ulang di tengah jalan.

Selama lima hari terakhir, Presiden Trump telah mempertajam retorikanya melawan Suriah dan sekutunya yang paling kuat, yakni Rusia. Dia mengeluarkan ancaman melalui Twitter tentang potensi serangan AS terhadap negara yang dilanda perang tersebut.

"Bersiaplah Rusia, karena mereka (rudal-rudal AS) akan datang, bagus dan baru dan 'pintar'! Anda seharusnya tidak bermitra dengan binatang pembunuh gas yang membunuh orang-orangnya dan menikmatinya!," tulis Trump di Twitter.

Trump mengatakan kepada wartawan hari Kamis bahwa keputusan mengenai apakah militer AS akan menanggapi dugaan serangan kimia di Suriah akan dibuat segera.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengatakan bahwa sekitar 500 orang di Douma dirawat karena tanda dan gejala terpapar bahan kimia beracun. Namun, Rusia kecewa karena data WHO bersumber dari White Helmets.

Tahun lalu, pemerintahan Trump menembakkan total 59 rudal jelajah Tomahawk dari kapal perusak Angkatan Laut AS, USS Porter dan USS Ross, di Mediterania timur.

Rudal-rudal itu menghantam hanggar pesawat, bunker amunisi, sistem pertahanan udara, dan radar. Selain itu, Pentagon mengatakan pasukan Rusia di Suriah secara resmi diberitahu sebelum serangan, namun Moskow tidak bertindak.

"Satu-satunya tindakan kinetik terbaik dan paling konsekuen yang diambil pemerintahan Trump adalah 59 rudal jelajah Tomahawk ke Suriah," kata Karako.

"Ini menunjukkan kesediaan untuk menggunakan kekuatan kinetik, ini menunjukkan administrasi akan mendukung apa yang dikatakannya dengan tindakan," ujarnya.

Sekadar diketahui, sistem perisai rudal terkuat Rusia yang dikerahkan di Suriah saat ini adalah S-400. Senjata canggih Moskow itu diperkirakan yang akan menjadi "payung" udara rezim Suriah dari gempuran rudal-rudal Tomhawak Amerika.




Credit  sindonews.com




Menanti Pembuktian S-400 Rusia Lindungi Suriah dari Rudal AS


Menanti Pembuktian S-400 Rusia Lindungi Suriah dari Rudal AS
Infografis perbandingan kekuatan AS bersama sekutunya dengan Rusia dalam konflik Suriah. Foto/Dailymail.co.uk


DAMASKUS - Sistem rudal pertahanan udara S-400 Rusia menjadi ramai diperbincangkan setelah Moskow mengancam akan menembak jatuh setiap peluru kendali (rudal) Amerika Serikat (AS) yang ditembakkan ke Suriah. Sebab, sistem anti-pesawat tercanggih Moskow itu jadi pelindung terkuat bagi rezim Presiden Bashar al-Assad saat ini.

Administrasi Donald Trump sudah bernafsu ingin menggempur rezim Assad atas tuduhan melakukan serangan senjata kimia di Douma, Ghouta timur, pada Sabtu pekan lalu yang dilaporkan menewaskan puluhan orang. Suriah dan Rusia menyangkal rezim Assad sebagai pelaku dan menuduh serangan itu rekayasa LSM White Helmets dan kelompok Jaish al-Islam untuk memfitnah rezim Assad agar diserang negara-negara Barat.

Awalnya, Duta Besar Rusia untuk Lebanon, Alexander Zasypkin, memperingatkan Washington untuk tidak menyerang Suriah karena akan direspons oleh militer Moskow.

"Jika ada serangan oleh Amerika, maka...rudal akan jatuh dan bahkan sumber dari mana misil ditembakkan (akan ditargetkan)," kata Zasypkin yang disiarkan stasiun televisi al-Manar, media yang dikelola Hizbullah Lebanon, kemarin.

"Bentrokan harus dikesampingkan dan oleh karena itu kami siap untuk mengadakan negosiasi," ujar diplomat Rusia ini.

Peringatan diplomat Moskow ini rupanya menyinggung perasaan Presiden Trump. Pemimpin Amerika itu justru menantang balik Rusia untuk bersiap menyambut rudal Washington yang dia klaim bagus, baru dan "pintar".

"Rusia bersumpah akan menembak jatuh semua rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia, karena mereka akan datang, bagus, baru dan 'pintar'!," tulis Trump melalui akun Twitter-nya, @realDonaldTrump.

"Anda tidak seharusnya bermitra dengan binatang pembunuh gas yang membunuh orang-orangnya dan menikmatinya!," lanjut Trump menyindir Presiden Assad yang dituduh melakukan serangan senjata kimia di Douma.

Sistem S-400 dirancang untuk menghancurkan pesawat, rudal jelajah, dan rudal balistik, termasuk rudal jarak menengah. Sistem pertahanan ini juga dapat digunakan untuk melawan serangan darat.

S-400 pertama kali dikerahkan ke Suriah pada tahun 2015. Perlatan ini diklaim mampu menjadi "payung" udara Suriah hingga radius 248 mil. Kelebihan lainnya, mampu menembak hingga 80 target secara bersamaan dan rudal yang ditembakkan dapat melesat lebih dari 10.000mph.

China dan beberapa negara Arab seperti Iran, Turki dan Arab Saudi telah tertarik dengan sistem pertahanan yang harga per unitnya mencapai USD400 juta tersebut.

Rusia pada mulanya mengerahkan S-400 ke pangkalannya di Khemeimim, Suriah, untuk mencegah Turki setelah jet tempur Ankara menembak jatuh sebuah pesawat pembom Moskow pada November 2015 lalu.

Efektif atau tidaknya sistem pertahanan kebanggaan Kremlin ini untuk melindungi rezim Assad dari gempuran rudal AS masih perlu pembuktian nyata. Fakta bahwa S-400 belum terlibat langsung dalam pertempuran, melainkan hanya dalam taraf uji coba. 

Sejatinya, sistem pertahanan udara mana pun di dunia belum tentu sempurna. Sebagai contoh, sistem rudal pertahanan Patriot AS pernah dilaporkan gagal diandalkan dalam menjatuhkan rudal musuh, seperti dalam kasus serangan rudal balistik Houthi Yaman terhadap Riyadh, Arab Saudi, yang menewaskan seorang warga Mesir belum lama ini.

Sistem Patriot juga tak digunakan Jepang ketika rudal balistik Korea Utara beberapa kali melintasi wilayah udara atau langit Jepang beberapa waktu lalu. Sistem rudal pertahanan THAAD dan sistem rudal pertahanan Aegis juga belum teruji dalam pertempuran.

Berbeda halnya dengan sistem pertahanan Iron Dome Israel yang pernah terlibat pertempuran langsung dengan Hamas. Itu pun memiliki kelemahan, di mana beberapa waktu lalu sistem Iron Dome terkecoh oleh suara senapan mesin Hamas yang dikiran serangan roket.

Kembali ke S-400 Rusia. Meski diklaim mampu membidik 80 target rudal secara bersamaan, namun rezim Suriah kali ini diancam oleh militer tiga negara. Yakni, AS, Inggris dan Prancis. Bahkan, Arab Saudi juga menyatakan siap ikut jika diminta sekutunya.

Sebaliknya, jika S-400 Rusia terbukti jadi "payung" pelindung rezim Assad dari gempuran militer tiga negara itu maka tidak mungkin mata dunia akan terpikat pada sistem rudal pertahanan kebanggaan Kremlin tersebut.

Militer Rusia telah menuduh LSM White Helmets sebagai "pementas drama" serangan kimia di Douma. "Bertindak murni sebagai organisasi teroris, White Helmets sekali lagi najis dalam membuat kamera serangan kimia pada warga sipil di Douma," kata pejabat tinggi militer Moskow, Letnan Jenderal Viktor Poznikhir pada sebuah briefing.

Dia mengatakan para dokter di sebuah rumah sakit setempat mengatakan kepada para petugas Rusia bahwa mereka tidak merawat korban serangan kimia seperti yang dilaporkan White Helmets.



