Tampilkan postingan dengan label SOMALIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOMALIA. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 November 2018

Tiga Bom Mobil Guncang Mogadishu, Tewaskan 22 Orang



Tiga Bom Mobil Guncang Mogadishu, Tewaskan 22 Orang
Asap mengepul dari ledakan yang terjadi di Mogadishu, Somalia. Foto/Istimewa

MOGADISHU - Dua bom mobil bunuh diri meledak di dekat hotel Sahafi di Ibu Kota Somalia, Mogadishu, Jumat waktu setempat. Sedikitnya 22 orang tewas akibat serangan tersebut.

Para penjaga hotel dan petugas Departemen Investigasi Kriminal Somalia (CID) melepaskan tembakan setelah ledakan terjadi. Sekitar 20 menit kemudian, ledakan ketiga dari sebuah bom yang ditempatkan di sebuah kendaraan tuk-tuk beroda tiga di dekat hotel menghantam jalan yang sibuk.

"Empat militan yang berusaha memasuki hotel ditembak mati oleh polisi dan penjaga hotel," kata kapten polisi Mohamed Ahmed seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (10/11/2018).

“Dua militan lainnya adalah pembom mobil bunuh diri yang diledakkan oleh bom mobil mereka. Mobil ketiga diledakkan dari jarak jauh. Jadi total 28 orang tewas, termasuk enam militan," terangnya.

Seorang saksi, Mohamed Abdiqani mengatakan, pemilik hotel Abdifatah Abdirashid termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan. Abdirashid mengambil alih hotel Sahafi dari ayahnya setelah tewas dalam serangan militan pada 2015 lalu.

“Para militan yang memasuki kompleks hotel dihujani tembakan oleh penjaga hotel. Abdifatah Abdirashid, pemilik hotel, dan tiga pengawalnya meninggal,” kata Abdiqani.

Seorang fotografer Reuters di tempat kejadian melihat 20 mayat warga sipil dan minibus yang terbakar, sepeda motor dan mobil.

Kelompok militan Islam al Shabaab, yang terkait dengan al-Qaeda, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap hotel yang berada di dekat markas besar CID itu.

Abdiasisi Abu Musab, juru bicara al Shabaab untuk operasi militer, mengatakan kelompok itu memilih serangan terhadap Hotel Sahafi karena hubungannya dengan pemerintah yang ingin digulingkan oleh kelompok Islam.

“Kami menargetkannya karena berfungsi sebagai basis pemerintah. Pejabat pemerintah dan pasukan keamanan selalu ada di hotel,” katanya kepada Reuters.

Somalia telah dilanda oleh kekerasan dan pelanggaran hukum sejak diktator Mohamed Siad Barre digulingkan pada awal 1990-an. 




Credit  sindonews.com


Rabu, 17 Oktober 2018

Serangan Udara AS Tewaskan 60 Teroris al-Shabaab di Somalia


Serangan Udara AS Tewaskan 60 Teroris al-Shabaab di Somalia
Kelompok teroris al-Shabaab yang diperangi di Somalia. Foto/REUTERS/Feisal Omar

MOGADISHU - Serangan udara Amerika Serikat (AS) yang dikoordinasikan dengan pasukan pemerintah Somalia menewaskan sekitar 60 terpris al-Shabaab. Serangan tersebut diumumkan Komando Amerika Serikat Afrika (AFRICOM) dalam siaran pers-nya, hari Selasa.

Serangan udara ini dianggap sebagai serangan paling merusak terhadap kelompok militan Salafi tersebut sejak November 2017.



"Serangan udara presisi ini adalah serangan udara terbesar terhadap al-Shabaab sejak 21 November 2017, yakni ketika pasukan AS melakukan serangan udara terhadap sebuah kamp al-Shabaab yang menewaskan sekitar 100 teroris," kata AFRICOM.

Pesawat-pesawat tempur Amerika menyerang daerah yang dikuasai al-Shabaab di Haradere di Provinsi Mudug, Somalia.

"Serangan udara ini tidak melukai atau membunuh warga sipil," klaim AFRICOM, yang dilansir Reuters, Rabu (17/10/2018).

Sejak 2007, drone tempur militer AS telah mengobarkan perang terhadap beberapa kelompok afiliasi al-Qaeda di Somalia, di antaranya al-Shabaab.

Somalia telah dilanda kekerasan sejak pecahnya perang sipil antara faksi-faksi bersenjata di awal 1990-an. Kelompok al-Shabaab telah melakukan banyak serangan di seluruh negeri dalam upaya untuk memaksakan penerapan hukum syariah versi radikal.

Pada hari Minggu lalu, sepasang pelaku bom bunuh diri beraksi di Somalia barat daya yang menewaskan sekitar 17 orang. Serangan bom itu juga melukai 70 orang lainnya.

Serangan pada hari Minggu itu menandai peringatan satu tahun dari apa yang dijuluki sebagai serangan 9/11 di Somalia, ketika pelaku bom truk membantai 587 orang di Mogadishu. 





Credit  sindonews.com



Senin, 11 Juni 2018

Bom bunuh diri di Somalia cederai tujuh tentara


Bom bunuh diri di Somalia cederai tujuh tentara
Ilustrasi - Masyarakat menonton sisa mobil yang dipasangi bom dan menewaskan seorang pegawai pemerintah Somalia di Kota Mogadishu, Minggu (9/4/2017). (Reuters)



Mogadishu (CB) - Ledakan dari sebuah bom mobil bunuh diri di pangkalan militer di Somalia mencederai tujuh tentara pada Sabtu malam, demikian dinyatakan pihak militer Somalia dan kelompok militan al Shabaab menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu.

Al Shabaab adalah kelompok militan yang berusaha untuk menjatuhkan pemerintah pusat yang didukung barat dan ingin menerapkan hukum Syiah secara ketat.

Mayor Hussein Ali, petugas militer Somalia kepada Reuters mengatakan, serangan terjadi di pangkalan militer yang terletak di luar kota Kismayu di Somalia Selatan.

"Kami melepaskan tembakan ke arah mobil dengan bom bunuh diri sebelum sempat memasuki pangkalan. Mobil meledak di luar pangkalan, hanya tujuh tendara Somalia yang cedera," katanya.

