Jumat, 13 April 2018

Inggris-Prancis Dukung AS Serang Suriah


Inggris-Prancis Dukung AS Serang Suriah
Inggris-Prancis Dukung AS Serang Suriah. (Reuters).


LONDON - Konfrontasi Suriah dan negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) bisa pecah setelah Inggris dan Prancis mempertimbangkan bergabung dalam aliansi untuk melancarkan serangan ke Suriah.

AS dan aliansi marah setelah Suriah melancarkan serangan dengan menggunakan gas kimia kepada warga sipil.

Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May memanggil menterinya setelah libur Paskah untuk menggelar rapat di Downing Street. Mereka akan membahas respons Inggris terhadap serangan gas kimia di Douma.

“Belum ada keputusan,” ujar Menteri Brexit (Britain Exit) David Davis, dilansir Reuters. Dia mengatakan, situasi di Suriah sangat mengerikan karena dunia harus mencegah serangan gas kimia. “Kita akan membuat penilaian ini dengan sangat hati-hati,” paparnya.

BBC melaporkan sebelumnya kalau May bisa saja membuat keputusan kalau Inggris ikut ambil bagian dalam perang melawan Suriah tanpa persetujuan parlemen. Namun, ide May itu ditolak pemimpin oposisi Partai Buruh Jeremy Corbyn. Dia meminta May untuk berkonsultasi dengan parlemen untuk menyetujui opsi militer.

“Bisa dibayangkan skenario jika misil AS menembak jatuh pesawat Rusia atau sebaliknya, terus di mana kita akan pergi dari sana?” papar Corbyn.

Jajak pendapat YouGove yang dipublikasikan kemarin menunjukkan hanya satu dari lima warga Inggris yang mendukung serangan misil ke Suriah. 43% responden menentang serangan. Kemudian, 34% responden tidak mengetahui apa yang harus dilakukan Pemerintah Inggris.

Dari Paris, Presiden Prancis Emmanuel Macron kemarin mengatakan dia akan memutuskan apakah negaranya ikut melancarkan serangan ke Suriah setelah mendapakan informasi yang cukup. "Kita akan mengambil keputusan ketika kita menganggap itu efektif dan berguna," ujar Macron.

Dia mengatakan akan memverifikasi seluruh informasi tentang senjata gas kimia milik Suriah. Macron mengungkapkan dia akan berusaha mencegah peningkatan ekskalasi ketegangan di Timur Tengah.

Kemudian, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Macron kemarin berdiskusi mengenak rencana serangan ke Suriah. "Saya paham kemampuan komunitas internasional menegakkan aturan dalam penggunaan senjata kimia," kata Merkel.

Setelah melakukan pertimbangan, Merkel mengungkapkan Jerman tidak akan bergabung dalam serangan ke Suriah. Merkel menambahkan sangat penting untuk menunjukkan persatuan dalam langkah tentangS Suriah. Tapi. kata dia, sangat sulit untuk tidak melakukan apapun. "Ada persatuan kuat di Barat tentang bagaimana menghadapi situasi di Suriah," ungkapnya.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump membalas ancaman Rusia yang akan menembak jatuh misil dan menghancurkan target peluncur misil. “Tidak pernah (saya) mengatakan kapan akan menyerang Suriah. Bisa jadi secepat atau tidak secepatnya,” ujar Trump melalui ciutannya di Twitter.

Merespons rencana serangan ke Suriah, Presiden Bashar al-Assad mengungkapkan langkah negara-negara Barat akan berkontribusi terhadap peningkatan ketidakstabilitasan di Timur Tengah. “Langkah Barat mengancam perdamaian dan keamanan internasional,” kata Assad dilansir stasiun televisi milik pemerintahan Suriah. 

Menjelang serangan AS dan aliansinya ke Suriah, militer pemerintahan Assad telah memindahkan beberapa pesawat dan perlengkapan militer untuk menghindari hal buruk akan terjadi. Suriah menempatkan pesawat militer mereka di lokasi penyimpanan jet tempu milik Rusia sehingga Washington tidak akan mungkin menghancurkannya.


Credit  sindonews.com