Credit  sindonews.com




Iran: Tel Aviv Akan Rata dengan Tanah Jika Israel Menyerang


Iran: Tel Aviv Akan Rata dengan Tanah Jika Israel Menyerang
Foto/Ilustrasi/Istimewa


TEHERAN - Seorang pejabat senior Iran memperingatkan Israel untuk tidak memprovokasi Teheran. Peringatan ini muncul sehari setelah Perdana Menteri Israel mengeluarkan peringatan serupa ke Teheran.

Pembantu Pemimpin Spritual Tertinggi Iran, Ali Shirazi mengatakan, Teheran mampu menghancurkan Israel seperti dikutip oleh kantor berita FARS. "Jika Anda memberikan alasan untuk Iran, Tel Aviv dan Haifa akan diratakan dengan tanah," ujarnya seperti dikutip dari ABC News, Kamis (12/4/2018).

Pada upacara peringatan Holocaust hari Rabu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Iran untuk tidak "menguji tekad Israel."

Iran telah berulang kali memprediksi kehancuran Israel, dan mendukung kelompok-kelompok bersenjata yang berjanji untuk menghancurkannya.

Netanyahu mengatakan Israel tidak akan mentoleransi kehadiran militer Iran di Suriah, khususnya di sepanjang perbatasan. Iran telah mengirim pasukan dan sekutu milisi untuk mendukung pasukan Presiden Suriah Bashar Assad.

Israel menganggap Iran sebagai ancaman bagi kawasan terutama mengkritik kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) dan mengecam keputusan untuk mencabut sanksi terhadap Iran dalam kesepakatan itu.

Februari terjadi eskalasi besar dalam konflik antara Israel dan Iran di Suriah. Militer Israel mengatakan helikopternya telah mencegat serangan pesawat tak berawak Iran yang diluncurkan dari Suriah dan Angkatan Udara Israel (IAF) telah menyerang apa yang disebut sebagai target Iran di Suriah.

Sistem pertahanan udara Suriah menanggapi dengan menembak jatuh jet tempur F-16 Israel.

Jet-jet Israel kemudian menyerang sejumlah sasaran di Suriah, termasuk sistem pertahanan udara Suriah dan apa yang digambarkan Israel sebagai fasilitas militer Iran, kata Pasukan Pertahanan (IDF) negara itu.




Credit  sindonews.com




PM Selandia Baru Akui Negaranya Rasis


PM Selandia Baru Akui Negaranya Rasis
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengakui bahwa negaranya rasis, dan bersumpah akan berupaya menangani masalah tersebut. (Reuters/Ross Setford)


Jakarta, CB -- Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengakui bahwa negaranya rasis, dan bersumpah akan berupaya menangani masalah tersebut.

"Saya pikir mungkin Anda akan kesulitan menemukan negara yang tidak memiliki rasisme di dalamnya. Apakah Selandia Baru salah satunya? Tak dapat disangkal. Apakah rasisme ada di hampir semua negara? Tak dapat disangkal lagi. Dapatkah kita memperbaiki ini dengan berbuat lebih baik? Ya," kata Ardern kepada wartawan, Rabu (11/4).

"Saya benar-benar bangga dengan upaya yang kami lakukan setiap hari untuk menjadi lebih baik," lanjutnya.


Pernyataan itu diungkapkan Ardern menanggapi komentar salah satu produser film, Taika Waititi, yang menganggap bahwa negaranya itu "rasis kebangetan."


"Negara ini rasis kebangetan. Maksud saya, Selandia Baru adalah tempat terbaik di planet ini, tapi di sini adalah tempat yang rasis," ucap Waititi.

"Masih banyak warga yang menolak menyebut suku Maori secara tepat. Banyak orang yang masih menyebut mereka Polynesian," lanjutnya.


Waititi berasal dari suku Maori, orang asli Selandia Baru. Dia mengaku kerap dituduh pecandu lem karena sukunya memiliki tradisi mencium hidung orang sebagai bentuk sambutan.

Komentar Waititi memicu perdebatan di negara selatan Pasifik itu. Sebagian orang mendukung pernyataannya, sementara yang lain menyebut dia berlebihan.

Tahun lalu, Waititi memimpin gerakan anti-rasisme yang digelar Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Selandia Baru.

Namun, dia juga mengaku bahwa sentimen rasisme tak hanya muncul dari orang kulit putih di Selandia Baru, tapi juga sukunya sendiri.

"Ya, ada Maori rasis. Banyak dari anggota keluarga saya yang juga seperti itu, dan sialnya ini ada di mana-mana," kata Waititi seperti dikutip AFP.





Credit  cnnindonesia.com



Pengadilan India Tolak Petisi Zakir Naik, Kasus Hukum Berlanjut




Ulama India Zakir Naik dan pimpinan FPI Rizieq Syihab bertemu dalam acara takziah ulama besar Arab Saudi Syekh Kholid Al Hamudi di Arab Saudi. Dok: Kuasa Hukum Rizieq Syihab, Sugito
Ulama India Zakir Naik dan pimpinan FPI Rizieq Syihab bertemu dalam acara takziah ulama besar Arab Saudi Syekh Kholid Al Hamudi di Arab Saudi. Dok: Kuasa Hukum Rizieq Syihab, Sugito

CB, Jakarta - Pengadilan Tinggi Allahabad, India menolak petisi yang diajukan oleh penceramah kontraversial Zakir Naik yang melawan perintah pemanggilannya oleh pengadilan tingkat pertama.
Dengan  putusan menolak petisi yang dikeluarkan pada Rabu, 11 April 2018, maka pengadilan melanjutkan kasus Naik.

Saat ini, Naik  berstatus buronan setelah aparat hukum India memproses pengaduan Mudassir Ullah Khan ke pengadilan pada 9 Januari 2008. Khan mengeluhkan Zakir Naik, pengkhotbah Islam kontroversial itu yang dinilai telah melukai sentimen agama dari komunitas tertentu dalam program televisi yang disiarkan pada 21 Januari 2006.
Khan mengatakan, Naik juga telah menerbitkan dan membagikan sebuah pamflet untuk membangkitkan kebencian dan niat jahat di antara komunitas yang berbeda.

Hakim yudisial kemudian memanggil Naik ke pengadilan pada 30 April 2010, namun dia selalu mangkir karena merasa tidak bersalah.
Naik, beranggapan dia adalah presiden dari sebuah organisasi yang mengklarifikasi pandangan Islam dan membersihkan kesalahpahaman tentang Islam. Dia mengatakan tuduhan terhadapnya tidak berdasar.
Naik kemudian mengajukan petisi sebelum akhirnya Hakim Amar Singh Chauhan pada Rabu, 11 April 2018 menolak petisi itu setelah menilainya pada 28 Maret 2018.

Sebelumnya, Pengadilan Tinggi Bombay juga menolak untuk mengembalikan paspor Naik pada pada hari Senin, 9 April 2018. Pengadilan mengatakan tidak ada bantuan yang bisa diberikan kepada seorang pelanggar hukum yang melarikan diri dari India.
Naik kini berada di Malaysia dicari India untuk berbagai kasus, termasuk ujaran kebencian dan terorisme serta pencucian uang. Pemerintah India secara resmi telah meminta ekstradisi Zakir Naik dari Malaysia pada akhir Maret lalu.




Credit  tempo.co





Asifa Bano, Anak Gembala Tewas Disulut Kebencian Agama di India



Asifa Bano, anak perempuan usia 8 tahun, menjadi korban kekejaman sekelompok orang anti- Muslim di India dan praktek suap polisi India.
Asifa Bano, anak perempuan usia 8 tahun, menjadi korban kekejaman sekelompok orang anti- Muslim di India dan praktek suap polisi India.

CB Jakarta - Asifa Bano, anak perempuan usia 8 tahun, menjadi korban kekejaman sekelompok orang anti-Muslim dan praktek suap polisi India.
Kisah pilu ini berawal pada 10 Januari 2018, ketika Asifa dengan baju ungunya mengembalakan  kuda-kudanya di padang rumut di distrik Harinagar, utara India. Distrik ini ditempati warga Kashmir.