Serangan yang di tempat yang sama juga terjadi pada Jumat lalu, menewaskan seorang tentara AS.

Pihak Al Shabaab menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu dan menyatakan bahwa mereka telah menewaskan 40 tentara Somalia.

"Kami telah membunuh 40 tentara Somalia di pangkalan," kata Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer al Shabaab.

Al Shabaab juga berusaha untuk mengusir pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika (AMISOM).

"Pasukan asing lari kocar-kacir dari pangkalan tadi pagi karena kami menyerang mereka Jumat. Sasaran kami adalah tentara Somalia yang ada di pangkalan," kata Abu Musab.

Abdullahi Ismail, seorang warga di sekitar kejadian mengatakan, ia menyaksikan lima korban ledakan dilarikan ke rumah sakit setempat.





Credit  antaranews.com




Al-Shabaab Somalia Klaim Serangan yang Tewaskan Pasukan Khusus AS



Al-Shabaab Somalia Klaim Serangan yang Tewaskan Pasukan Khusus AS
Kelompok militan bersenjata Al-Shabaab di Somalia. Kelompok ini mengklaim serangan yang menewaskan pasukan khusus AS pada Jumat malam. Foto/REUTERS


MOGADISHU - Kelompok Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan seorang pasukan khusus Amerika Serikat (AS) di Somalia. Baku tembak itu juga menyebabkan empat tentara AS lainnya terluka.

Komando AS diserang mortir dan tembakan senjata ringan pada Jumat (8/6/2018) malam. Dalam bentrokan tersebut, pasukan AS bersama sekitar 800 tentara dari Pasukan Keamanan Nasional Somalia dan Pasukan Pertahanan Kenya.

"Kami menyerang pangkalan militer, menewaskan satu tentara AS, dua tentara Kenya dan sembilan tentara Somalia dari negara bagian Jubbaland. Kami juga melukai empat tentara AS," kata juru bicara operasi militer Al-Shabaab, Abdiasis Abu Musab, kepada Reuters, pada Jumat malam yang dilansir Sabtu (9/6/2018).

Dia mengatakan serangan itu berlangsung di kota selatan Kismayo.


Militer AS dalam sebuah pernyataan mengatakan, pasukan Washington berada di Somalia untuk misi membersihkan Al-Shabaab di daerah-daerah yang diperebutkan serta di desa-desa yang dikuasai kelompok militan."Dan mendirikan sebuah pos tempur permanen untuk memperluas jangkauan negara Somalia," bunyi pernyataan militer AS.

Menurut laporan Reuters, ada sekitar 500 pasukan AS yang dikerahkan di Somalia.

Sementara itu, juru bicara militer Kenya, David Obonyo, mengatakan kepada Reuters bahwa pasukannya tidak terlibat dalam operasi apa pun di Somalia pada Jumat malam.

Sekadar diketahui, Al-Shabaab sedang berupaya untuk menggulingkan pemerintah pusat Somalia dan menetapkan aturannya sendiri berdasarkan interpretasinya terhadap hukum Islam.

Sejak terusir keluar dari Mogadishu pada tahun 2011, kelompok itu telah kehilangan kendali atas sebagian besar kota-kota di Somalia. Namun, masih mempertahankan kehadiran yang kuat di wilayah luar ibu kota. 




Credit  sindonews.com




Baku Tembak dengan Militan Somalia, Tentara Elit AS Tewas




Baku Tembak dengan Militan Somalia, Tentara Elit AS Tewas
Seorang tentara pasukan khusus AS tewas saat bertempur dengan milisi al-Shabaab di Somalia. Foto/Ilustrasi/Istimewa



MOGADISHU - Seorang prajurit pasukan khusus Amerika Serikat (AS) telah tewas dalam pertempuran dengan tersangka militan al-Shabaab di barat daya Somalia. Hal itu dikatakan oleh para pejabat pertahanan AS,

"Empat tentara AS lainnya dan seorang tentara Somalia terluka dalam apa yang tampaknya merupakan penyergapan dekat kota Jamaah," tambah pejabat pertahanan AS seperti dikutip dari BBC, Sabtu (9/6/2018).

Itu adalah kematian prajurit AS pertama yang diketahui di Afrika sejak penyergapan di Niger pada Oktober, New York Times melaporkan.

"Gerilyawan melancarkan serangan menggunakan senjata ringan dan tembakan mortir ke sebuah pos kecil," kata pejabat pertahanan yang dikutip oleh Times.

Penyerangan terjadi saat pasukan Amerika beroperasi bersama pasukan Somalia. Militer AS mengatakan pasukannya beroperasi pada misi "menasehati dan membantu" Tentara Nasional Somalia.

Secara tradisional, para presiden AS telah mewaspadai campur tangan di Somalia sejak 18 tentara pasukan khusus mati memerangi milisi di Mogadishu pada tahun 1993, sebuah pertempuran yang didramatisasi dalam film Black Hawk Down.

Namun, Presiden Donald Trump telah memperluas operasi militer terhadap al-Shabaab, afiliasi al-Qaeda di Somalia.

Al-Shabaab dipaksa keluar dari ibu kota Somalia, Mogadishu, pada Agustus 2011 menyusul serangan yang dipelopori oleh pasukan Uni Afrika (AU), dan meninggalkan pelabuhan vital Kismayo pada September 2012.

Meski begit, kelompok militan tersebut masih memiliki kehadiran yang kuat di wilayah sekitar ibukota. 




Credit  sindonews.com


Jumat, 04 Mei 2018

Kelompok bersenjata culik perawat ICRC asal Jerman di Somalia


Kelompok bersenjata culik perawat ICRC asal Jerman di Somalia
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) (istimewa)



Mogadishu (CB) - Kelompok bersenjata menculik perawat asal Jerman dari Palang Merah Dunia di ibu kota Somalia, Mogadishu, pada Rabu malam, kata polisi dan ICRC.

Penculikan dan pembunuhan pekerja bantuan Somalia lazim terjadi di negara Tanduk Afrika itu, tapi jarang menyasar pekerja asing dalam beberapa tahun belakangan karena keamanan membaik.

"Kami mendapat laporan beberapa menit setelah ia diculik dan kami sekarang mencarinya ke seluruh wilayah. Kami berharap akan menemukannya," kata Mayor Polisi Mohamed Hussein kepada Reuters.

