KAIRO
- Liga Arab mengecam veto Amerika Serikat (AS) atas resolusi Dewan
Keamanan (DK) PBB yang menyerukan perlindungan internasional untuk warga
Palestina. Resolusi tersebut diajukan oleh Kuwait.
Dalam sebuah
pernyataan, organisasi yang bermarkas di Kairo mengatakan, pendekatan AS
saat ini untuk menghalangi setiap resolusi yang berusaha untuk
menghentikan pertumpahan darah warga Palestina yang tidak bersalah akan
mendorong pihak Israel untuk melanjutkan praktiknya.
"Ini tidak
akan menciptakan suasana yang cocok bagi kedua belah pihak, Palestina
dan Israel, untuk kembali ke negosiasi guna mencapai penyelesaian yang
adil dari Palestina," bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari Anadolu, Minggu (3/6/2018).
Liga
Arab juga menyesali kegagalan DK PBB mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk menghentikan pelanggaran Israel terhadap rakyat
Palestina.
Pada 18 Mei, Kuwait menyerahkan rancangan resolusi
kepada DK PBB yang mengutuk kekerasan Israel dan menyerukan perlindungan
terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
Tetapi AS pada
hari Jumat memveto resolusi tersebut. Sepuluh negara memberikan suara
mendukung, sementara Inggris, Polandia, Belanda dan Ethiopia memilih
abstain.
Resolusi, yang direvisi tiga kali dan dikatakan telah
"diperas", sebelumnya menyerukan perlunya perlindungan internasional
untuk rakyat Palestina.
Draf akhir menyerukan pertimbangan
langkah-langkah untuk menjamin keselamatan dan perlindungan penduduk
sipil Palestina di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk di Jalur Gaza.
Sejak
Maret, setidaknya 118 warga Palestina telah menjadi martir dan ribuan
lainnya terluka oleh tembakan tentara Israel selama protes
anti-pendudukan di dekat pagar keamanan Gaza-Israel.
Warga Palestina menghadiri unjuk rasa
kota tenda di sepanjang perbatasan dengan Gaza, menuntut hak mereka
untuk kembali ke tanah air mereka, timur Kota Gaza, Jumat (30/3/2018).
(REUTERS/Mohammad Salem)
Kairo, Mesir, (CB) - Liga Arab pada Ahad (3/6) mengutuk
tindakan Israel baru-baru ini membunuh seorang petugas paramedis
Palestina yang sedang menolong orang yang cedera di Jalur Gaza dan
mencapnya sebagai babak baru terorisme Israel.
Tentara Israel menembak petugas paramedis yang berusia 21 tahun, Razan
An-Najjar, di dekat pagar perbatasan di Jalur Gaza pada Jumat (1/6),
saat wanita itu sedang merawat pemrotes yang cedera di Jalur Gaza.
Ribuan orang Palestina memberi penghormatan terakhir kepada relawan muda
tersebut dalam pemakaman besar pada Sabtu.
"Kejahatan Israel ini serta perbuatan lain adalah rangkaian baru babak
terorisme Israel, yang tidak memberi perlindungan bagi tim medis dan
petugas pertolongan, memburu dan membidik wartawan serta menghukum mati
mereka dengan cara darah dingin," kata badan pan-Arab tersebut di dalam
satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua.
Liga Arab menyatakan Israel bertanggung-jawab atas "pemusnahan"
An-Najjar, dan memperingatkan tentara Israel agar tidak melanjutkan
perbuatan brutal semacam itu.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan di dalam satu pernyataan
bahwa tentara Israel yang ditempatkan di daerah perbatasan pada Jumat
menembakkan gas air mata dan peluru aktif ke arah pemrotes, yang
mengibarkan bendera Palestina dan melemparkan batu ke arah tentara
Yahudi.
Pada Jumat, ratusan pemrotes Palestina berpawai menuju empat tempat di
bagian timur Jalur Gaza di dekat perbatasan dengan Israel pada Jumat
ke-10 pawai dan protes, yang oleh rakyat Palestina dinamakan "Pawai
Akbar Kepulangan dan Pembangkangan terhadap Blokade Israel".
Pawai itu dimulai pada 30 Maret dan menyerukan hak pengungsi Palestina
untuk pulang serta diakhirinya bloakde Israel --yang telah diberlakukan
atas Jalur sejak musim panas 2007.
Sejak akhir Maret, pasukan Israel menewaskan sedikitnya 120 orang
Palestina dan melukai ribuan orang lagi selama protes yang menyerukan
hak pengungsi Palestina untuk pulang dan diakhirinya blokade Israel yang
diberlakukan atas Jalur Gaza sejak 2007, ketika Gerakan Perlawanan
Islam (HAMAS) merebut kekuasaan atas daerah kantung tersebut.
KAIRO
- Liga Arab mengatakan tidak akan bekerja sama lagi dengan Guatemala.
Pemutusan hubungan itu dilatarbelakangi keputusan negara itu memindahkan
kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Organisasi
yang bermarkas di Kairo itu mengatakan, telah meninggalkan nota
kesepahaman yang ditandatangani pada 2013 dan telah memutuskan hubungan
dengan negara Amerika Tengah itu seperti dikutip dari Washington Post, Kamis (24/5/2018).
Guatemala
memindahkan kedutaannya ke Yerusalem awal bulan ini, menyusul peresmian
Kedutaan Besar AS di Yerusalem yang disengketakan.
Guatemala
adalah negara pertama yang menempatkan kedutaannya di Yerusalem, pada
tahun 1956. Negara itu memindahkan fasilitasnya 24 tahun kemudian ke Tel
Aviv, setelah parlemen Israel menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota
yang abadi dan tak terpisahkan yang bertentangan dengan resolusi PBB.
Palestina
mengklaim Yerusalem timur sebagai Ibu Kota negara masa depan mereka.
Dunia internasional pun berpendapat status terakhir dari Yerusalem harus
diputuskan dalam tahap akhir pembicaraan damai.