Asifa yang tidak bersekolah kehilangan jejak beberapa kudanya. Seorang pria datang menawarkan bantuan. Pria itu kemudian membawa Asifa ke pinggir hutan. Pria itu memanggil temannya yang ada di dalam hutan.
Gadis mungil yang suka bermain-main di padang rumput sambil mengembalakan kudanya menyadari bahaya mendekatinya. Ia ketakutan dan berusaha melarikan diri, namun pria-pria itu menangkapnya dan mencekiknya. Mereka membawanya ke kuil di dekat situ, Devistan. Bano dikunci di dalam kuil hingga tiga hari lamanya.
Selama dalam sekapan di kuil, mereka memperkosa Asifa berulang kali, disiksa, bahkan disebut-sebut alat kelaminnya dimutilasi. Anak perempuan ini tewas, seperti dilansir dari The New York Times, 11 April 2018.
Orang tuanya dan anggota keluarga lainnya berusaha mencari Asifa yang hilang. Mereka tahu bahaya mengincar Asifa. Mereka mencarinya ke berbagai penjuru bahkan ke kuil tempat Asifa disekap, namun kuil terkunci.
Akhirnya mereka menemukan jasad bocah malang itu seminggu kemudian di dalam hutan di antara distrik Jammu dan Kathua, Kashmir, mengenakan pakaian ungunya dengan berlumuran darah.

Polisi menangkap sedikitnya delapan pria yang diduga terlibat penyekapan dan pembunuhan anak perempuan itu. Dari hasil penyelidikan diketahui, kasus ini tidak hanya soal pembunuhan anak, namun lebih dari itu. Penyekapan, pemerkosaan, penyiksaan  hingga pembunuhan Bano bermotifkan kebencian pada komunitas Bano, pengembara Bakarwal.
Sengketa antara komunitas Hindu dan komunitas pengembara beragama Muslim di perbatasan Jammu dan Kashmir sudah berlangsung sekitar tiga hingga empat tahun, mengutip Asia Times.
Delapan tersangka mengakui perbuatannya. Bahkan dua tersangka berprofesi sebagai polisi karena menerima suap ribuan dolar untuk menutup kasus kekejaman yang dialami Bano.
Belakangan kasus kekejaman yang diderita gadis cilik ini membangkitkan amarah kelompok nasionalis Hindu dengan melakukan unjuk rasa membela para tersangka, bukan menuntut keadilan pada Asifa Bano.
Pasalnya, semua tersangka yang ditangkap aparat kepolisian penganut Hindu. Asifa si pengembala kuda ini penganut Muslim. Adapun polisi yang memeriksa kasus ini penganut Muslim.
Sehingga menurut para pengunjuk rasa dari kelompok nasionalis Hindu tidak mempercayai proses hukum yang dilakukan terhadpa para tersangka.

Kelompok nasionalis Hindu berunjuk rasa pada hari Rabu, 11 April 2018 menuntut para tersangka pembunuh bocah perempuan pengembala beragama muslim, Asifa Bano dibebaskan.

Para pengacara tersangka memblokir kantor polisi untuk mencegah polisi menyelesaikan kasus para tersangka pembunuh dan pemerkosa Asifa. Kota kecil tempat tinggal Asifa dan keluarganya serta komunitasnya, Bakarwals ditutup aksesnya oleh para demonstran.
Perempuan-perempuan Hindu ikut memblokir jalan utama dan melakukan mogok makan.
"Mereka menentang agama kami. Jika para tersangka tidak dibebaskan, kami akan membakar diri kami," ujar Bimla Devi, salah satu pengunjuk rasa, seperti dikutip dari The New York Times.
Polisi memastikan bekerja berdasarkan bukti, baik itu bukti fisik, tes DNA, hingga memeriksa lebih dari 130 orang saksi. Polisi pun menegaskan bahwa penjaga kuil, Sanji Ram, sebagai dalang dari pembunuhan Asifa. Dia merancang cara untuk melakukan teror ke komunitas Bakarwals dan memiliki daftar nama orang-orang yang menculik dan membunuh Asifa.
"Racunnya telah meluas," kata Talib Hussain, pemimpin komunitas Bakarwal yang mengenal lama Sanji Ram.
Kematian anak perempuannya tidak membuat Mohammad Yusuf Pujwala menyerah kepada tuntutan kelompok Hindu untuk meninggalkan wilayah yang dipersengketakan selama bertahun-tahun.
"Kami pemilik tanah ini dan hidup di sini. Ini rumah kami," kata ayah Asifa Bano ini.
Seolah mendukung kelompok nasionalis Hindu, partai berkuasa Bharatiya Janata juga menolak kasus ini ditangani polisi setempat. Partai ini mendorong agar kasus penculikan, penyekapan, pemerkosaan, dan penyiksaan  yang menewaskan Asifa Bano  diambil alih oleh Biro Investigasi Pusat agar lebih netral. Biro ini diketahui di bawah kendali partai tersebut.






Credit  tempo.co




Yakin Ada Serangan Kimia di Douma, AS Kumpulkan Bukti


Yakin Ada Serangan Kimia di Douma, AS Kumpulkan Bukti
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis meyakini telah terjadi serangan senjata kimia di Douma, Suriah. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Jim Mattis, meyakini ada serangan senjata kimia di Suriah. Ia menambahkan AS menginginkan agar inspektur segera diterjukan ke lokasi karena pekerjaan mengumpulkan bukti menjadi lebih sulit seiring berjalannya waktu.

Hal itu diungkapkan Mattis kepada Komite Bersenjata DPR AS.

"Saya percaya ada serangan kimia dan kami mencari bukti yang sebenarnya," kata Mattis kepada anggota parlemen, menambahkan dia ingin inspektur berada di Suriah dalam waktu seminggu.

"Karena setiap hari berlalu - seperti yang Anda tahu, itu adalah gas yang tidak selalu ada terus-menerus - jadi ini menjadi semakin sulit untuk memastikannya," terangnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (13/4/2018).

Dalam kesempatan itu, Mattis menolak untuk membahas rencana militer AS di Suriah.

Meski begitu, ia mengakui dua keprihatinan utama ketika Washington mempertimbangkan tindakan potensial terhadap pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad: melindungi warga sipil dan menghindari memicu eskalasi militer yang "tidak terkendali."

Mattis juga menuduh Rusia terlibat dalam penyimpanan senjata kimia Suriah, meskipun ada kesepakatan 2013 yang mengharuskan Suriah untuk meninggalkan senjata pemusnah massal itu dan Moskow membantu sebagai perantaranya.

Dia mencatat bahwa pendahulu Trump, Barack Obama, berusaha mengatasi penggunaan senjata kimia Suriah dengan menyerang kesepakatan itu - yang mencegah tindakan militer AS terhadap Suriah.

"Dengan demikian, Obama meminta Rusia, yang sekarang, menunjukkan, terlibat di Suriah mempertahankan senjata-senjata - Assad mempertahankan mereka," cetus Mattis.

"Dan satu-satunya alasan Assad masih berkuasa adalah karena veto Rusia yang disesalkan AS, dan Rusia serta militer Iran," tukasnya.

Kekhawatiran konfrontasi antara Rusia dan Barat meninggi sejak Presiden AS Donald Trump mengatakan rudal "akan datang" setelah dugaan serangan senjata kimia di kota Douma pada 7 April. Ia pun mencerca Moskow karena berdiri bersama Assad. 



Credit  sindonews.com






Presiden Prancis Klaim Kantongi Bukti Serangan Kimia di Douma



Presiden Prancis Klaim Kantongi Bukti Serangan Kimia di Douma
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku memiliki bukti serangan kimia di Douma yang dilakukan oleh rezim Suriah. Foto/Istimewa


PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku memiliki bukti bahwa pemerintah Suriah menyerang kota Douma di Ghouta timur dengan senjata kimia akhir pekan lalu. Meski begitu, Macron tidak menyebutkan sumber informasi tersebut didapatkan.

"Kami memiliki bukti bahwa senjata kimia digunakan pada pekan lalu, setidaknya klorin, digunakan oleh rezim Bashar al-Assad," kata Macron seperti dikutip dari BBC, Jumat (13/4/2018).