Pernyataan ICRC mengatakan bahwa penculikan itu terjadi sekitar pukul 20.00 (24.00 WIB Kamis) pada Rabu.

Perawat itu, Sonja Nientiet, bekerja untuk ICRC sejak 2014 di daerah perang, termasuk Suriah dan Republik Demokratik Kongo.

Pada pekan ini di Mogadishu, ia memberikan pelatihan pertolongan pertama kepada warga setempat, kata ICRC. Ia juga merawat warga Somalia di rumah sakit, klinik kesehatan dan tempat penahanan, kata ICRC.

"Ia menghabiskan hari-harinya merawat orang rentan di Somalia, yang sakit, yang terluka. Ia betul-betul penuh dengan perikemanusiaan," kata Crystal Wells, wanita juru bicara ICRC di Nairobi.

Belum ada pernyataan bertanggung jawab atas penculikan tersebut.

Badan dunia yang bermarkas di Swiss itu, yang bertahun-tahun memberikan bantuan kemanusiaan di Somalia, mengatakan berhubungan dengan berbagai pihak.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas dalam jumpa pers di ibu kota Ethiopia pada Kamis menyatakan pemerintah tidak bisa menanggapi masalah tersebut.

Petugas badan dunia itu sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa penculik merenggut rekan mereka itu dari dalam markas mereka di Mogadishu dan membawanya keluar melalui pintu belakang, menghindari penjaga keamanan, yang ditempatkan di pintu masuk utama.

Warga mengatakan bahwa daerah tempat penculikan itu terjadi dengan cepat ditutup polisi dan pasukan keamanan lain.

Somalia mengalami kekacauan hukum sejak 1991, ketika panglima perang menggulingkan penguasa Siad Barre dan kemudian saling bertempur. Bentrokan utama bersenjata mereda dalam beberapa tahun belakangan, tapi petempur terkait Al Qaida, al Shabaab, masih secara teratur melancarkan serangan.

Pada Selasa, kelompok bersenjata menembak mati petugas Badan Kesehatan Dunia Somalia di Mogadishu.

Kerabat korban menyebut namanya Maryan Abdullahi dan mengatakan bahwa wanita itu disasar saat mengunjungi pasar Bakar di ibu kota tersebut guna membeli barang-barang untuk pernikahannya pada pekan depan. Alasan penembakan tidak jelas dan kelompok bersenjata itu lari, demikian Reuters.








Credit  antaranews.com







Kamis, 12 April 2018

Somalia apresiasi bantuan Indonesia


Somalia apresiasi bantuan Indonesia
Menteri Luar Negeri RI Retno L.P Marsudi. (ANTARA FOTO/HO/Suwandy)




Nusa Dua, Bali (CB) - Wakil Menteri Luar Negeri Somalia Mukhtar Mahat Da'ud dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengucapkan terimakasih atas bantuan kemanusiaan Indonesia untuk negaranya pada masa-masa sulit.

"Saya menerima dan melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Luar Negeri Somalia. Pertama, Somalia mengucapkan terimakasih banyak atas dukungan dan bantuan yang secara terus-menerus diberikan oleh Indonesia pada saat sulit," kata Retno mengenai pertemuannya dengan Wakil Menteri Luar Negeri Somalia di sela Indonesia-Africa Forum (IAF) yang berlangsung di Nusa Dua, Rabu.

Retno mengatakan pemerintah Indonesia antara lain mengirimkan bantuan untuk Somalia saat mengalami kekeringan. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Indonesia pun turut berperan dalam memberikan bantuan untuk Somalia.

"LSM kemanusiaan kita cukup aktif di Somalia, dan minggu kemarin saya melakukan pertemuan khusus dengan salah satu LSM kemanusiaan Indonesia untuk membahas mengenai bantuan kemanusiaan Indonesia di Somalia," ujar Retno.

"Jadi, bantuan yang kita berikan berupa bahan makanan pokok, beras, dan juga setiap tahun ada LSM Indonesia yang terus bekerja untuk masalah air," lanjutnya.

Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri RI, Wakil Menteri Luar Negeri Somalia juga menyampaikan dukungan kuat negaranya terhadap pencalonan Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020, yang pemilihannya akan dilakukan pada 8 Juni 2018.

Indonesia bertekad meningkatkan hubungan dengan negara-negara Afrika, khususnya hubungan di bidang ekonomi. Pemerintah Indonesia menggelar Forum Indonesia-Afrika di Bali pada 10-11 April guna menjajaki berbagai potensi kerja sama ekonomi yang dapat dikembangkan bersama oleh Indonesia dan negara-negara Afrika.




Credit  antaranews.com







Senin, 26 Februari 2018

Bom Kembali Hantam Mogadishu


Mogadishu kembali diguncang bom pada Jumat (23/2). Pada 14 Oktober 2017, lokasi ledakan bom terjadi di depan Safari Hotel, Mogadishu, Somalia.

Mogadishu kembali diguncang bom pada Jumat (23/2). Pada 14 Oktober 2017, lokasi ledakan bom terjadi di depan Safari Hotel, Mogadishu, Somalia.
Foto: Said Yusuf Warsame/EPA


Sedikitnya 18 warga sipil tewas dalam ledakan bom di Mogadishu.


CB MOGADISHU -- Dua buah bom mobil kembali meledak di Ibu Kota Somalia, Mogadishu. Letusan bom bunuh diri yang diikuti baku tembak itu menewaskan 18 warga sipil dan melukai 20 orang lainnya.


Seperti diwartakan Aljazirah, Sabtu (24/2) ledakan  terjadi pada Jumat (23/2). Berdasakan keterangan kepolisian, kedua ledakan tersebut terjadi di dua lokasi berbeda. Salah satu di antaranya meletus tidak jauh dari kediaman Presiden Somalia.

"Sejauh yang kami tahu, satu ledakan di samping istana presiden dan satu ledakan lainnya terjadi dekat dengan sebuah hotel berbintang," kata Mayor Mohamed Ahmed.


Bom terjadi tidak lama setelah pemerintah Somalia mengumumkan peringatan kepada para pelaku teror. Kelompok ekstremis al-Shabab mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.


Al-Shabab merupakan kelompok teror yang sebelumnya juga melakukan serangan serupa di Mogadishu beberapa bulan lalu. Pada Oktober 2017, militan tersebut bertanggung jawab atas tewasnya 512 orang akibat ledakan bom dengan modus serupa di Ibu Kota.