Guatemala
adalah termasuk dalam 9 negara yang mendukung Amerika Serikat (AS)
mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dalam sidang umum PBB pada
Desember tahun lalu. Selain Guatemala ada Honduras, Micronesia, Nauru,
Palau dan Kepulauan Marshall serta Togo.
Sebelumnya, Rabat telah
menunda rencana untuk kemitraan kota kembar dengan Guatemala City. Hal
itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pemindahan kedubes
Guatemala di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Langkah
AS dan Guatemala ini belakangan diikuti oleh Paraguay. Presiden
Paraguay Horacio Cartes meresmikan langsung kantor Kedutaan Besar
Paraguay di Yerusalem yang terletak di kawasan taman teknologi Malkha,
kawasan yang sama di mana kedutaan Guatemala berdiri.
Seorang polisi Israel berargumen dengan
seorang perempuan Palestina diluar Kota Tua Yerusalem di Gerbang
Damaskus, Minggu (13/5/2018). (REUTERS/Ammar Awad)
Kairo, Mesir (CB) - Liga Arab, yang berpusat di Ibu Kota
Mesir, Kairo, berencana untuk mengadakan pertemuan darurat pada Kamis
mengenai Jerusalem, setelah Amerika Serikat memindahkan kedutaan
besarnya untuk Israel ke kota suci yang menjadi sengketa itu.
Pertemuan itu telah diserukan Arab Saudi dan direncanakan membahas cara
yang mungkin untuk menghadapi pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat
di Israel dari Tel Aviv ke Jerusalem, kata kantor berita resmi Mesir,
MENA, yang mengutip satu sumber diplomatik.
Pertemuan itu akan didahului pertemuan persiapan di tingkat wakil tetap negara anggota Liga Arab, kata sumber itu.
Washington meresmikan pembukaan kedutaan besarnya di Jerusalem, Senin
(14/5), di tengah protes oleh puluhan ribu orang Palestina di perbatasan
Israel dengan daerah kantung terkepung, Jalur Gaza, sehingga menewaskan
sedikitnya 63 orang dan melukai tak kurang dari 2.800 orang lagi.
Agresi Israel terhadap warga Jalur Gaza, yang tak bersenjata, telah
memicu kemarahan di wilayah tersebut dan di tingkat internasional.
Jerusalem merupakan kota suci bagi tiga agama besar dunia, yaitu Kristen, Islam, dan Yahudi.
Protes itu dilancarkan bersamaan dengan peringatan ke-70 deklarasi
kemerdekaan Israel, sehari sebelah "Hari Nakba (Bencana)" Palestina,
untuk menandai pengusiran sebanyak 750.000 orang Palestina dari rumah
mereka sehingga mereka menjadi pengungsi pada 1948.
Korban kekerasan tentara Israel pada Senin membuat jumlah korban jiwa di
pihak warga Palestina bertambah jadi 112 sejak pemrotes Palestina
memulai "Pawai Akbar Kepulangan" mereka pada penghujung Maret untuk
memperingati tahun ke-42 "Hari Tanah". Rakyat Palestina menuntut hak
mereka bagi kepulangan pengungsi Palestina.
Masyarakat internasional menganggap Israel bertanggung-jawab atas
kebuntuan dalam proses perdamaian dengan Palestina karena kebijakan
perluasan permukimannya di wilayah pendudukan Palestina.
Rakyat Palestina berusaha mendirikan negara berdaulat dengan Jerusalem
Timur sebagai ibu kotanya sehubungan dengan penyelesaian dua-negara,
yang diusulkan PBB, dengan dasar perbatasan pra-1967.
Israel adalah sekutu nomor satu regional bagi Amerika Serikat, yang
Presidennya, Donald Trump, telah mengakui kota Jerusalem, yang menjadi
sengketa, sebagai Ibu Kota Israel meskipun ada penentangan regional dan
internasional.
KAIRO
- Jaksa Pengadilan Pidana Internasional (ICC) didesak untuk segera
menyelidiki kejahatan Israel terhadap warga Palestina. Adalah Komite
Permanen Hak Asasi Manusia Liga Arab yang menyerukan hal itu.
"Israel
adalah entitas yang menindas dan membunuh dan para politisi dan
perwiranya harus dibawa ke Pengadilan Pidana Internasional," kata ketua
komite, Amjad Shamout, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Al
Arabiya, Rabu (16/5/2018).
Shamout merujuk pada pembunuhan
puluhan orang Palestina oleh pasukan Israel selama bentrokan dan aksi
protes pada awal pekan ini atas pembukaan kedutaan Amerika Serikat (AS)
yang kontroversial di Yerusalem.
Sebelumnya Kepala jaksa ICC,
Fatou Bensouda, pada Selasa kemarin mengatakan ia akan mengambil
tindakan apa pun yang dibenarkan untuk mengadili kejahatan.
“Staf
saya dengan waspada mengikuti perkembangan di lapangan dan merekam
setiap dugaan kejahatan yang bisa masuk ke dalam yurisdiksi pengadilan,"
katanya dalam sebuah pernyataan.
“Kekerasan harus dihentikan,” imbuhnya.
Pemimpin Liga Arab Ahmed Abul Gheit mengutuk pembantaian warga Palestina, yang katanya mirip kejahatan perang.
Dalam
sebuah pernyataan, dia meminta komunitas internasional untuk melindungi
rakyat Palestina, yang telah memilih jalan perjuangan damai dan telah
dihadapkan dengan kebrutalan, kekerasan dan pembunuhan.
Liga Arab
akan mengadakan pembicaraan darurat pada hari ini untuk membahas apa
yang disebutnya relokasi ilegal kedutaan AS ke kota yang disengketakan.
Status Yerusalem mungkin adalah masalah paling sulit dalam konflik Israel-Palestina.
Israel
menganggap seluruh kota itu adalah ibukotanya, sementara Palestina
melihat Yerusalem timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump saat memasuki Gedung Putih, Rabu, 15 Februari 2017.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Liga Arab sebut negara-negara yang ikut merayakan pemindahan kedubes AS memalukan.