Macron juga mengatakan pada waktunya nanti ia akan memutuskan apakah akan merespon tindakan tersebut dengan serangan udara dengan target situs-situs senjata kimia milik pemerintah Suriah.

Ditanya dalam wawancara apakah Perancis akan bergabung dengan aksi militer di Suriah, ia berkata: "Kami akan perlu mengambil keputusan pada waktunya, ketika kami menilai itu paling berguna dan efektif."

"Rejim yang berpikir mereka dapat melakukan semua yang mereka inginkan, termasuk hal-hal terburuk yang melanggar hukum internasional, tidak dapat dibiarkan bertindak," cetusnya.

Ketegangan meningkat setelah diduga terjadi serangan menggunakan senjata kimia di Douma, Ghouta timur, Suriah. Douma adalah daerah kantong terakhir kelompok pejuang Suriah di Ghouta timur.

Serangan itu pertama kali dilaporkan oleh kelompok pejuang Suriah Jaish al-Islam pada hari Sabtu. Para pengawas dengan pengawas senjata kimia global, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, akan menyelidiki insiden itu. 




Credit  sindonews.com





Ikuti Langkah Jerman, Italia Ogah Ikut Bombardir Suriah


Ikuti Langkah Jerman, Italia Ogah Ikut Bombardir Suriah
PM sementara Italia Paolo Gentiloni. Foto/Istimewa


ROMA - Italia tidak akan mengambil perang langsung dalam serangan militer Barat terhadap pemerintah Suriah. Meski begitu, Italia akan tetap memberikan dukungan logistik kepada sekutu-sekutunya.

Demikian pernyataan yang dikeluarkan kantor Perdana Menteri Italia seperti dilansir dari Reuters, Jumat (13/4/2018).

Menurut pernyataan itu, Perdana Menteri sementara Italia Paolo Gentiloni telah melakukan sejumlah kontak internasional termasuk dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.

"Italia tidak akan berpartisipasi dalam aksi militer Suriah," kata Gentiloni kepada para sekutunya menurut pernyataan itu.

"Berdasarkan perjanjian internasional dan bilateral saat ini, Italia akan terus menawarkan dukungan logistik kepada pasukan sekutu," imbuh pernyataan itu.

Sebelumnya, Jerman mengatakan bahwa pihaknya tidak akan bergabung dengan serangan apa pun terhadap Suriah. Aksi militer ini sebagai tanggapan atas dugaan serangan gas beracun terhadap daerah kantong oposisi yang diduga dilakukan oleh pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Setelah memperingatkan Rusia pada Rabu akan adanya aksi militer segera di Suriah, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa kemungkinan serangan militer terhadap Suriah bisa segera atau bisa lambat.

Rusia telah memperingatkan Barat untuk tidak menyerang sekutu Suriahnya, Presiden Bashar al-Assad, yang juga didukung oleh Iran. Rusia juga mengatakan tidak ada bukti adanya serangan kimia di kota Suriah Douma dekat Damaskus.

Ketegangan meningkat setelah diduga terjadi serangan menggunakan senjata kimia di Douma, Ghouta timur, Suriah. Douma adalah daerah kantong terakhir kelompok pejuang Suriah di Ghouta timur.




Credit  sindonews.com



Inggris-Prancis Dukung AS Serang Suriah


Inggris-Prancis Dukung AS Serang Suriah
Inggris-Prancis Dukung AS Serang Suriah. (Reuters).


LONDON - Konfrontasi Suriah dan negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) bisa pecah setelah Inggris dan Prancis mempertimbangkan bergabung dalam aliansi untuk melancarkan serangan ke Suriah.

AS dan aliansi marah setelah Suriah melancarkan serangan dengan menggunakan gas kimia kepada warga sipil.

Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May memanggil menterinya setelah libur Paskah untuk menggelar rapat di Downing Street. Mereka akan membahas respons Inggris terhadap serangan gas kimia di Douma.

“Belum ada keputusan,” ujar Menteri Brexit (Britain Exit) David Davis, dilansir Reuters. Dia mengatakan, situasi di Suriah sangat mengerikan karena dunia harus mencegah serangan gas kimia. “Kita akan membuat penilaian ini dengan sangat hati-hati,” paparnya.

BBC melaporkan sebelumnya kalau May bisa saja membuat keputusan kalau Inggris ikut ambil bagian dalam perang melawan Suriah tanpa persetujuan parlemen. Namun, ide May itu ditolak pemimpin oposisi Partai Buruh Jeremy Corbyn. Dia meminta May untuk berkonsultasi dengan parlemen untuk menyetujui opsi militer.

“Bisa dibayangkan skenario jika misil AS menembak jatuh pesawat Rusia atau sebaliknya, terus di mana kita akan pergi dari sana?” papar Corbyn.

Jajak pendapat YouGove yang dipublikasikan kemarin menunjukkan hanya satu dari lima warga Inggris yang mendukung serangan misil ke Suriah. 43% responden menentang serangan. Kemudian, 34% responden tidak mengetahui apa yang harus dilakukan Pemerintah Inggris.

Dari Paris, Presiden Prancis Emmanuel Macron kemarin mengatakan dia akan memutuskan apakah negaranya ikut melancarkan serangan ke Suriah setelah mendapakan informasi yang cukup. "Kita akan mengambil keputusan ketika kita menganggap itu efektif dan berguna," ujar Macron.

Dia mengatakan akan memverifikasi seluruh informasi tentang senjata gas kimia milik Suriah. Macron mengungkapkan dia akan berusaha mencegah peningkatan ekskalasi ketegangan di Timur Tengah.

Kemudian, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Macron kemarin berdiskusi mengenak rencana serangan ke Suriah. "Saya paham kemampuan komunitas internasional menegakkan aturan dalam penggunaan senjata kimia," kata Merkel.

Setelah melakukan pertimbangan, Merkel mengungkapkan Jerman tidak akan bergabung dalam serangan ke Suriah. Merkel menambahkan sangat penting untuk menunjukkan persatuan dalam langkah tentangS Suriah. Tapi. kata dia, sangat sulit untuk tidak melakukan apapun. "Ada persatuan kuat di Barat tentang bagaimana menghadapi situasi di Suriah," ungkapnya.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump membalas ancaman Rusia yang akan menembak jatuh misil dan menghancurkan target peluncur misil. “Tidak pernah (saya) mengatakan kapan akan menyerang Suriah. Bisa jadi secepat atau tidak secepatnya,” ujar Trump melalui ciutannya di Twitter.

Merespons rencana serangan ke Suriah, Presiden Bashar al-Assad mengungkapkan langkah negara-negara Barat akan berkontribusi terhadap peningkatan ketidakstabilitasan di Timur Tengah. “Langkah Barat mengancam perdamaian dan keamanan internasional,” kata Assad dilansir stasiun televisi milik pemerintahan Suriah. 

Menjelang serangan AS dan aliansinya ke Suriah, militer pemerintahan Assad telah memindahkan beberapa pesawat dan perlengkapan militer untuk menghindari hal buruk akan terjadi. Suriah menempatkan pesawat militer mereka di lokasi penyimpanan jet tempu milik Rusia sehingga Washington tidak akan mungkin menghancurkannya.


Credit  sindonews.com






Assad: Serangan AS ke Suriah Perburuk Stabilitas Kawasan


Bashar Al-Assad
Bashar Al-Assad
Foto: myfirstclasslife.com


Komentar Assad dilontarkan menyusul rencana penyerangan AS dan sekutunya ke Suriah




CB, SANAA -- Presiden Bashar al-Assad menegaskan, aktifitas apapun yang dilakukan negara-negara barat di Suriah akan memperburuk stabilitas di kawasan. Assad mengatakan, langkah apapun yang diambil negara-negara barat akan merubah peristiwa yang saat ini terjadi di kawasan.

"Kebijakan dan aksi yang mungkin diambil tidak akan membawa apapun selain meningkatnya ketidakstabilan di kawasan, mengancam perdamaian dan keamanan internasional," kata Bashar al Assad melalui salah satu siaran televisi, Kamis (12/4).