Bom yang diselipkan ke dalam dua buah truk itu menjadi salah satu serangan paling mematikan dalams sejarah Somalia. Pemerintah setempat mengumumkan tiga hari berkabung usai peristiwa itu.


Sementara itu, kelompok tersebut kembali bertanggung jawab atas ledakan yang menewaskan 18 petugas polisi pada 18 Desember 2017. Sebuah akademi kepolisian di Mogadishu menjadi target bom bunuh diri.





Credit  republika.co.id


Jumlah korban bom Somalia capai 45 orang

Jumlah korban bom Somalia capai 45 orang

Ilustrasi - Warga sipil membawa jenazah pria tak dikenal dari lokasi ledakan di jalan KM4 di distrik Hodan, Mogadishu, Somalia, Minggu (15/10/2017). (REUTERS/Feisal Omar)



Mogadishu (CB - Jumlah korban tewas akibat ledakan bom kembar di ibu kota negara Somalia pada Jumat malam meningkat menjadi 45 orang dari laporan awal 18 orang, kata pejabat pemerintah, Sabtu.

Kelompok dari jaringan Al Qaida, al Shabaab, menyatakan bertanggung jawab atas serangan di dekat kediaman presiden itu serta hotel di sekitarnya.

"Jumlah korban tewas akibat ledakan tadi malam meningkat menjadi 45 orang dan 36 lagi luka," kata pejabat itu, yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada Reuters.

Secara terpisah, pejabat kepolisian mengatakan yakin bahwa 36 orang tewas.

"Setidak-tidaknya 15 orang, termasuk seorang anggota militer dan seorang warga setempat tewas di luar istana tadi malam dan lebih banyak dari itu luka-luka. Sebagian besar dari mereka adalah penjaga istana yang sedang berada di lokasi kejadian. Jumlah orang yang meninggal kemungkinan bertambah," kata Mayor Mohamed Abdullahi kepada Reuters pada Sabtu.

"Di hotel itu, setidak-tidaknya 21 orang tewas. Jadi, menurut data saya, 36 orang tewas dan lebih banyak lagi luka-luka," katanya.


Dinas layanan ambulans menyebutkan pada Jumat bahwa jumlah total korban jiwa mencapai 18 orang. Data itu berubah menjadi 21 orang pada Sabtu pagi.

Foto memperlihatkan setidak-tidaknya ada lima kendaraan yang hancur di luar hotel tersebut, yang sekeliling dindingnya juga hancur akibat ledakan.

Al Shabaab mengatakan para penyerangnya telah menewaskan 35 tentara dan lima petempurnya juga terbunuh.

"Lima orang dari pihak kami, termasuk dua pengemudi, mati syahid. Kami membunuh 35 tentara ... dalam operasi tadi malam. Para mujahid lainnya sudah kembali dengan selamat," kata Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer al Shabaab.


Kelompok itu ingin menggulingkan pemerintah Somalia dan menegakkan hukum Islam secara ketat menurut pemahamannya.

Kelompok al Shabaab telah menewaskan ratusan warga sipil di berbagai wilayah Afrika Timur serta ribuan warga Somalia dalam pemberontakan yang telah berlangsung selama satu dekade.

Pada Oktober, lebih dari 500 orang tewas akibat ledakan bom kembar di Mogadishu. Serangan itu adalah yang paling mematikan sejak al Shabaab melancarkan pemberontakan pada 2007. Al Shabaab tidak menyatakan sebagai pelaku pengeboman tersebut.




Credit  antaranews.com









Jumat, 15 Desember 2017

Bom Bunuh Diri di Akademi Kepolisian Somalia, 15 Orang Tewas


Bom Bunuh Diri di Akademi Kepolisian Somalia, 15 Orang Tewas
Ilustrasi ledakan. Bom bunuh diri di Akademi Kepolisian Somalia di Ibu Kota Mogadishu menewaskan 15 orang. (Thinkstock/wandee007)




Jakarta, CB -- Setidaknya 15 orang tewas akibat bom bunuh diri yang meledak di akademi kepolisian di Mogadishu, Somalia, pada Kamis (14/12).

"Sejauh ini 15 orang tewas dan 17 lainnya terluka," ujar seorang petugas kepolisian, Abdullahi Nur, kepada Reuters.

Juru bicara kepolisian Somalia, Mohamed Hussein, mengatakan bahwa pelaku yang menyamar menjadi polisi mengikatkan bahan peledak di badannya dan memasuki Akademi Kepolisian Jenderal Kahiye saat parade di pagi hari.


Kepala layanan ambulans lokal kemudian mengatakan bahwa pihaknya sudah mengevakuasi 13 jasad korban, juga melarikan 15 orang yang terluka.


Tak lama setelah kejadian, kelompok militan Al Shabaab mengklaim sebagai dalang di balik serangan tersebut. Namun, jumlah korban yang mereka klaim lebih banyak.

"Kami membunuh 27 polisi dan melukai sejumlah orang lainnya," ucap juru bicara operasi militer Al Shabab, Abdiasis Abu Musab.

Berafiliasi dengan Al Qaidah, Al Shabaab berupaya melengserkan pemerintahan lokal yang dianggap lemah dan mendirikan negara dengan hukum keras Islam.

Kelompok ini sempat didepak dari Mogadishu oleh pasukan perdamaian Uni Afrika dan angkatan bersenjata Somalia pada 2011.

Namun, serangan ini kemudian terjadi saat pasukan perdamaian tersebut mulai mengurangi kehadiran mereka di Somalia.

Setelah satu dekade, jumlah personel pasukan perdamaian di Somalia itu berangsur berkurang dari 22 ribu menjadi 1.000 orang.

Pasukan perdamaian itu pertama kali dikerahkan untuk menjamin keamanan pemerintahan yang kesulitan mengendalikan stabilitas negara setelah perang sipil pada awal 1990-an.




Credit  cnnindonesia.com





Rabu, 13 Desember 2017

Perwira Militer Somalia Tewas Saat Jinakkan Bom


al-shabab
al-shabab


CB,BOSASO, -- Seorang kolonel tentara di wilayah Puntland, Somalia, tewas pada Selasa setelah sebuah bom yang dia jinakkan meledak. Insiden itu terjadi di sebuah jalan yang menghubungkan Bosaso, kota kedua terbesar Puntland, dengan Galgala Hills yang dikendalikan oleh kelompok al-shabaab Alqaidah.