CB,
KAIRO -- Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, mengutuk
langkah AS yang memindahkan kantor Kedutaan Besar ke Yerusalem. Apalagi
langkah tersebut dinilai ilegal atau melanggar hukum internasional dan
resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terkait konflik
Israel-Palestina.
''Sangat memalukan melihat Amerika Serikat dan sejumlah negara
merayakan pemindahan kantor kedutaan tersebut. Langkah ini jelas
melanggar kesepakatan internasional dan resolusi PBB,'' kata Abul Gheit
seperti dikutip kantor berita MENA, Senin (15/4).
Abul
Gheit menambahkan, selain ilegal, langkah yang diambil AS merupakan
langkah yang berbahaya, terutama dalam hal proses perdamaian
Israel-Palestina. ''Saya kira, Pemerintah Amerika Serikat tidak
menyadari efek jangka panjang ataupun jangka pendek dari langkah
tersebut,'' ujarnya.
Sebelumnya, wakil Sekjen Liga Arab
untuk urusan Palestina, Saeed Abu Ali, mengungkapkan, Liga Arab akan
menggelar pertemuan darurat pada Rabu (16/5) waktu setempat. Pertemuan
tersebut rencananya akan dihadiri perwakilan dari 22 negara anggota Liga
Arab. Pertemuan itu pun merupakan permintaan khusus dari perwakilan
Palestina di Liga Arab.
Agenda utama pertemuan tersebut
akan membahas langkah yang diambil Liga Arab dalam merespons pemindahan
Kedutaan Besar AS ke Yerusalem. ''Pertemuan itu akan fokus pada cara
melawan langkah ilegal yang dilakukan oleh Amerika Serikat,'' tutur
Saeed.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) secara resmi
memindahkan Kedutaan Besar dari Tel Aviv ke Yerusalem, Senin (14/5)
waktu setempat. Peresmian kantor Kedutaan Besar AS di Yerusalem itu
dihadiri oleh delegasi khusus dari Gedung Putih, Ivanka Trump, dan
penasihat senior Presiden AS, Donald Trump, Jared Kushner, serta Perdana
Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.
Bersamaan dengan acara
peresmian tersebut, ribuan warga Palestina melancarkan aksi protes di
perbatasan Israel-Palestina di sebelah timur Gaza. Aksi ini pun dibalas
dengan tindakan represif dari tentara Israel. Akibatnya, dilaporkan 52 warga Palestina meninggal dunia, dan ribuan orang terluka. Jumlah korban jiwa ini menjadi angka tertinggi sejak konflik Israel-Palestina di Jalur Gaza pada 2014 silam.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengajak Liga Arab membangun Suriah dan Irak pasca-kekalahan ISIS. (REUTERS/Pavel Golovkin/Pool)
Jakarta, CB -- Rusia siap mengembangkan kerja sama dengan Liga Arab untuk mempertahankan stabilitas kawasan. Menurut kabar yang dilansir kantor berita Rusia, TASS,
Presiden Vladimir Putin mengajak Liga Arab untuk bersama-sama
berkontribusi pada penyelesaian politik dan restorasi di Suriah dan
Irak.
"Rusia siap mengembangkan kerja sama dengan Liga Arab untu
menjamin stabilitas kawasan. Saya harap di tengah kebangkitan pasca
kekalahan ISIL di Suriah dan Irak, kita dapat bersama-sama berkontribusi
bagi penyelesaian politik dan rekonstruksi di negara tersebut serta
mengatasi masalah kemanusiaan," kata Putin dalam sambutannya kepada Liga
Arab seperti diposting dalam situs Kremlin, Ahad.
Adapun dalam
pertemuan di Dhahran, Arab Saudi, Liga Arab menyerukan penyelidikan
internasional terhadap "tindakan kriminal" penggunaan senjata kimia di
Suriah.
"Kami tegaskan kecaman mutlak terhadap penggunaan senjata kimia
terhadap warga sipil Suriah. Kami menuntut penyelidikan internasional
yang independen demi menjamin penerapan hukum internasional terhadap
seluruh pihak yang terbukti menggunakan senjata kimia," bunyi pernyataan
Liga Arab dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Dhahran, Senin (16/4).
Organisasi beranggotakan 22 negara itu juga menekankan pentingnya solusi politis dalam penyelesaian perang sipil di Suriah.
Dalam
kesempatan itu, Arab Saudi dan sekutunya juga mengungkapkan dukungannya
terhadap serangan gabungan yang dilakukan Amerika Serikat, Perancis,
dan Inggris ke sejumlah situs militer dan senjata kimia milik Suriah
pada akhir pekan lalu. Serangan itu dikecam oleh Rusia.
Serangan
udara itu dilakukan sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata kimia
yang kembali dilakukan rezim Presiden Bashar Al-Assad terhadap
pemberontak di Douma, Ghouta Timur. Serangan senjata kimia pada 7 April
lalu menewaskan sedikitnya 70 orang dan melukai 1.000 lainnya.
Baik
Rusia dan Suriah membantah adanya penggunaan senjata kimia terhadap
warganya sendiri. Damaskus menganggap serangan AS dan sekutunya
merupakan sebuah bentuk agresi.
Dalam pidatonya yang tertuju
kepada Liga Arab, Putin menegaskan bahwa normalisasi di Timur Tengah
tidak mungkin terjadi tanpa menyelesaikan isu Palestina.
"Seluruh
isu terkait status wilayah Palestina, termasuk masalah Yerusalem, harus
diatasi melalui negosiasi langsung Palestina-Israel, dengan dasar hukum
internasional yang diakui, termasuk resolusi relevan yang disahkan
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa dan Majelis Umum PBB dan
Inisiatif Perdamaian Arab yang didorong oleh Liga Arab," kata Presiden
Rusia tersebut.
Ilustrasi korban serangan kimia. (REUTERS/Ammar Abdullah)
Jakarta, CB -- Liga Arab meminta masyarakat internasional menyelidiki "kejahatan" penggunaan senjata kimia di Suriahdan mengecam Iran karena dinilai mengintervensi urusan negara lain.
Arab
Saudi dan Iran telah bersaing mencapai supremasi regional untuk
beberapa dekade dan kini terlibat dalam perang proksi di sejumlah
negara, termasuk Yaman dan Suriah.