Komentar Assad dilontarkan menyusul rencana penyerangan Amerika Serikat (AS) bersama sekutu mereka ke Suriah. Hal itu dilakukan sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimia yang diperbuat Pemerintah Suriah dan Rusia di Douma, Ghouta Timur beberapa waktu lalu.









Pemerintah Suriah dan Rusia membantah tuduhan yang dilontarkan AS terkait penggunaan gas beracun. Mereka mengatakan, hal itu merupakan laporan palsu yang dibuat oposisi pemerintah dan relawan di Douma.

Presiden AS Donald Trump memperingatkan Rusia akan segera melakukan aksi militer di Suriah. Dia juga mencerca Moskow yang berdiri di pihak Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Trump juga mengecam Rusia terkait dugaan penggunaan gas beracun di Suriah. Trump mengatakan peluru kendali AS 'akan berjatuhan' di Suriah.

Trump telah melakukan komunikasi terkait serangan tersebut dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Kepala pemerintahan Inggris itu lantas menelepon menteri-menteri pemerintahnya untuk melakukan pertemuan kabinet.


Menurut laporan media, ini menandai ada kemungkinan Inggris bergabung dalam tanggapan militer terhadap dugaan serangan kimia di Suriah.

Seorang juru bicara untuk May mengatakan jika pertemuan yang sebelumnya tidak terjadwal itu akan fokus pada isu Suriah. May siap memberi lampu hijau bagi Inggris ambil bagian dalam tindakan yang dipimpin AS dengan melangkah tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu dari parlemen.




Credit  republika.co.id






Bolivia Minta Diadakan Pertemuan DK PBB untuk Bahas Suriah


Dewan Keamanan PBB
Dewan Keamanan PBB
Foto: AP


Permintaan Bolivia ini disampaikan setelah Donald Trump memperingatkan serangan rudal



CB, NEW YORK -- Bolivia meminta Dewan Keamanan PBB untuk menggelar pertemuan pada Kamis (12/4). Pertemuan itu dimaksudkan untuk membahasretorika mengenai Suriah dan ancaman aksi militer sepihak.

Permintaan Bolivia tersebut dilakukan beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan serangan rudal.Trump memperingatkan Rusia pada Rabu mengenai aksi militer yang akan segera terjadi di Suriah atas dugaan serangan gas beracun yang mematikan

Pihaknya menyatakan bahwa rudal akan datang. Washington juga mencerca Moskow karena berdiri di pihak Presiden Suriah Bashar al-Assad. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), puluhanorang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangan itu.

"Ada konsistensi dalam ancaman ini, jadi kami prihatin karena tindakan sepihak apa pun akan menjadi pelanggaran terhadap prinsip dan tujuan piagam (PBB)," kata Dubes Bolivia untuk PBB Sacha Sergio Llorentty Soliz kepada wartawan.

Sebelumnyapada Selasa (10/4),dewan beranggotakan 15 negara itu gagal untuk menyetujui tiga rancangan resolusi mengenai serangan senjata kimia di Suriah. Rusia memveto teks AS, sementara dua resolusi yang disusun Rusia gagal mendapatkan sembilan suara untuk lolos.

"Apa pun yang terjadi selanjutnya harus mematuhi hukum internasional," kata Duta Besar Swedia Olof Skoog kepada wartawan pada Rabu (11/4), mengacu pada rencana AS untuk aksi militer.

Beberapa diplomat mengatakan ada beberapa argumen untuk membenarkan pengeboman Suriah atas dugaan serangan senjata kimia.Dapat dikatakan bahwa serangan sedang dilakukan untuk mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB.

Seperti halnya pada tahun 1998 ketika sebuah operasi pengeboman AS dan Inggris menyerang fasilitas penelitian dan penyimpanan senjata Irak. Operasi serangan itu dilakukan untuk membalas penolakan pemerintah Irak untuk bekerja sama sepenuhnya dengan penyelidikan senjata PBB.

Atau, serangan terhadap Suriah juga bisa dibenarkan sebagai tindakan untuk menghentikan penggunaan atau penyebaran senjata pemusnah massal. Langkah itu diambil karena Dewan Keamanan PBB tidak dapat bertindak.

Setiap negara yang melakukan serangan terhadap Suriah atas serangan senjata kimia juga dapat mempertahankan tindakan mereka berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB. Isi pasal tersebut mencakup hak individu atau kolektif untuk membela diri terhadap serangan bersenjata.

"Penggunaan senjata kimia, sekali diizinkan untuk menyebar, adalah ancaman bagi semua orang dan jika itu mengambil alih dan menjadi bagian rutin dari pertempuran, maka kita semua berisiko," kata salah seorang diplomat Dewan Keamanan, berbicara dengan syarat anonim.

Bentrokan antara Trump dan Putin mengenai Suriah telah mengguncang saraf global. Pada September 2014, AS memperjuangkan dimulainya aksi militernya terhadap militan ISIS di Suriah berdasarkan Pasal 51. Washington menyatakan bahwa pihaknya menyerang ISIS di Suriah untuk menghapuskan ancaman terhadap Irak, AS dan sekutu-sekutunya.




Credit  republika.co.id





Jet tempur Yunani jatuh di Laut Aegea


Jet tempur Yunani jatuh di Laut Aegea
Ilustrasi: Jet tempur F-15 (Pixabay)



Athena (CB) - Seorang pilot Yunani dinyatakan hilang pada Kamis (12/04) setelah pesawat tempur Mirage 2000-5 jatuh di Laut Aegea, yang terletak di antara semenanjung Yunani dan Anatolia, seusai mencegat jet-jet Turki, kata stasiun televisi ERT.

Kapal penjaga dan Angkatan Laut telah dikirim ke dekat Pulau Skyros, lokasi yang diyakini tempat pesawat itu jatuh.

Belum diketahui segera apakah pilot berhasil keluar dari pesawat tersebut.

ERT mengatakan bahwa pesawat itu adalah bagian dari patroli dua pesawat yang baru saja mencegat jet tempur Turki.

Pesawat tempur Yunani secara umum menyebar untuk mencegat jet-jet Turki yang melintasi apa yang Athena anggap sebagai wilayah udara Yunani di atas Laut Aegea. Demikian dilansir Kantor Berita AFP.




Credit  antaranews.com





Pesawat Militer Aljazair Jatuh, Total 257 Korban Tewas


Pesawat Militer Aljazair Jatuh, Total 257 Korban Tewas
Pesawat Militer Aljazair Jatuh, Total 257 Korban Tewas. (Foto-foto: Reuters/Koran SINDO).


ALJIR - Sekitar 257 penumpang tewas ketika pesawat angkut militer Ilyushin Il-76 jatuh di dekat ibu kota Aljazair.

Pesawat itu mengalami kecelakaan di dekat bandara Boufarik, barat daya Aljir, kemarin. Sesaat pesawat jatuh, banyak orang berkumpul di dekat badan pesawat yang hancur dan terbakar. Banyak jenazah penumpang pesawat yang dievakuasi dengan kantung mayat berwarna putih.

Stasiun televisi milik pemerintah Aljazair melaporkan sebanyak 257 orang tewas dalam kecelakaan tersebut. Kementerian Pertahanan (Kemhan) Aljzair mengungkapkan jumlah martir yang meninggal adalah 247 penumpang dan 10 awak kabin, sebagian besar adalah tentara dan juga keluarganya. “Jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Pusat Militer di Ain Naadja untuk dilakukan identifikasi,” demikian keterangan Kemhan Aljazair.

Melansir Reuters, Kemhan mengungkapkan pesawat transportasi militer itu hendak terbang ke Tindouf, wilayah perbatasan Aljazair dengan Sahara Barat. “Kecelakaan itu terjadi perimeter bandara,” ungkap Kementerian Pertahanan Aljazair. Mereka juga menyatakan ucapan duka bagi keluarga korban.

Juru bicara Badan Perlindungan Sipil Aljazair Mohammed Achour mengungkapkan, pesawat yang mengalami kecelakan itu berjenis Ilyushin II-76 buatan Rusia. “Pesawat itu mengangkut tentara dan anggota keluarganya,” katanya dilansir Guardian.