Kolonel Osman Abshir Omar tewas setelah dia mulai membongkar bom tersebut. "Kami bersama Kolonel. Dia menghentikan mobilnya, turun dan mulai membongkar sebuah bom namun tiba-tiba meledak dan membunuhnya di tempat kejadian," ujar Mayor Abdirizak Mohamed.

Al Shabaab mengaku bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. "Kami menargetkan Kolonel. Kami meledakkan bom tersebut, " ujar juru bicara operasi militer al Shabaab, Abdiasis Abu Musab, dikutip Reuters.

Serangan militan di Puntland jarang terjadi dibandingkan dengan wilayah Somalia lainnya, terutama karena pasukan keamanannya digaji secara teratur dan menerima bantuan AS yang substansial. Al Shabaab, bertujuan untuk menggulingkan pemerintah Somalia dan memaksakan khilafah Islam berdiri di negara Tanduk Afrika tersebut.
Al Shabaab telah menjadi lebih aktif di Puntland setelah diusir dari bentengnya oleh pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika dan tentara Somalia. Tahun ini terjadi peningkatan kekerasan di Puntland oleh sebuah kelompok yang terkait dengan ISIS. Mereka telah menyerang pasukan pemerintah.






Credit  REPUBLIKA.CO.ID




Kamis, 23 November 2017

Somalia Akui Minta AS Lakukan Serangan Udara yang Tewaskan 100 Gerilyawan


Somalia Akui Minta AS Lakukan Serangan Udara yang Tewaskan 100 Gerilyawan
Foto/Ilustrasi/Istimewa


MOGADISHU - Pemerintah Somalia mengakui jika pihaknyalah yang meminta Amerika Serikat (AS) melakukan serangan yang menewaskan ratusan tersangka militan. Hal itu dilakukan untuk membuka jalan bagi serangan darat terhadap kelompok radikal al-Shabaab.

Komando Afrika AS di Afrika (Africom) mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah membunuh lebih dari 100 gerilyawan yang terkait dengan Al Qaeda dalam serangan di sebuah 200 km barat laut Ibu Kota Mogadishu.

"Militan tersebut sedang mempersiapkan bahan peledak dan serangan. Operasi melawan al Shabaab telah ditingkatkan," ujar Menteri Informasi Somalia Abdirahman Omar Osman seperti disitir dari Reuters, Kamis (23/11/2017).

"Kami telah meminta AS untuk membantu kami dari udara agar serangan darat kami lebih berhasil," imbuhnya.

Sementara Juru bicara al-Shabaab, Abdiasis Abu Musab, membantah bahwa serangan udara telah terjadi. "Hanya propaganda saja," katanya kepada Reuters.

AS telah menggenjot operasi di Somalia tahun ini setelah Presiden Donald Trump mengendurkan peraturan pertempuran pada bulan Maret.

Africom melaporkan delapan serangan udara AS dari bulan Mei sampai Agustus, dibandingkan dengan 13 untuk keseluruhan tahun 2016. Termasuk serangan pada hari Selasa, telah dilaporkan lima serangan dalam bulan ini saja.

Pentagon mengatakan bahwa militer AS akan terus menargetkan militan dalam serangan berkoordinasi dengan pemerintah Somalia.

Al-Shabaab telah kehilangan kendali atas sebagian besar desa dan kota Somalia sejak pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika yang mendukung pasukan Somalia mendorong pemberontakan tersebut keluar dari ibukota Mogadishu pada tahun 2011. Namun, kelompok ini tetap memiliki kehadiran yang kuat di beberapa bagian di selatan dan tengah.

Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed, seorang warga berkewarganegaraan ganda Somalia dan AS, telah mengambil garis keras daripada pendahulunya melawan pemberontakan sejak dia dilantik awal tahun ini.

Namun rencananya telah dirusak oleh keadaan buruk militer Somalia dan pertikaian politik. 

Dia juga harus berusaha memperbaiki hubungan dengan klan Habar Gidir yang kuat, menyusul sebuah serangan yang melibatkan pasukan AS di kota Bariire pada bulan Agustus di mana 10 orang terbunuh termasuk tiga anak-anak.




Credit  sindonews.com





Senin, 06 November 2017

Dapat Ancaman, AS Perintahkan Diplomatnya Tinggalkan Mogadishu



Dapat Ancaman, AS Perintahkan Diplomatnya Tinggalkan Mogadishu
Kedubes AS di Ibu Kota Somalia, Mogadishu. Foto/Wikipedia


MOGADISHU - Misi diplomatik Amerika Serikat (AS) di Somalia telah mengarahkan semua staf yang tidak berkepentingan untuk meninggalkan Ibu Kota Somalia, Mogadishu. Hal itu dilakukan setelah mereka menerima ancaman khusus terhadap para pegawainya.

Langkah tersebut dilakukan sehari setelah Washington melakukan serangan udara pertama terhadap gerilyawan ISIS di negara itu. Dalam serangan tersebut, AS mengatakan telah membunuh beberapa teroris.



"Karena informasi ancaman spesifik terhadap personil AS di Bandara Internasional Mogadishu, misi diplomatik AS untuk Somalia telah mengarahkan karyawan warga AS yang tidak berkepentingan untuk meninggalkan Mogadishu sampai pemberitahuan lebih lanjut," bunyi sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (5/11/2017).

Meski begitu, pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.

ISIS telah mengumpulkan anggota baru di wilayah tersebut, namun tetap menjadi pemain kecil dibandingkan dengan kelompok al-Shabaab. Bulan lalu, sebuah kelompok yang setia kepada ISIS merebut sebuah kota pelabuhan kecil di wilayah semi otonom Somalia, Puntland.

Al-Shabaab adalah kelompok yang mempunyai keterkaitan dengan al-Qaeda, kelompok pesaing ISIS. Kelompok ini pernah menguasai sebagian besar Somalia.

Kelompok tersebut bertujuan untuk mengusir pasukan penjaga perdamaian internasional, menggulingkan pemerintah Somalia yang didukung Barat dan memberlakukan syarita Islam di negara Tanduk Afrika itu.