"Kami menekankan kecaman
mutlak kami atas penggunaan senjata kimia terhadap warga Suriah dan kami
menuntut penyelidikan independen internasional untuk menjamin penerapan
hukum," bunyi pernyataan yang dikutip Reuters, Senin (16/4).
Liga Arab juga menekankan pentingnya solusi politik untuk perang Suriah yang melibatkan banyak pihak.
Arab Saudi dan para sekutunya menyatakan dukungan atas serangan peluru
kendali yang dilakukan Amerika Serikat, Inggris dan Perancis, Sabtu
lalu. Sementara Irak dan Libanon mengecam serangan yang mengincar
sejumlah fasilitas diduga terkait senjata kimia itu.
Damaskus menampik memiliki senjata kimia dan menyebut serangan tiga negara itu merupakan bentuk agresi.
Bantuan
militer dari Rusia dan Iran, yang juga didukung Hizbullah Libanon dan
kelompok Syiah di Irak, selama tiga tahun terakhir memungkinkan Presiden
Suriah Bashar al-Assad menghancurkan para pemberontak yang mengancam
menggulingkannya.
Komunike Liga Arab yang merupakan produk dari
konferensi tingkat tinggi juga menyerukan sanksi internasional terhadap
Iran dan mendorong negara tersebut menarik "kelompok bersenjata" dari
Suriah dan Yaman.
"KTT mengecam intervensi Iran pada urusan internal negara-negara Arab,
baik dengan memicu perpecahan sektarian atau menanap kelompok bersenjata
di negara-negara Arab seperti Libanon, Irak dan Yaman, dan melindungi
teroris al-Qaidah," kata Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir.
Menampik tudingan itu, Iran menyebut kecaman Liga Arab merupakan hasil dari tekanan Saudi.
"Bayangan
kebijakan destruktif Saudi terbukti pada ... pernyataan final KTT
tersebut," kata juru bicara Kemlu Iran Bahram Qasemi, dalam laporan
media pemerintah yang dikutip Reuters.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al-Saud (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Al Khobar, Arab Saudi (CB) - Raja Arab Saudi Salman bin
Abdulaziz Al Saud mengatakan milisi Houthi di Yaman yang didukung Iran
merupakan ancaman nyata dan tiga dari 119 misil yang telah
ditembakkannya bahkan diarahkan ke Makkah, kota tersuci umat Islam.
"Realitas ini kembali menunjukkan kepada dunia bahaya prilaku Iran di
kawasan, pelanggaran atas prinsip-prinsip hukum internasional dan
pengabaian atas nilai-nilai, etika, dan bertetangga baik," katanya dalam
pidatonya selaku ketua KTT ke-29 Liga Arab yang berlangsung di Dhahran,
Minggu.
Pemimpin Arab Saudi yang menyandang gelar pelayan dua tempat suci umat
Islam dunia ini menyambut baik pernyataan PBB yang mengutuk keras
serangan misil milisi Houthi ke sejumlah kota di Arab Saudi tersebut.
Arab Saudi, lanjutnya, meyakini milisi Houthi yang didukung Iran
bertanggungjawab penuh atas munculnya dan berlanjutnya krisis Yaman dan
penderitaan kemanusiaan di negeri itu.
Karenanya, Arab Saudi meminta PBB bersikap tegas atas prilaku Iran ini.
Dalam bagian lain pidatonya, Raja Salman juga menyinggung tentang krisis
Libya serta ancaman terorisme yang dipandangnya sebagai tantangan
paling serius dunia saat ini.
"Terorisme itu berdampingan dengan ekstremisme dan sektarianisme untuk
memicu konflik dalam negeri di banyak negara Arab," katanya dalam
pidatonya di depan para pemimpin dan delegasi negara-negara anggota Liga
Arab yang hadir.
Terhadap kondisi ini, Arab Saudi kembali mengutuk keras aksi-aksi
terorisme yang dilakukan Iran di kawasan Arab dan menolak campur tangan
Teheran dalam urusan dalam negeri negara-negara Arab, katanya dalam
pidatonya yang disiarkan SPA, kantor berita resmi Arab Saudi.
"Kami mengutuk upaya-upaya permusuhan Iran yang dimaksudkan untuk
menggoyang stabilitas keamanan dan menyebarkan hasutan bermuatan SARA
yang berpotensi mengancam keamanan nasional dan pelanggaran atas
prinsip-prinsip hukum internasional," katanya.
Raja Salman menegaskan komitmen Arab Saudi terhadap kesatuan, kedaulatan, kemerdekaan, keamanan dan keutuhan wilayah Yaman.
"Kami juga mendukung semua upaya yang dimaksudkan untuk mencapai solusi
politik atas krisis Yaman berdasarkan inisiatif Dewan Kerja Sama Teluk
(GCC) dan mekanisme eksekutifnya, hasil Konferensi Dialog Nasional
Menyeluruh Yaman dan Resolusi Dewan Keamanan PBB No.2216," katanya.
Untuk membantu rakyat Yaman, Arab Saudi menyerukan kepada masyarakat
internasional agar berupaya menyiapkan semua sarana yang diperlukan
untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke berbagai wilayah Yaman.
Sementara itu, dalam pidatonya, Raja Jordania Abdullah II bin Al-Hussain
menjelaskan tentang berbagai upaya yang telah dia lakukan selama
setahun dirinya menjadi ketua KTT ke-28 Liga Arab.
Di antara masalah yang mendapat penekanan Raja Abdullah II dalam
pidatonya itu adalah pentingnya penegakan hak-hak bangsa Palestina,
Arab, Muslim, dan Kristen atas Al Quds sebagai pra-syarat penting bagi
terciptanya keamanan di kawasan.
Pemenuhan atas hak-hak tersebut akan membantu membuka jalan bagi
terwujudnya solusi menyeluruh yang menjamin berdirinya negara Palestina
merdeka berdasarkan kondisi 1967 dengan Al Quds (Jerusalem) Timur
sebagai ibu kota Palestina merdeka.
