Donald Trump dilaporkan sempat mengundang
Vladimir Putin untuk mengadakan pertemuan di Gedung Putih, sebelum kedua
negara saling usir diplomat. (AFP Photo/Pool/Jorge Silva)
Jakarta, CB -- Presiden Amerika Serikat,
Donald Trump, dilaporkan sempat mengundang Presiden Rusia, Vladimir
Putin, untuk mengadakan pertemuan di Gedung Putih, sebelum kedua negara
saling usir diplomat.
"Trump mengusulkan pertemuan di Gedung
Putih di Washington," ujar penasihat kebijakan luar negeri Putin, Yury
Ushakov, sebagaimana dikutip AFP, Senin (2/4).
Ushakov
mengatakan bahwa usulan tersebut disampaikan Trump saat berkomunikasi
melalui sambungan telepon dengan Putin pada 20 Maret lalu.
Saat itu, Trump mengucapkan selamat atas kemenangan kembali Putin dalam pemilihan umum.
Washington Post melaporkan bahwa saat itu Trump mengabaikan anjuran para penasihatnya agar tak mengundang Putin.
Tak
lama setelah Rusia mengungkap perbincangan ini, sekretaris pers Gedung
Putih, Sarah Sanders, pun mengonfirmasi kabar tersebut.
Sanders
mengatakan bahwa kedua pemimpin negara sempat membicarakan kemungkinan
pertemuan bilateral "di sejumlah kemungkinan tempat, termasuk Gedung
Putih."
Seorang pejabat AS menyatakan bahwa Rusia sengaja mengungkap undangan Trump itu "jelas untuk kepentingan mereka."
Menurut
pejabat anonim itu, Putin sedang membutuhkan citra baik di tengah
isolasi internasional akibat insiden peracunan mantan agen ganda, Sergei
Skripal, di Salisbury, Inggris.
Inggris menuding Rusia sebagai
dalang di balik upaya peracunan tersebut, tindakan yang dianggap dapat
membahayakan warga di wilayah tersebut.
Inggris pun mengusir
diplomat Rusia dari negaranya sebagai tanda protes. Langkah ini diikuti
oleh sejumlah negara, termasuk AS yang mengusir 60 diplomat Rusia.
Sebagai respons, Rusia juga mengusir 60 diplomat AS, merenggangkan
hubungan kedua negara yang sebelumnya sudah sempat erat di bawah
pemerintahan Trump.
Setelah saling usir diplomat ini, kedua negara pun tak pernah lagi membahas kemungkinan pertemuan Trump dan Putin.
"Trump
sendiri yang mengusulkan pertemuan. Namun, setelah itu, hubungan
bilateral kedua negara terpuruk, para diplomat diusir," kata Ushakov.
Credit
cnnindonesia.com
Balas Negara Barat, Rusia Usir Diplomat dari 19 Negara
Ilustrasi bendera Rusia. Negara tersebut dilaporkan mengusir diplomat dari belasan negara Barat. (REUTERS/Gleb Garanich)
Jakarta, CB -- Rusia mengusir diplomat
dari setidaknya 19 negara yang merupakan aksi balasan atas tindakan
serupa oleh belasan negara setelah kasus serangan racun terhadap seorang
mantan mata-mata di Inggris.
Laporan kantor berita Rusia yang dikutip CNN
menyatakan Moskow pada Jumat (30/3) telah mengusir 13 diplomat Ukraina,
empat dari Kanada, empat dari Polandia, empat dari Jerman, tiga dari
Lithuania, tiga dari Ceko, tiga dari Moldova, dua dari Italia, dua dari
Belanda, dua dari Spanyol dan dua dari Denmark.
Selain itu, ada
pula seorang dari Finlandia, satu dari Latvia, satu dari Swedia, satu
dari Norwegia, satu dari Romania, satu dari Kroasia dan satu dari
Irlandia. Seorang atase militer dari Estonia pun ikut diusir.
Moskow belum merespons Belgia, Hungaria, Montenegro dan Georgia terkait tindakan seputar kasus Skripal ini.
Lebih dari 20 negara mengumumkan akan mengusir diplomat Rusia untuk
mendukung Inggris. London menuding Moskow ada di balik serangan racun
saraf terhadap mantan agen dari negaranya sendiri, Sergei Skripal, dan
putrinya, Yulia.
Serangkaian pengusiran ini dilakukan sehari
setelah Rusia mengumumkan akan mengusir 60 diplomat Amerika Serikat dan
menutup konsulat di St Petersburg, membalas langkah sama dari
Washington.
AS lebih dulu menyatakan akan mengusir diplomat Rusia dengan jumlah yang sama dan menutup konsulat negara tersebut di Seattle.
"Pesan
dari Moskow ini tidak mengejutkan," kata Menteri Luar Negeri Jerman
Heiko Mass, merespons pengusiran diplomatnya. "Kami tidak begitu saja
memutuskan mengusir para diplomat Rusia. Reaksi kami di kasus skripal
diharuskan dan pantas sebagai sinyal politik."
Rusia juga
dilaporkan meminta Inggris mengurangi jumlah stafnya di kedutaan besar
di Moskow hingga sama dengan jumlah diplomat Rusia yang masih ada di
London.
Perdana Menteri Inggris Theresa May memerintahkan pengusiran 23 diplomat
Rusia pada 14 Maret. Dia menyebut mereka sebagai "mata-mata tak resmi."
Rusia membalas dengan langkah yang sama, ditambah dengan menutup konsulat Inggris di St Petersburg.
Kabar
terakhir datang sehari setelah Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil
duta besar negara-negara yang disebut melakukan "tindakan tidak
bersahabat" kepada Rusia dalam bentuk solidaritas kepada Inggris.
Kemlu Rusia menyatakan para dubes itu akan "diberikan nota protes dan diberi tahu soal langkah timbal balik Rusia."
Credit
cnnindonesia.com