AS sesekali melakukan serangan terhadap al-Shabaab. Kelompok ini diduga menjadi dalah serangan bom kembar yang menewaskan lebih dari 350 orang di Mogadishu bulan lalu. 




Credit  sindonews.com



Senin, 23 Oktober 2017

Bom jalanan tewaskan tujuh orang di Somalia


Bom jalanan tewaskan tujuh orang di Somalia
Warga sipil membawa jenazah pria tak dikenal dari lokasi ledakan di jalan KM4 di distrik Hodan, Mogadishu, Somalia, Minggu (15/10/2017). Mogadishu, Ledakan bom kembali terjadi di luar Kota Mogadishu, Minggu (22/10/2017). (REUTERS/Feisal Omar)
Kami takut. Ratusan petempur bertopeng ada di mana-mana ..."

Mogadishu (CB) - Bom jalanan menewaskan setidak-tidaknya tujuh orang pada Minggu (22/10)di luar Mogadishu, Ibu Kota Somalia, yang dikuasai kelompok garis keras, demikian laporan penduduk dan tentara setempat.

"Kami mendengar kecelakaan besar hari ini, dan kami pergi ke tempat kejadian itu. Kami melihat sebuah minibus hancur dan setidak-tidaknya tujuh mayat, kebanyakan wanita. Kami tidak dapat mengenali beberapa orang. Mereka terlihat hanya potongan daging manusia," kata petani Nur Abdullahi, melalui telepon kepada kantor berita Reuters.

Pengeboman pada Minggu itu menghantam satu minibus di Desa Daniga, sekitar 40 kilometer barat laut Mogadishu.

Sebelumnya, dilaporkan pula ada truk pembom di Mogadishu pada akhir pekan lalu menewaskan setidak-tidaknya 358 orang, dan 56 orang masih dinyatakan hilang. Hampir semua korban tewas adalah warga dan serangan tersebut memicu unjuk rasa kemarahan di Ibu Kota Somalia itu.

Daerah pengeboman tersebut dekat dengan wilayah Al Shabaab, kelompok keras yang mengkalim terkait Al-Qaeda, berulang kali menyatakan ingin menggulingkan pemerintahan lemah yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memberlakukan hukum Islam yang ketat.

Pada Minggu (15/10) juga terjadi ledakan di jalan Kilometer (KM)-4 Distrik Hodan, Mogadishu, yang menewaskan sejumlah orang dan merusak fasilitas umum maupun rumah penduduk sipil.

"Kami takut. Ratusan petempur bertopeng ada di mana-mana, dan kami juga mengantisipasi pemerintah akan menyerang di sini. Mereka juga menempatkan tali tambang di mana-mana dan hari ini kami mengemas baju kami untuk melarikan diri," kata Nur Abdullahi.

Sementara itu, salah seorang perwira militer Somalia mengatakan jumlah korban tewas mungkin lebih tinggi.

"Kami tahu minibus meninggalkan Kota Afgooye pagi ini, dan minibus itu membawa petani, kebanyakan wanita," kata Kapten Isa Osman dari Tentara Nasional Somalia.

Ia menimpali, "Minibus itu membawa lebih dari 10 orang. Kami tidak bisa mendapatkan banyak rincian karena daerah tersebut tidak dikuasai oleh pemerintah."

Setelah serangan Sabtu (21/10), Pemerintah Somalia menjanjikan serangan baru terhadap pemberontakan kelompok garis keras yang mengancam melakukan kudeta.

Somalia terbelah oleh perang saudara sejak 1991, ketika kaum panglima perang menggulingkan penguasa dan kemudian saling serang satu sama lainnya.





Credit  antaranews.com





Kamis, 19 Oktober 2017

UAE bantu 100 korban cedera aksi bom bunuh diri di Somalia


UAE bantu 100 korban cedera aksi bom bunuh diri di Somalia
bom bunuh diri (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)



Dubai, Uni Emirat Arab (CB) - Uni Emirat Arab (UAE), Rabu (18/10), mengumumkan negara itu akan merawat 100 orang yang cedera akibat aksi bom bunuh diri di Mogadishu dan mengirim pasokan medis ke berbagai rumah sakit Somalia, kata Kantor Berita Emirat (WAM).

Kantor berita resmi UAE menyatakan Bulan Sabit Merah Emirat telah memulai pengaturan darurat bagi pengiriman cepat orang yang cedera ke negara tetangga Somalia, Kenya, sesuai keperluan berdasarkan kondisi kesehatan mereka.

Masyarakat Bulan Sabit Merah UAE juga mengumumkan organisasi tersebut akan menyediakan perawatan menyeluruh buat 300 anak yatim-piatu yang telah kehilangan keluarga mereka dalam enam bulan terakhir aksi bom bunuh diri, sebagaimana dikutip dari Xinhua.

Tindakan itu adalah "ungkapan sesungguhnya" mengenai pentingnya ikatan UAE dan rakyatnya pada situasi saat ini di Somalia, dan upaya mereka untuk menyelamatkan mereka dari momok perang dan konflik, kata WAM.

Dua pemboman melanda dua persimpangan yang dipenuhi orang di jantung Ibu Kota Somalia, Mogadishu, pada Sabtu (14/10), sehingga menewaskan dan melukai ratusan orang.





Credit  antaranews.com







Kemarau parah dan konflik paksa satu juta orang Somalia menyelamatkan diri


Kemarau parah dan konflik paksa satu juta orang Somalia menyelamatkan diri
Zeinab (14) duduk menggendong keponakannya di kamp bagi warga yang mengungsi karena kekeringan yang melanda wilayah Dollow, Somalia, Selasa (4/4). (REUTERS/Zohra Bensemra/djo/17)




Mogadishu, Somalia (CB) - Sebanyak satu juta orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka tahun ini akibat konflik dan kemarau parah yang melanda beberapa wilayah Somalia, kata satu badan amal global pada Rabu (18/10).

Direktur Regional Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) Gabriella Waaijman mengatakan orang Somalia yang terusir dari rumah mereka mencari makanan dan air terutama akibat kemarau parah.