Solusi komprehensif atas masalah Palestina itu juga didasarkan pada solusi dua negara dan Inisiatif Damai Arab, katanya.
Konferensi tingka tinggi yang berlangsung sehari itu antara lain dihadir
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Tunisia B?ji Caid Essebsi,
Presiden Komoros Azali Assoumani, Presiden Irak Mohammed Fuad Masum,
Presiden Yaman Abdrabbuh Mansur Hadi, Presiden Dewan Presiden
Pemerintahan Koalisi Nasional Libya Fayez Mustafa Al-Sarraj, Presiden
Lebanon Michel Aoun, serta pemimpin Jordania, Kuwait, Bahrain, dan
Moroko.
KTT ke-29 Liga Arab yang berlangsung di aula gedung Pusat Budaya Dunia
Raja Abdulaziz, Dhahran, itu diliput oleh 600-an wartawan dari Arab
Saudi dan mancanegara.
Liga Arab yang didirikan di Kairo pada 1945 oleh Mesir, Arab Saudi,
Irak, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Yaman itu kini beranggotakan 22
negara. Lima belas negara anggota lainnya adalah Libya, Sudan, Maroko,
Tunisia, Kuwait, Al Jazair, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Oman,
Mauritania, Somalia, Palestina, Djibaouti, dan Komoro.
Perang di Suriah akan menjadi pembahasan saat Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: AP/John Gambrell
Absennya Emir diperkirakan lantaran konflik yang terjadi antara negara-negara teluk.
CB,
DOHA -- Qatar tidak akan diwakili pejabat senior dalam pertemuan
negara-negara Arab. Pertemuan negara-negara Arab akan dilakukan pada
Ahad (15/4) waktu setempat di Arab Saudi.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani juga dipastikan tidak akan
menghadiri pertemuan tersebut. Absennya Emir Qatar diperkirakan
lantaran konflik yang terjadi antara negara-negara teluk.
Konflik
yang terjadi hampir setahun itu masih jauh dari kata selesai. Arab
Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) Bahrain dan Mesir melakukan blokade jalur
laut, darat dan udara kepada Qatar.
Hal tersebut dilakukan
menyusul dugaan dukungan terhadap kegiatan terorisme yang diakukan Doha.
Meski demikian, pemerintah Qatar membantah tuduhan tersebut. Mereka
mengatakan, boikot yang dilakukan merupakan ancaman terhadap kedaulatan
negara.
Sementara, Qatar hanya akan mengirim representatif
permanen mereka dalam Liga Arab, Saif bin Muqaddam al-Buainain dalam
pertemuan tersebut. Mayoritas 22 negara arab lainnya akan mengirim
pemimpin tertinggi negara dalam pertemuan itu.
Menteri Luar
Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengonfirmasi jika krisis menyangkut
Qatar tidak akan masuk dalam pembahasan pertemuan tersebut. Dia
mengatakan, pembahasan terkait Qatar hanya akan didiskusikan dalam
organisasi kerjasama negara teluk (GCC).
Pertemuan liga
arab diperkirakan akan difokuskan untuk membahas perihal Iran dan
Suriah. Meskipun membahas Suriah, Presiden Bashar al-Assad tidak akan
diikutsertakan dalam pertemuan tersebut. Keanggotakan Suriah dalam
organisasi tersebut ditangguhkan sejak 2011 menyusul keterlibatan
pemerintah terkait peperangan yang terjadi di negara tersebut.
Arab
Saudi meminta persatuan dan keteguhan sikap dari 22 negara arab terkait
isu yang menyangkut Iran. Arab Saudi dan Iran merupakan negara saingan
yang terlibat dalam perang di Suriah, Yaman dan Lebanon.
Pertemuan
diperkirakan juga akan membahas situasi di Yerusalem. Terlebih jika
mengingat Amerika Serikat (AS) yang akan memindahkan kedutaan besar
mereka pada Mei tahun ini.
Negara-negara arab menilai jika
kebijakan yang diambil Presiden AS Donald Trump terkait status Yerusalem
telah merusak diplomasi internasioal yang disepakati dalam beberapa
dekade. Menteri-menteri negara Arab mengecam tindakan yang diambil
Presiden Trump. Mereka berencana memblokir kepindahan kedutaan besar
tersebut.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al-Saud (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Al Khobar, Arab Saudi (CB) - Raja Arab Saudi Salman bin
Abdulaziz Al Saud menegaskan bahwa Palestina senantiasa terpatri dalam
sanubari bangsa Arab dan akan terus menjadi isu terpenting yang bersifat
tetap bagi negara-negara anggota Liga Arab.
Dalam pidatonya selaku ketua KTT ke-29 Liga Arab yang berlangsung di
Dhahran, Minggu sore, pemimpin Arab Saudi yang menyandang gelar pelayan
dua tempat suci umat Islam dunia ini juga kembali mengecam keputusan
Amerika Serikat memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke
Jerusalem.
Bahkan, dalam pidatonya yang disiarkan Al Arabiya dan SPA, kantor berita
resmi Arab Saudi, Raja Salman mengibaratkan KTT Liga Arab yang
berlangsung di aula Pusat Budaya Dunia Raja Abdulaziz, Dhahran, itu
sebagai `KTT Jerusalem`.
Terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaannya, dia
menekankan bahwa Jerusalem Timur harus menjadi ibu kota negara Palestina
merdeka.
Raja Salman pun mengumumkan komitmen bantuan senilai 50 juta dolar untuk
UNRWA, badan kemanusiaan PBB untuk para pengungsi Palestina di Timur
Dekat, serta bantuan senilai 150 juta dolar guna mendukung program
bantuan dana hibah Islam di Jerusalem.
Dalam bagian lain pidatonya, Raja Salman mendorong Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) agar menentang apa yang disebutnya `prilaku
ekspansionis Iran di kawasan yang telah menyebabkan kekacauan`.
Terkait masalah keamanan nasional Arab, dia menyebut hal tersebut
sebagai satu sistem yang utuh dan lengkap. Raja Salman juga menyambut
baik kesepakatan untuk membentuk KTT budaya Arab.
