Negosiasi damai Palestina dan Israel dinilai perlu dilanjutkan.
CB,
GAZA -- Negara yang mengecam serangan tentara Israel terhadap warga
sipil Palestina di Jalur Gaza, terus bertambah. Pada Jumat (30/3),
demonstrasi damai yang dilakukan Palestina berujung bentrok, hingga
menewaskan 17 warga di tangan pasukan Israel.
Kementerian Luar Negeri Jerman menyuarakan keprihatinan mendalam atas
ketegangan antara Palestina dan pasukan keamanan Israel. Bentrokan itu
menandakan negosiasi perdamaian perlu dilanjutkan kembali secara mutlak
antara Palestina dan Israel.
"Hanya dengan cara ini solusi
bisa diambil untuk memberikan semua orang, yang tinggal di antara
Mediterania dan Sungai Yordan, hak untuk hidup dengan bermartabat dan
menentukan nasib sendiri," kata kementerian tersebut dalam sebuah
pernyataan, seperti dilaporkan
Anadolu.
Menteri
Luar Negeri Inggris untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Alistair Burt,
menyatakan kekhawatiran yang sama. "Sangat prihatin dan sedih melihat
peristiwa di Gaza. Inggris menyerukan semua pihak untuk tenang dan
menahan diri, serta memperbarui komitmen dan proses politik untuk
menyelesaikan masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan kekerasan
ini," kata Burt di akun Twitter pribadinya.
Sementara itu,
Menteri Luar Negeri Italia Angelino Alfano mendesak kedua belah pihak
untuk menemukan solusi mendesak guna meredakan ketegangan. Solusi
tersebut juga memungkinkan warga Israel dan Palestina untuk hidup dalam
damai dan keamanan.
Di Irak, juru bicara Kementerian Luar
Negeri Ahmad Mahcub mengatakan negaranya akan selalu mendukung
Palestina. Dia menyebut penggunaan peluru oleh tentara Israel terhadap
pengunjuk rasa damai di Jalur Gaza sebagai pelanggaran terbuka terhadap
hukum internasional.
Bakir Izetbegovic, anggota Bosniak
dari Presidensi Tripartit Bosnia-Herzegovina, menyoroti fakta bahwa
warga Gaza menggunakan listrik hanya selama empat jam setiap hari.
Sebagian besar penduduk kekurangan akses terhadap air minum dan hidup
hanya dengan kurang dari 2 dolar AS per hari.
"Saya dengan
tegas mengutuk kekerasan yang tidak perlu dan tidak proporsional yang
dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina yang tidak bersenjata,
yang sedang memprotes situasi sulit yang mereka hadapi," ujar
Izetbegovic. Ia mendesak PBB, Uni Eropa, dan komunitas internasional
untuk mengakhiri kekerasan Israel terhadap warga Palestina.
Selain
17 warga Gaza yang tewas, ratusan lainnya juga terluka ketika pasukan
Israel menembaki demonstran yang memperingati Hari Tanah. Peringatan
tahunan ini mengingatkan pada kematian enam warga Arab Israel yang
dibunuh oleh pasukan Israel pada 1976, selama demonstrasi menentang
penyitaan tanah oleh pemerintah di Israel utara.
Unjuk rasa
itu adalah awal dari unjuk rasa enam pekan yang akan mencapai puncaknya
pada hari Nakba atau hari malapetaka ketika Israel didirikan, pada 15
Mei mendatang. Demonstran menuntut agar pengungsi Palestina
diperbolehkan mendapatkan hak untuk pulang ke kota-kota dan desa-desa
tempat tinggal mereka setelah keluarga mereka melarikan diri atau diusir
oleh Israel pada 1948.