"Kami terkejut dengan besarnya skala krisis ini," kata Waaijman di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan di Mogadishu, Somalia, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. "Rata-rata, sebanyak 3.500 orang per hari telah meninggalkan tempat tinggal mereka tahun ini untuk mencari makanan dan air agar mereka bisa bertahan hidup."

Kemarau telah mencengkeram negara di Tanduk Afrika itu pada tahun ketiga secara berturut-turut.

"Kita menyaksikan pengungsian besar-besaran dari daerah pedesaan, kondisi yang tak terlihat sejak kelaparan mematikan pada 2011-2012 --yang menewaskan 260.000 orang," kata Waaijman.

Badan amal yang dipimpin Waaijman mengatakan pedesaan yang kekeringan di seluruh Somalia telah berubah nyaris menjadi kota hantu, sementara panen gagal, ternak mati dan banyak keluarga menyelamatkan diri secara bergerombol setelah mereka kehabisan semua simpanan makanan mereka.

Pada September saja sebanyak 49.000 orang meninggalkan rumah mereka dan sebagian besar dari mereka pergi ke kamp yang sudah padat penghuni di daerah kota, tempat orang Somalia berbagi cerita mereka mengenai bagaimana mereka bertahan hidup.

NRC menanggapi krisis itu dengan bantuan uang kontan langsung buat keluarga yang menjadi korban kemarau, selain melancarkan program lain.

Waaijman mengatakan meskipun kemarau adalah penyebab utama pengungsian di Somalia tahun ini, penyebab lain meliputi konflik, kondisi tidak aman dan banjir.

"Kita harus terus memberikan tanggapan darurat guna mencegah kelaparan lain terjadi lagi di Somalia. Semua donor telah memberi sumbangan sangat besar bagi penanganan keadaan darurat ini, tapi lebih banyak dana diperlukan," kata Waaijman.

"Perkiraan buat musim hujan mendatang tidak membesarkan hati. Ini akan mendorong lebih banyak orang ke jurang (bencana), sehingga upaya yang berlanjut diperlukan," demikian peringatan Waaijman.

Krisis kemarau telah bertambah parah pada 2017. Separuh penduduk, lebih dari 6,2 juta orang, sekarang memerlukan bantuan kemanusiaan. Dengan banyak keluarga pindah untuk mencari makanan, 388.000 anak yang berusia di bawah lima tahun menderita gizi buruk akut.






Credit  antaranews.com






Selasa, 17 Oktober 2017

Korban Tewas Bom Truk di Somalia Tembus 300 Jiwa



Korban Tewas Bom Truk di Somalia Tembus 300 Jiwa
Sebelumnya dilaporkan jumlah korban tewas akibat ledakan bom tersebut berjumlah 275 orang, saat ini jumlah koban tewas dilaporkan telah menembus 300 orang. Foto/Reuters


MOGHADISU - Korban tewas akibat ledakan bom di ibukota Somalia, Moghadisu terus meningkat. Sebelumnya dilaporkan jumlah korban tewas akibat ledakan bom tersebut berjumlah 275 orang, saat ini jumlah koban tewas dilaporkan telah menembus angka 300 orang.

"Kami telah mengkonfirmasi 300 orang tewas dalam ledakan tersebut. Jumlah korban tewas masih akan meningkat karena beberapa orang masih hilang," kata pejabat kesehahan setempat, Abdikadir Abdirahman, seperti dilansir Reuters pada Senin (16/10).

Sementara itu, menurut seorang dokter di Rumah Sakit Madina, Aden Nur mengatakan sekitar 160 mayat tidak bisa dikenali. "Mereka dikuburkan oleh pemerintah kemarin, yang lainnya dikuburkan oleh keluarga mereka, lebih dari seratus orang terluka dibawa ke sini," ucapnya.

Presiden Somalia, Mohamed Abdullahi Mohamed mengumumkan tiga hari berkabung dan bergabung dengan ribuan orang yang menanggapi permohonan putus asa oleh rumah sakit untuk menyumbangkan darah bagi korban luka-luka. "Saya meminta semua orang Somalia untuk maju dan menyumbangkan darah," katanya.

Pemerintah Somalia telah menyalahkan kelompok ekstremis al-Shabab yang terkait al-Qaida atas serangan yang disebutnya sebagai "bencana nasional". Namun, al-Shabab, yang sering menargetkan area dengan profil tinggi di ibukota dengan pemboman, belum memberikan komentar.

Menteri informasi Somalia, Abdirahman Omar, mengatakan ledakan itu merupakan ledakan terbesar yang pernah ada. "Ini hari yang menyedihkan, betapa tidak berdaya dan brutalnya mereka, dan kita harus bersatu melawan mereka," katanya. 




Credit  sindonews.com







Senin, 16 Oktober 2017

Jumlah korban tewas ledakan somalia melonjak jadi 263


Jumlah korban tewas ledakan somalia melonjak jadi 263
Ilustrasi detonasi bahan peledak di mobil. (ANTARA FOTO/Andreas Atmoko)



Mogadishu, Somalia (CB) - Sedikitnya 263 orang tewas akibat ledakan bom kembar di jantung ibu kota Somalia, Mogadishu, menurut para dokter, Senin, mengukuhkan serang itu menjadi serangan paling mematikan sejak pemberontakan militan dimulai pada 2007.

Pejabat lokal menyatakan korban tewas lebih dari 200 orang, Minggu, tanpa memberikan jumlah yang pasti menyusul ledakan yang menghantam dua persimpangan yang sibuk pada Sabtu.

Aden Nur, seorang dokter di rumah sakit kota Madina, mengatakan bahwa mereka telah mencatat 258 kematian, sementara Ahmed Ali, seorang perawat di rumah sakit Osman Fiqi terdekat, mengatakan bahwa ada lima mayat telah dikirim ke rumah sakit tersebut.

"Sebanyak 160 mayat tidak dapat dikenali dan oleh karenanya mereka dikuburkan oleh pemerintah, yang lainnya dimakamkan oleh keluarga mereka. Lebih dari seratus orang terluka dibawa ke sini," kata Nur.

Delapan dari korban luka serius diangkut dengan ambulans ke bandara pada Senin pagi untuk diterbangkan ke Turki demi mendapatkan perawatan lebih lanjut, kata Nur.