Sebelumnya, Raja Jordania Abdullah II bin Al-Hussain yang tahun lalu
menjadi ketua KTT ke-28 Liga Arab menyampaikan terima kasihnya kepada
Raja Salman atas penyambutan yang hangat dan bersahabat.
Konferensi tingka tinggi yang berlangsung sehari itu antara lain dihadir
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Tunisia B?ji Caid Essebsi,
Presiden Komoros Azali Assoumani, Presiden Irak Mohammed Fuad Masum,
Presiden Yaman Abdrabbuh Mansur Hadi, Presiden Dewan Presiden
Pemerintahan Koalisi Nasional Libya Fayez Mustafa Al-Sarraj, Presiden
Lebanon Michel Aoun, serta pemimpin Jordania, Kuwait, Bahrain, dan
Moroko.
KTT ke-29 Liga Arab yang berlangsung di Dhahran, kota yang merupakan
pusat administrasi industri minyak Arab Saudi dan bagian dari perluasan
wilayah Kota Metropolitan Dammam di Provinsi Timur, Arab Saudi, itu,
diliput oleh 600-an wartawan dari Arab Saudi dan mancanegara.
Liga Arab yang didirikan di Kairo pada 1945 oleh Mesir, Arab Saudi,
Irak, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Yaman itu kini beranggotakan 22
negara. Lima belas negara anggota lainnya adalah Libya, Sudan, Maroko,
Tunisia, Kuwait, Al Jazair, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Oman,
Mauritania, Somalia, Palestina, Djibaouti, dan Komoro.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al-Saud (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Al Khobar, Arab Saudi (CB) - Raja Arab Saudi Salman bin
Abdulaziz Al Saud yang bergelar pelayan dua tempat suci umat Islam
dunia, Minggu sore, menyambut satu per satu pemimpin Arab, termasuk
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, saat memasuki ruang dalam pintu utama
gedung King Abdulaziz Center for World Culture, Dhahran, sebelum
masing-masing pemimpin menuju ruang Konferensi Tingkat Tinggi ke-29 Liga
Arab.
Dengan senyum dan gestur bersahabat, Raja Salman menyambut kedatangan
setiap pemimpin negara-negara anggota Liga Arab yang tiba secara
bergantian dengan sedan berwarna gelap dari sekitar pukul 13.30 hingga
pukul 14.07 waktu Dhahran. Para pemimpin tersebut turun dari mobil
menuju karpet merah yang di sisi kiri dan kanannya berdiri pasukan
kehormatan Arab Saudi hingga memasuki ruang dalam gedung tempat Raja
Salman berdiri menanti kedatangan mereka.
Raja Salman dan para pemimpin yang hadir di konferensi yang digelar di
tengah memanasnya krisis Suriah dan kompleksnya tantangan regional,
termasuk konflik Yaman yang berimplikasi pada keamanan dalam negeri Arab
Saudi itu, berkesempatan berfoto bersama dengan latar belakang bendera
dan simbol bendera Liga Arab. Kemudian, para pemimpin berjalan di atas
karpet merah menuju ruang pertemuan.
Di antara pemimpin Arab yang mengikuti KTT ini adalah Presiden Palestina
Mahmoud Abbas, Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi, Presiden Komoros
Azali Assoumani, Presiden Irak Mohammed Fuad Masum, Presiden Yaman
Abdrabbuh Mansur Hadi, Presiden Dewan Presiden Pemerintahan Koalisi
Nasional Libya Fayez Mustafa Al-Sarraj, Presiden Lebanon Michel Aoun,
serta pemimpin Jordania, Kuwait, Bahrain, dan Moroko.
Adapun agenda KTT ke-29 Liga Arab yang digelar di dalam gedung pusat
budaya seluas 100 ribu meter persegi yang dilengkapi fasilitas seni,
budaya, sains, inovasi, museum, dan perpustakaan yang megah itu antara
lain meliputi isu Palestina serta tantangan regional berupa apa yang
disebut media Arab Saudi sebagai "campur tangan Iran dalam urusan dalam
negeri negara-negara Arab" dan "serangan misil Houthi".
Terkait dengan masalah Palestina, Presiden Mahmoud Abbas menegaskan
keyakinan kuatnya bahwa KTT ke-29 Liga Arab ini akan menghasilkan
dukungan negara-negara Arab pada perjuangan rakyatnya untuk merdeka dan
mendirikan negara merdeka dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kota
Palestina merdeka.
"Jerusalem saat ini membutuhkan dukungan penuh Arab untuk memperkuat
ketabahan dan posisi rakyat Palestina di tanah mereka guna
mempertahankan Jerusalem dan tempat-tempat suci yang ada," kata Presiden
Palestina dalam pernyataannya yang disiarkan SPA, kantor berita resmi
Arab Saudi, di sela kehadirannya di KTT tersebut.
Mahmoud Abbas mengharapkan KTT Liga Arab yang berlangsung sehari di
gedung Pusat Kebudayaan Dunia Raja Abdulaziz, Dhahran, ini memberikan
dukungan tak terbatas kepada rakyat Palestina untuk mewujudkan
perdamaian sebagaimana yang telah ditegaskan Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Dalam pernyataan persnya tersebut, pemimpin kelahiran 13 November 1935
di Safed, Palestina, ini juga menyampaikan dukungan negaranya pada upaya
Arab Saudi memerangi terorisme di mana pun dan dalam bentuk apa pun.
KTT ke-29 Liga Arab yang berlangsung di Dhahran, kota yang merupakan
pusat administrasi industri minyak Arab Saudi dan bagian dari perluasan
wilayah Kota Metropolitan Dammam di Provinsi Timur, Arab Saudi, itu,
diliput oleh 600-an wartawan dari Arab Saudi dan mancanegara.