Militer menyatakan melakukan penyidikan mengenai penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. “Panglima Militer Jenderal Gaid Salah telah meninjau lokasi kecelakaan,” demikian keterangan militer Aljazair. Salah telah memerintahkan investasi mendalam kecelakaan tersebut.

Sementara itu, seorang anggota partai berkuasa di Aljazair, FLN, Djamel Ould Abbes mengungkapkan kepada stasiun televisi Ennahar kalau 26 anggota pejuang Polisario juga tewas. Polisario merupakan kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan di Sahara Barat, wilayah yang juga diklaim oleh Maroko.

Tindouf merupakan kawasan di mana ribuan pengungsi dari Sahara Barat. Sebagian besar penduduk di sana adalah pendukung Polisario. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berusaha memediasi ketegangan di kawasan tersebut selama bertahun-tahun, tetapi selalu mengalami kegagalan.

Ketegangan di kawasan Sahara Barat terjadi sejak kolonialisasi Spanyol meninggal kawasan itu pada 1975. Maroko mengklaim kawasan itu. Sedangkan Polisario membentuk Republik Demokratis Arab Sahrawi di Sahara Barat. Polisario didukung penuh Aljazair.

Pesawat Ilyushin II-76 terbaru itu ternyata sudah berusia tua. Pesawat itu diproduksi pada 1970-an. Pesawat yang dijadikan alat transportasi itu dikabarkan tidak mendapatkan perawatan yang baik. Salah satu kelebihan pesawat tersebut adalah mampu lepas landas dan mendarat di landasan yang tidak rata.

Ilyushin Il-76 dikenal NATO dengan nama Candid merupakan pesawat empat mesin turbofan yang didesain perusahaan peawat Ilyushin.  Pesawat itu pertama kali digunakan sebagai angkut komersial pada 1967 untuk menggantikan Antonov An-12.

Pesawat itu awal mulanya digunakan untuk mengakut mesin berat ke wilayah pedalaman. Kemudian, Ilyushin Il-76 dibuat versi militer dan dikenal luas dan digunakan di Eropa, Asia, dan Afrika. Itu biasanya digunakan sebagai tanker pengisi bahan bakar dan pusat komando.

Ilyushin Il-76 juga dikenal sebagai pesawat kargo untuk mengangkut alat berat. Itu juga digunakan sebagai transportasi layanan darurat bagi warga sipil untuk bantuan kemanusiaan dan operasi bencana di seluruh dunia. 

Sebelumnya pada Februari 2014, pesawat Angkatan Udara Aljazair Lockheed C-130 Hercules jatuh di pegunungan di Aljazair timur dan menewaskan 77 orang.


Credit  sindonews.com






Jerman Tolak Kirim Militer ke Suriah


Jerman Tolak Kirim Militer ke Suriah
Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan bahwa Jerman tidak akan melibatkan militer dalam merespons dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah. (REUTERS/Fabrizio Bensch)



Jakarta, CB -- Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan bahwa Jerman tidak akan melibatkan militer dalam merespons dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah.

Dalam konferensi pers, Kamis (12/4), Merkel dua kali menyatakan bahwa militer Jerman 'tidak akan berpartisipasi dalam kemungkinan aksi militer' di Suriah. Meski dia menyatakan bahwa Berlin mendukung perlunya 'mengirimkan sinyal tegas bahwa penggunaan senjata kimia tidak dapat diterima.'

"Tidak melakukan apa-apa juga sulit," kata Merkel seperti dilansir Deutsche Welle, Jumat (13/4). Dia menambahkan bahwa jika Amerika Serikat, Inggris dan Prancis akan mengambil tindakan militer, Jerman akan memberi bantuan non-militer.

Dengan lembut, Merkel juga mengkritik Rusia. Dia menyatakan Moskow menghambat penyelidikan penuh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) membuat Rusia tidak tampak positif.



Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas sebelumnya mengatakan baik Prancis maupun AS belum minta bantuan Jerman terkait Suriah.

"Tapi jika kita tetap ingin menekan Rusia, mitra Barat tidak dapat memulai aksinya terpisah," kata Maas.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam untuk menyerang Suriah terkait dugaan penggunaan senjata kimia di Douma, Sabtu (7/4) yang menewaskan lebih dari 70 orang dan 500 lainnya masih dirawat di rumah sakit. Pemerintah Presiden Bashar Al Assad membantah segala tuduhan dan Rusia menegaskan akan melindungi Suriah dari ancaman serangan.



Credit  cnnindonesia.com






Lebanon tolak wilayah udaranya digunakan untuk menyerang Suriah


Lebanon tolak wilayah udaranya digunakan untuk menyerang Suriah
Pesawat tempur F15 (en.wikipedia.org)




Beirut, Lebanon (CB) - Presiden Lebanon Michel Aoun pada Kamis (12/4) mengutuk serangan udara Israel ke Suriah, dan mengatakan penggunaan wilayah udara Lebanon adalah "serangan terhadap kedaulatan kami", kata National News Agency (NNA).

Aoun selama satu sidang kabinet kembali menyampaikan pengumuman yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri dua hari sebelumnya bahwa Lebanon siap mengajukan komplain resmi ke Dewan Keamanan PBB mengenai penggunaan secara tidak sah oleh Israel wilayah udara Lebanon untuk menyerang sasaran di Suriah.

Perdana Menteri Lebanon Saad Al-Hariri juga mengomentari ketegangan saat ini selama sidang tersebut, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, "Kami bekerja untuk membebaskan Lebanon dari setiap potensi masalah yang mungkin dihadapinya akibat dari perkembangan regional."

Pada Senin, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dua pesawat tempur F-15 Israel telah melancarkan delapan serangan rudal dari wilayah udara Lebanon, dengan sasaran satu pangkalan udara di dekat Homs, Suriah.

Presiden AS Donald Trump dengan tegas telah menyampaikan kesediaan negaranya untuk menyerang Suriah. Presiden AS itu sedang mengumpulkan dukungan dan keikut-sertaan negara lain Barat dalam serangan yang direncanakan tersebut.

Namun Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan setiap kemungkinan serangan hanya akan makin merusak kestabilan di wilayah itu, sehingga dapat mengancam keamanan dan perdamaian internasional.

Dengan setiap kemenangan militer Suriah, negara Barat meningkatkan retorika dan berusaha mengubah jalur peristiwa, kata Bashar selama pertemuannya dengan Penasehat Senior Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khemenei, Ali Akbar Velayati --yang sedang berkunjung ke Suriah.

Kedua pihak sepakat bahwa ancaman aksi militer terhadap Suriah oleh negara Barat adalah dusta belaka yang dibuat oleh negara itu dan alat mereka kelompok gerilyawan di dalam Suriah, setelah pembebasan Ghout Timur di sebelah timur Ibu Kota Suriah, Damaskus.

Pada Sabtu lalu (7/4), gerilyawan di Kabupaten Douma, Damaskus, menuduh pasukan militer Suriah menggunakan gas klorin, yang mengakibatkan tewasnya 40 orang.

Pemerintah Suriah dengan tegas telah membantah tuduhan tersebut, dan mengatakan gerilyawan memalsukan fakta untuk menarik serangan asing terhadap Suriah.



Credit  antaranews.com






AS Bidik 8 Target Potensial di Suriah


AS Bidik 8 Target Potensial di Suriah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dengan anggota Kongres dan para gubernur di Gedung Putih, Kamis (12/8/2018). Foto/Kevin Lamarque
WASHINGTON - Pemerintah Presiden Donald Trump dilaporkan telah mempertimbangkan delapan target potensial di Suriah untuk diserang militer Amerika Serikat. Delapan target itu termasuk pusat penelitian dan fasilitas senjata kimia.

Jumlah target yang dibidik militer AS itu diungkap sumber pemerintah AS kepada CNBC. Laporan perihal target Pentagon ini muncul di saat Trump dan tim keamanan nasionalnya tengah membahas situasi di Suriah.

Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, keputusan akhir apakah AS akan menggunakan kekuatan militer atau tidak terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad belum juga diambil.