Credit  antaranews.com






85 Orang Tewas Diterjang Bom, Somalia Berkabung 3 Hari



85 Orang Tewas Diterjang Bom, Somalia Berkabung 3 Hari
Ilustrasi Bom Mobil / kebakaran mobil. shutterstock.com
CB, Jakarta -Sedikitnya 85 orang tewas dan sedikitnya 60 orang terluka dalam 2 serangan bom yang mengguncang Somalia pada Sabtu, 14 Oktober 2017. Bom pertama ditaruh di dalam truk dan meledak di luar Hotel Safari di persimpangan K5, Mogadishu, ibukota Somalia.
Lokasi bom meledak merupakan kompleks perkantoran pemerintah,  restoran dan kios. Bangunan di dekat lokasi ledakan dilaporkan rusak berat dan beberapa kendaraan terbakar. Ledakan kedua terjadi di distrik Madinah 2 jam kemudian.

Sirene ambulans bergema di seluruh kota setelah ledakan. Warga dan anggota keluarga korban bingung mencari sanak keluarganya di reruntuhan bangunan.
Petugas penyelamat masih terus mencari korban yang diduga masih terjebak di bawah reruntuhan Hotel Safari, yang sebagian besar hancur. Hotel ini dekat dengan Kementerian luar negeri Somalia. Kekuatan ledakan pada Sabtu tersebut cukup besar sehingga mampu menerbangkan gerbang logam dan dinding.

Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed mengumumkan tiga hari berkabung dan bergabung dengan ribuan orang untuk mendonorkan darah bagi korban luka-luka. "Saya meminta semua orang Somalia untuk maju dan mendonorkan darah," katanya.
Pejabat Somalia khawatir korban tewas akan terus bertambah mengingat banyak korban yang menderita luka serius.
"Banyak korban meninggal di rumah sakit akibat luka-luka mereka," kata Kapten Polisi Mohamed Hussein, seperti yang dilansir Washinton Post pada 15 Oktober 2017.

Belum ada pihak manapun yang mengklaim bertanggung jawab terhadap salah satu serangan paling mematikan di negara ini sejak milisi teroris melancarkan pemberontakan pada tahun 2007.
Namun pemerintah Somalia menyalahkan kelompok ekstremis al-Shabaab yang terafiliasi dengan  al-Qaida atas serangan yang telah ditetapkan sebagai bencana nasional tersebut.
Petugas penyelamat Somalia masih terus mencari korban yang diduga masih terjebak di bawah reruntuhan Hotel Safari, yang sebagian besar hancur. Hotel ini dekat dengan Kementerian luar negeri Somalia. Kekuatan ledakan pada Sabtu tersebut cukup besar sehingga mampu menerbangkan gerbang logam dan dinding.




Credit  TEMPO.CO











Senin, 02 Oktober 2017

Turki buka pangkalan militer di Mogadishu untuk latih tentara Somalia


Turki buka pangkalan militer di Mogadishu untuk latih tentara Somalia
Ilustrasi - Tentara wanita pemerintah Somalia. (REUTERS/James Akena)



Ankara/Mogadishu (CB) - Turki membuka pangkalan militer terbesarnya di luar negeri pada Sabtu di ibu kota Somalia, memperkuat hubungannya dengan negara Muslim yang bergejolak itu dan berusaha menunjukkan kehadirannya di Afrika Timur.

Lebih dari 10.000 tentara Somalia akan dilatih oleh perwira Turki di pangkalan tersebut, kata seorang pejabat tinggi Turki menjelang sebuah upacara di Mogadishu yang dihadiri oleh kepala staf militer Turki Hulusi Akar.

Menurut Reuters, pembukaan pangkalan militer senilai 50 juta dolar AS itu mempererat hubungan antara Turki dan Somalia. Hubungan Turki dengan Tanduk Afrika terjalin pada Kekaisaran Ottoman, namun pemerintahan Presiden Tayyip Erdogan menjadi sekutu dekat pemerintah Somalia dalam beberapa tahun belakangan.

Saat upacara pembukaan yang berlangsung pada Sabtu, Perdana Menteri Somalia Hassan Ali Khaire mengucapkan terima kasihnya kepada pemerintah Turki karena telah membuka tempat pelatihan dan berencana akan membantu pemerintah "membangun kembali" kekuatan nasionalnya.

Dia mencatat bahwa pangkalan militer tersebut adalah yang terbesar di luar negara Turki. Sarana ini dapat melatih dan menampung 1.000 tentara sekaligus dan memiliki lapangan olah raga dan jalur lari.

Erdogan, yang berakar pada politik Islam, adalah seorang pembela Muslim, terutama mereka yang membutuhkan bantuan kemanusiaan, seperti pengungsi Suriah dan Rohingya, Myanmar.




Credit  antaranews.com





Jumat, 29 September 2017

Tujuh orang tewas dalam serangan bom mobil di Mogadishu


Tujuh orang tewas dalam serangan bom mobil di Mogadishu
Ilustrasi - Masyarakat menonton sisa mobil yang dipasangi bom dan menewaskan seorang pegawai pemerintah Somalia di Kota Mogadishu, Minggu (9/4/2017). (Reuters)



Mogadishu, Somalia (CB) - Tujuh orang tewas dan 10 orang lagi cedera pada Kamis malam (28/9), dalam ledakan bom mobil di satu pasar padat pengunjung di Mogadishu, Somalia, demikian konfirmasi beberapa pejabat.

Juru Bicara Pemerintah Kota Mogadishu Abditifitah Halane mengatakan kepada wartawan, mobil itu meledak di sebelah satu kendaraan layanan umum di Pasar Hamarweyne.

"Tujuh orang telah tewas dalam serangan tersebut. Semua korban berada di satu kendaraan umum ketika ledakan menghantam kendaraan mereka dan menewaskan mereka," kata Halane, sebagaimana dikutip Xinhua.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan paling akhir di negara Tanduk Afrika tersebut.

Namun, kelompok Ash-Shabaab --yang bersekutu dengan Al-Qaida-- biasanya berada di belakang serangan semacam itu.

Anggota Ash-Shabaab diusir dari Ibu Kota Somalia, Mogadishu, oleh pasukan pemelihara perdamaian Uni Afrika (AMISOM) pada 2011, tapi masih melancarkan serangan setiap hari terhadap pangkalan AMISOM dan pemerintah termasuk tempat umum.





Credit  antaranews.com