Liga Arab yang didirikan di Kairo pada 1945 oleh Mesir, Arab Saudi,
Irak, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Yaman itu kini beranggotakan 22
negara. Lima belas negara anggota lainnya adalah Libya, Sudan, Maroko,
Tunisia, Kuwait, Al Jazair, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Oman,
Mauritania, Somalia, Palestina, Djibaouti, dan Komoro.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas (ANTARA FOTO/HO/Nico Adam)
Al Khobar, Arab Saudi (CB) - Presiden Palestina Mahmoud
Abbas menegaskan keyakinan kuatnya bahwa KTT ke-29 Liga Arab yang
berlangsung di Dhahran, Arab Saudi, Minggu, akan menghasilkan dukungan
negara-negara Arab pada perjuangan rakyatnya untuk merdeka dan
mendirikan negara merdeka dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kota
Palestina merdeka.
"Jerusalem saat ini membutuhkan dukungan penuh Arab untuk memperkuat
ketabahan dan posisi rakyat Palestina di tanah mereka guna
mempertahankan Jerusalem dan tempat-tempat suci yang ada," katanya dalam
pernyataannya yang disiarkan SPA, kantor berita resmi Arab Saudi, di
sela kehadirannya di KTT ke-29 Liga Arab.
Mahmoud Abbas mengatakan KTT Liga Arab yang berlangsung sehari di gedung
Pusat Kebudayaan Dunia Raja Abdulaziz, Dhahran, ini diharapkan
memberikan dukungan tak terbatas kepada rakyat Palestina untuk
mewujudkan perdamaian sebagaimana yang telah ditegaskan Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dalam pernyataan persnya tersebut, pemimpin kelahiran 13 November 1935
di Safed, Palestina, ini juga menyampaikan dukungan negaranya pada upaya
Arab Saudi memerangi terorisme di mana pun dan dalam bentuk apa pun.
Konferensi Tingkat Tinggi ke-29 Liga Arab yang berlangsung di King
Abdulaziz International Cultural Center, Dhahran, Dammam, Arab Saudi,
Minggu, kembali memasukkan isu Palestina sebagai salah satu agenda
pentingnya.
Isu Palestina telah berulang kali dibahas para pemimpin negara-negara
anggota organisasi yang telah berdiri sejak dibentuk di Kairo, Mesir,
tahun 1945 ini di banyak KTT dan forum lain.
Perlehatan tertinggi dalam proses pengambilan keputusan Liga Arab yang
kini beranggotakan 22 negara, termasuk Palestina, itu sendiri sudah
digelar 29 kali, namun Palestina tak kunjung merdeka dan lepas dari
penjajahan Israel.
Alih-alih segera mendapatkan kemerdekaan dan haknya atas tanah yang
dirampas Israel yang mendapat dukungan Amerika dan sekutunya, seperti
Inggris, lingkar kekerasan tentara Israel atas rakyat Palestina tak
kunjung berhenti.
Bahkan, saat para pemimpin Liga Arab bertemu di KTT Dammam, Arab Saudi,
ini, kekerasan tentara Israel atas rakyat Palestina yang menuntut
keadilan, termasuk mereka yang menggelar aksi "Great March of Return"
sejak 30 Maret 2018, terus terjadi.
Sejak aksi yang menyerukan rakyat Palestina agar kembali ke rumah-rumah
mereka yang kini berada di wilayah Israel itu digelar, setidaknya sudah
19 warga Palestina tewas dan hampir 1.500 orang lainnya terluka akibat
kekerasan tentara Israel (Arab News, 2018).
Eskalasi dan lingkar kekerasan tentara Israel terhadap banyak warga
Palestina tak bersenjata yang menuntut keadilan tersebut dalam berbagai
protes mereka itu tak kunjung berhasil dihentikan oleh PBB dan para
pemimpin Dunia Islam, termasuk mereka yang pada Minggu ini bertemu di
Liga Arab.
KTT ke-29 Liga Arab yang berlangsung di Dhahran, kota yang merupakan
pusat administrasi industri minyak Arab Saudi dan bagian dari perluasan
wilayah Kota Metropolitan Dammam di Provinsi Timur, Arab Saudi, itu,
diliput oleh 600-an orang wartawan dari Arab Saudi dan mancanegara.
Kecuali pemimpin Suriah dan Qatar, para kepala negara dan pemerintahan
dari negara-negara anggota Liga Arab yang lain dilaporkan media setempat
hadir di konferensi yang berlangsung di tengah memanasnya krisis Suriah
dan kompleksnya tantangan regional, termasuk konflik Yaman yang
berimplikasi pada keamanan dalam negeri Arab Saudi itu.
Selain Presiden Mahmoud Abbas, di antara pemimpin Arab yang telah hadir
adalah Presiden Tunisia B?ji Caid Essebsi, Presiden Komoros Azali
Assoumani, Presiden Irak Mohammed Fuad Masum, Presiden Yaman Abdrabbuh
Mansur Hadi, Presiden Dewan Presiden Pemerintahan Koalisi Nasional Libya
Fayez Mustafa Al-Sarraj, serta Presiden Lebanon Michel Aoun.
Ada pun para pemimpin Jordania, Kuwait, Bahrain, dan Moroko, menurut
laporan SPA dan media setempat, dijadwalkan tiba pada Minggu menjelang
pembukaan KTT yang dipimpin langsung Raja Salman itu dilaksanakan.
Liga Arab yang didirikan di Kairo pada 1945 oleh Mesir, Arab Saudi,
Irak, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Yaman itu kini beranggotakan 22
negara. Lima belas negara anggota lainnya adalah Libya, Sudan, Maroko,
Tunisia, Kuwait, Al Jazair, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Oman,
Mauritania, Somalia, Palestina, Djibaouti, dan Komoro.
Seorang pengunjuk rasa perempuan
Palestina dievakuasi setelah menghirup gas air mata yang ditembakkan
oleh pasukan Israel saat bentrok protes terhadap keputusan Presiden
Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota
Israel, di kota Bethlehem Tepi Barat, Rabu (20/12/2017). (REUTERS/Mussa
Qawasma)
Riyadh (CB) - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir
pada hari Kamis mengatakan bahwa masalah Palestina merupakan prioritas
utama pada KTT Liga Arab ke-29 yang akan berlangsung hari Minggu.