"Kami terus menilai (data) intelijen dan terlibat dalam percakapan dengan mitra dan sekutu kami," kata Sanders dalam sebuah pernyataan, yang dilansir Jumat (13/4/2018).


Trump, lanjut Sanders, telah berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Theresa May semalam. Pemerintah Inggris menyatakan, Trump dan May setuju memberikan tanggapan internasional atas dugaan serangan senjata kimia di Douma yang mereka tuduhkan dilakukan rezim Assad.

Sementara itu, seorang sumber pemerintah AS yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan, selain pusat penelitian dan fasilitas senjata kimia, dua pangkalan udara Suriah juga jadi bagian dari delapan target potensial yang dibidik Pentagon.

Sumber itu juga mencatat bahwa militer Suriah telah memposisikan kembali sejumlah besar aset udara ke lapangan udara yang dikendalikan Rusia. Harapannya, agar Washington enggan menyerang.

"Kami mencari (keputusan) dengan sangat sangat serius, sangat dekat dengan situasi itu dan kami akan melihat apa yang terjadi," kata Trump kepada wartawan, pada hari Kamis.

Selama lima hari terakhir, Trump telah mempertajam retorikanya melawan Suriah dan sekutunya yang paling kuat, Rusia. Pemimpin Amerika ini telah mengejutkan dunia setelah meminta Rusia bersiap menyambut kedatangan rudal-rudal Washington di Suriah yang dia klaim bagus, baru dan "pintar".

Tahun lalu, pemerintahan Trump menembakkan total 59 rudal jelajah Tomahawk dari kapal perusak Angkatan Laut, USS Porter dan USS Ross, di Mediterania timur.

Rudal-rudal itu menghantam hanggar pesawat, bunker amunisi, sistem pertahanan udara, dan radar. Selain itu, Pentagon mengatakan pasukan Rusia di Suriah secara resmi diberitahu sebelum pemogokan, tetapi Moskow tidak melakukan tindakan militer. 




Credit  sindonews.com






Gedung Putih: Belum Ada Keputusan Final Gempur Suriah


Gedung Putih: Belum Ada Keputusan Final Gempur Suriah
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump belum membuat keputusan tentang bagaiman menanggapi serangan kimia di Suriah dan masih menunggu informasi intelijen. Hal tersebut diungkapkan juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders dalam sebuah pernyataan.

"Presiden Trump baru saja menyelesaikan pertemuan dengan tim Keamanan Nasionalnya untuk membahas situasi di Suriah," kata Sanders.

"Belum ada keputusan akhir yang dibuat. Kami terus menilai infromasi intelijen dan terlibat dalam percakapan dengan mitra dan sekutu kami," sambungnya seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (13/4/2018).

Sebelumnya, dalam cuitannya, Trump membantah pernah mengatakan akan menyerang Suriah sebagai tanggapan terhadap dugaan serangan kimia. Serangan itu bisa cepat, bisa juga lambat.



Tweet itu jelas berbeda dari pesan lain yang dikeluarkan Trump melalui Twitter sehari sebelumnya di mana dia mengatakan Rusia harus bersiap-siap untuk rudal baru dan "pintar" yang akan datang ke Suriah. Presiden AS juga mengkritik Rusia karena bermitra dengan "hewan" mengacu pada Presiden Suriah Bashar Assad.



Pada hari Sabtu, beberapa portal berita online oposisi Suriah melaporkan - mengutip militan - bahwa pasukan pemerintah Suriah menggunakan gas klorin di kota Douma dan menewaskan hingga 70 orang.

Pemerintah Suriah membantah bahwa mereka menggunakan senjata kimia, mengatakan serangan itu didramatisir oleh kelompok pejuang Jaish al-Islam untuk dijadikan dalih bagi kemungkinan intervensi eksternal di Suriah.

Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah pada hari Minggu secara tegas membantah laporan tentang serangan senjata kimia di Douma. Perwakilan Pusat mengunjungi tempat dugaan serangan dan mempertanyakan dokter lokal, yang mengatakan bahwa mereka tidak menerima individu dengan gejala keracunan kimia. 




Credit  sindonews.com







Bos CIA: Ratusan Tentara Rusia Tewas dalam Serangan AS di Suriah


Bos CIA: Ratusan Tentara Rusia Tewas dalam Serangan AS di Suriah
Direktur CIA Mike Pompeo menyebut ratusan tentara Rusia tewas akibat serangan AS di Suriah. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Calon Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, mengkonfirmasi ratusan tentara Rusia tewas pasukan AS di Suriah awal tahun. Pompeo ditunjuk oleh Presiden Donald Trump untuk menggantikan Rex Tillerson yang dicopot beberapa waktu lalu.

Mike Pompeo, yang saat ini menjabat sebagai direktur CIA, memberikan konfirmasi sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang hubungan AS dengan Rusia. Serangan pada Februari lalu oleh pasukan khusus AS - diakui pada saat itu oleh pejabat Rusia dan Suriah tetapi sampai sekarang belum dikonfirmasi oleh AS - menargetkan pasukan Suriah pro-pemerintah yang bekerja bersama tentara bayaran Rusia.

"Di Suriah, sekarang, beberapa minggu yang lalu Rusia mendapatkan pertandingan mereka," kata Pompeo kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat.

"Beberapa ratus orang Rusia terbunuh," imbuhnya seperti dikutip dari Time, Jumat (13/4/2018).

Seorang pejabat AS sebelumnya mengatakan bahwa AS telah berkomunikasi dengan Rusia sebelum serangan itu dan tidak ada pasukan pemerintah Rusia yang terbunuh.

Konflik di Suriah yang telah berjalan selama tujuh tahun yang awalnya merupakan perang saudara berubah menjadi perang multi kelompok. Namun setelah kelompok ekstrimis ISIS hancur, konflik berubah menjadi perang proksi. Rusia dan Iran serta sekutunya berada di sisi Rezim Bashar al-Assad, sementara AS dan aliansinya berada di barisan pejuang Suriah. 





Credit  sindonews.com





AS dan Sekutu Diminta Tahan Diri Tak Kirim Militer ke Suriah


AS dan Sekutu Diminta Tahan Diri Tak Kirim Militer ke Suriah 
  Duta Besar Rusia untuk PBB meminta Amerika Serikat dan sekutunya menahan diri tidak mengirim pasukan militer ke Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia. (U.S. Marine Corps/Lance Cpl. Cutler Brice/Handout via REUTERS)



Jakarta, CB -- Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Vassily Nebenzia mendesak Amerika Serikat dan sekutunya untuk menahan diri melakukan tindakan militer ke Suriah atas dugaan serangan senjata kimia di Douma, akhir pekan lalu.

Berbicara usai pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB yang diminta oleh Bolivia atas ancaman aksi militer di Suriah oleh Presiden Donald Trump, Nebenzia mengatakan situasi dapat jadi lebih berbahaya karena ada pasukan Rusia di Suriah.

"Prioritas utama adalah menghindari bahaya perang," kata Nebenzia kepada media. "Kami berharap tidak akan ada tidak ada pilihan,"




Ketika ditanya maksud dia terkait perang antara Amerika Serikat dan Rusia, Nebenzia mengatakan, "Kita tidak dapat mengecualikan segala kemungkinan, sayangnya, karena kita melihat pesan yang datang dari Washington. Mereka amat gaduh,"

Trump mengatakan dia mengadakan pertemuan di Suriah dan berharap membuat keputusan dengan segera.

Rusia telah meminta Sekjen PBB Antonio Guterres untuk mengumumkan secara terbuka hasil pertemuan yang sempat diadakan pada Jumat di Suriah.



Dalam upaya untuk menghindari eskalasi, Swedia mengusulkan resolusi Dewan Keamanan yang akan meminta Guterres mengirim tim pelucutan senjata tingkat tinggi ke Suriah.

Hal itu dilakukan untuk "mengatasi semua masalah luar biasa pada penggunaan senjata kimia, baik sekali maupun untuk selamanya."

Nebenzia berterima kasih kepada Swedia atas usahanya, namun menambahkan, "Terus terang dalam situasi yang kita temukan saat ini, itu bukan prioritas langsung." 





Credit  cnnindonesia.com





Lagi, Israel Tembaki Warga Gaza yang Demonstrasi


Gaza
Foto: Reuters/Suhaib Salem


Total 34 warga Gaza tewas selama aksi demonstrasi



CB, GAZA--- Dua warga Palestina kembali tewas saat melakukan demonstrasi di perbatasan Gaza. Dilansir Aljazirah, Jumat (15/4), seorang pria Palestina yang ditembak oleh pasukan Israel selama demonstrasi telah meninggal karena luka-lukanya.


 


Juru bicara kementerian kesehatan Gaza,Ashraf al-Qudra, mengatakan Abdullah Mohammed al-Shuhri (28) ditembak di dada di Khuza'a, dekat kota Khan Younis pada Kamis.


 


Al-Shuhri meninggal di Rumah Sakit Eropa, di mana ia menerima perawatan tak lama setelah ditembak.


 


Sebelumnya pada Kamis, Mohammed Abu Hajeela (31), tewas dalam serangan udara Israel. Ia meninggal di Rumah Sakit Al-Shifa Gaza.


 


Dengan adanya korban tambahan ini maka sebanyak 34 warga Palestina telah ditembak mati sejak dimulainya demonstrasi pada 30 Maret lalu.


 


Pasukan Israel menembakkan peluru tajam, gas air mata dan peluru baja berlapis karet ke arah orang Palestina yang melakukan demnstrasi.


 


Menurut kementerian kesehatan Gaza, pasukan Israeljuga telah melukai lebih dari 3.000 orang sejak dimulainya demonstrasi.


 


Demonstrasi akan berlanjut sampai peringatan peristiwa Nakba pada 15 Mei. Ini juga akan menandai 70 tahun sejak 750 ribu orang Palestina diusir dari desa-desa dan kota-kota mereka oleh milisi Zionis pada 1948.


 


Sekitar 70 persen dari dua juta penduduk Gaza dipaksa meninggalkan rumah mereka dan sekarang tinggal di wilayah seluas kota AS di Detroit. Ini telah digambarkan sebagai "penjara terbuka terbesar di dunia".


 


Israel telah menarik kecaman tajam atas perintah-perintah tembakan di sepanjang perbatasan. Termasuk peringatan bahwa orang-orang yang mendekat atau mencoba merusak pagar akan menjadi sasaran.


 


Pekan lalu, wartawan Yaser Murtaja (30) dibunuh oleh pasukan Israel saat meliput demonstrasi. Padahal saat itu ia mengenakan jaket antipeluru yang ditandai dengan kata "Press".


 


Para pejabat Israel, termasuk Benjamin Netanyahu, telah memuji pasukan Israel karena menjaga perbatasan negara dengan baik.


 


Pada 1 April, Menteri pertahanan Israel,Avigdor Lieberman, menolak seruan untuk melakukan investigasi independen terhadap pembunuhan tersebut.



Credit  republika.co.id




Ketegangan Suriah Buat Warga Israel Takut


Formasi jet tempur Israel, F151, mengisi bahan bakar di udara
Formasi jet tempur Israel, F151, mengisi bahan bakar di udara
Foto: Reuters


Warga Israel was-was negaranya terlibat dalam perang lebih lanjut di Suriah.


CB, TEL AVIV -- Sirene darurat polisi Israel menyala setelah sejumlah jet tempur F-15 negara itu terbang dari pantai Tel Aviv. Jet-jet tersebut kemudian menjatuhkan suar anti-rudal dan melakukan gerakan aerobatik.

Kegaduhan ini terjadi saat pasukan Israel tengah melakukan latihan penerbangan menyambut perayaan hari Angkatan Udara Israel pada 19 April mendatang. Namun tanpa ada pengumuman sebelumnya, warga sipil Israel merasa was-was karena takut Israel terlibat dalam perang lebih lanjut di Suriah.

"Banyak panggilan yang diterima dari warga yang khawatir mengenai kebisingan skuadron pesawat di daerah Tel Aviv. Kami menjelaskan, mereka sedang berlatih untuk pertunjukan udara. Bukan dalam keadaan darurat," ujar polisi Israel dalam sebuah pernyataan.

Pada Rabu (11/4), Presiden AS Donald Trump memperingatkan Rusia mengenai kemungkinan adanya tindakan militer dari AS di Suriah. Ancaman ini disampaikan setelah terjadi serangan senjata kimia di Douma, Ghouta timur.

Israel telah mengadakan konsultasi keamanan tingkat tinggi setelah ketegangan di Suriah semakin meningkat. Tel Aviv mungkin akan menjadi target pembalasan pasukan Suriah atau Iran.

Meskipun ada ketegangan lebih lanjut, komandan pasukan bersenjata Israel, Letnan Jenderal Gadi Eizenkot, justru memutuskan terbang ke Polandia pada Kamis (12/4) pagi untuk ambil bagian dalam acara Hari Peringatan Holocaust. Eizenkot mengunggah videonya sedang menaiki pesawat, tetapi tidak memberi tahu kapan ia akan kembali ke Israel.

Dalam memperingati Holocaust, sirene di Israel akan menyala selama dua menit di pagi hari. Semua penduduk akan berdiri untuk menghormati enam juta orang Yahudi yang tewas dalam tragedi tersebut.

Meski demikian, sirene Holocaust juga ternyata membuat warga Israel was-was. Otoritas pertahanan sipil Israel mengeluarkan pemberitahuan dalam keadaan darurat, sirine akan berbunyi dengan nada naik dan turun, sementara saat ini sirene dibunyikan secara konstan.




Credit  republika.co.idt





Pasukan Arab Saudi hadang serangan baru gerombolan Houthi


Pasukan Arab Saudi hadang serangan baru gerombolan Houthi
Ilustrasi barisan perempuan bersenjata pro Houthi. (REUTERS/Khaled Abdullah)




Jeddah, Arab Saudi (CB) - Pasukan pertahanan udara Arab Saudi, Rabu, mencegat serangan gerombolan bersenjata Houthi dengan peluru kendali balistik dan pesawat nirawak, yang menyasar ibu kota, Riyadh, kota Jazan dan Najran, serta bandar udara Abha.

Peluru kendali itu ditujukan ke Riyadh dan dua kota selatan. Satu pesawat nirawak bersenjata membidik bandar udara Abha dan pesawat nirawak kedua menuju ke lingkungan warga di Jazan.

Terdapat ledakan keras dan asap membubung ke langit Riyadh ketika pertahanan udara Saudi berhasil mencegat dan menghancurkan peluru kendali itu.

Tidak ada laporan tentang korban atau kerusakan. Gerombolan bersenjata Houthi, yang didukung Iran, meluncurkan puluhan peluru kendali pada tahun lalu, yang ditujukan ke Riyadh dan kota selatan Arab Saudi.

Semua telah berhasil dicegat dan dijatuhkan pasukan pertahanan udara Arab Saudi. Namun, pada bulan lalu satu kepingan rudal membunuh seorang ekspatriat Mesir di Riyadh, korban tewas pertama yang disebabkan oleh serangan rudal.

Persekutuan pimpinan Arab Saudi, yang bertempur untuk mengembalikan pemerintahan sah Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi di Yaman, menghasilkan bukti, rudal yang menargetkan Arab Saudi dibuat di Iran, dan serangan itu telah menarik kecaman global, yang terakhir Presiden Prancis, Emmanuel Macron, selama kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman, ke Paris.

Juru bicara sekutu itu, Rabu, mengatakan, pesawat nirawak yang digunakan dalam serangan terbaru adalah dari jenis dan spesifikasi yang digunakan masyarakat Iran.

Koalisi yang dipimpin Saudi memperingatkan militan Houthi dan yang mendukung mereka bahwa serangan teroris yang menargetkan wilayah-wilayah sipil Kerajaan tidak akan ditolerir, dan koalisi tersebut akan merespon secara tegas.

Mereka, yang melengkapi Houthi dengan kemampuan pesawat nirawak, juga akan membayar mahal, kata juru bicara itu.




Credit  antaranews.com