Memimpin pertemuan para menteri luar negeri Arab, yang menjadi persiapan
menuju KTT, Al-Jubeir menyayangkan pengumuman Washington yang menerima
pemindahan ibu kota Israel ke Yerusalem, seperti yang dilaporkan Badan
Pers Saudi (SPA), mengutip Saudi Gazette.
Al-Jubeir juga menekankan bahwa terorisme harus ditangani dengan tegas
dan sumber pendanaannya harus dikeringkan. Ia menekankan bahwa tidak
akan ada stabilitas di kawasan selama Iran melanjutkan intervensi di
kawasan itu dengan menghasut perselisihan sektarian dan mendukung milisi
Houthi, selain menampung para pemimpin Al-Qaeda.
"Iran dan terorisme adalah dua sisi mata uang yang sama di kawasan itu,"
katanya, sambil menekankan bahwa milisi Houthi bertanggung jawab penuh
atas krisis di Yaman.
Merujuk pada pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed
Aboul Gheit mengatakan bahwa krisis serius di kawasan itu memfasilitasi
campur tangan asing.
Ia mencatat bahwa kemenangan atas ISIS harus dikonsolidasikan dengan
menyerukan rekonstruksi daerah yang terkena dampak. Gheit juga mengutuk
campur tangan Iran di Bahrain dan negara-negara Arab lainnya.
"Ada konsensus Arab tentang kesatuan wilayah Suriah," katanya, sambil
menunjukan bahwa solusi politik adalah cara terbaik untuk menyelesaikan
krisis dan juga menekankan perlunya mempertahankan proses Jenewa guna
mencapai solusi politik terhadap krisis.
Militer Arab Saudi siap melawan pemberontak Houthi.
Foto: Muslimmirror.
Parade digelar usai latihan militer bersama pertama bertajuk Perisai Teluk.
CB,
DAMMAM, ARAB SAUDI -- Angkatan Bersenjata Arab Saudi, Turki, Mesir,
Pakistan, Afghanistan, dan sejumlah negara yang telah menyelesaikan
latihan militer bersama pertama "Perisai Teluk" menggelar parade militer
di luar Kota Dammam, Sabtu (14/4).
Parade militer yang melibatkan kontingen pasukan peserta "Gulf Shield
Joint Exercise I" yang resmi ditutup pada 7 April itu, digelar sehari
menjelang penyelenggaraan KTT ke-29 Liga Arab, di gedung King Abdulaziz
International Cultural Center, Dhahran, Dammam.
Sebelum
parade militer yang diisi dengan defile pasukan dan unjuk alat utama
sistem persenjataan (alutsista) matra darat dan udara yang dilibatkan
dalam program latihan militer yang diikuti 24 negara itu, dilakukan
atraksi dan simulasi serangan militer.
Berulang kali
terdengar dentuman yang memecah keheningan padang pasir tempat
berlangsung simulasi serangan militer yang melibatkan matra darat, laut,
dan udara di daerah Madain Samat berjarak sekitar satu setengah jam
berkendara dari Dammam itu.
Asap hitam membubung ke angkasa
padang pasir yang berada di tepian pantai laut biru tatkala serangan
dilakukan pasukan infanteri dari tepian pantai dan kendaraan-kendaraan
tempur taktis.
Simulasi serangan militer yang menjadi
bagian dari rangkaian acara parade militer Angkatan Bersenjata Arab
Saudi dan belasan negara peserta latihan militer "Perisai Teluk" pertama
tersebut, menyita perhatian puluhan jurnalis mancanegara.
Gemuruh
suara dua jet tempur yang terbang cepat diikuti dengan manuver tiga
unit helikopter serbu "Apache" dan dua unit helikopter angkut pasukan
mewarnai simulasi serangan terhadap sejumlah bangunan buatan di lokasi
acara.
Puluhan jurnalis Arab Saudi dan mancanegara
mengabadikan rangkaian acara parade militer yang diawali dengan atraksi
kecakapan militer dalam simulasi serangan darat, laut, dan udara
tersebut dengan kamera untuk mendukung peliputan media mereka.
Seusai
digelar parade yang turut dimeriahkan dengan atraksi udara jet tempur
dan terjun payung prajurit negara peserta, Juru Bicara Angkatan
Bersenjata Arab Saudi Brigadir Abdullah Hussein Al Sobaei menggelar
konferensi pers.
Al Sobaei mengatakan latihan yang diikuti
kontingen pasukan dari 24 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan
Malaysia dari 27 Maret hingga 7 April 2018 itu dimaksudkan untuk
meningkatkan profesionalitas dan kesiapan tempur matra darat, laut, dan
udara.
Dia mengatakan pelajaran dari pengalaman latihan
bersama ini tidak hanya terkait dengan kesiapan tempur pasukan
multinasional dalam merespons ancaman dan tantangan regional, seperti
terorisme, tetapi juga mewujudkan standardisasi keyakinan militer.
Latihan
militer bersama pertama "Perisai Teluk" yang dilangsungkan di kawasan
sektor komando timur Arab Saudi itu meliputi apa yang disebut latihan
simulasi (CPX) dan lapangan (FTX), katanya pula.
Melalui
latihan bersama ini, kata Al Sobaei, operasi bersama pasukan koalisi
untuk menjawab berbagai ancaman dan tantangan keamanan di kawasan
diharapkan dapat dilakukan secara terpadu dan terintegrasi.
"Semua upaya ini akan tercermin dalam peningkatan keamanan untuk negara-negara di kawasan Teluk," katanya.
CB, Jakarta - Hamas mendesak Liga Arab menggugat Israel ke
Mahkamah Kejahatan Internasional atas pembunuhan sejumlah demonstran
Palestina tak bersenjata di dekat perbatasan Jalur Gaza, Jumat pekan
lalu.
Desakan itu disampaikan pada Senin, 1 April 2018, melalui
percakapan telepon antara pemimpin politik Hamas, Ismail Haniya, dan
Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Abul-Gheit.
Petugas
medis wanita Palestina Razan Al-Najar memberikan pengobatan kepada para
pendemo saat terjadinya bentrokan di perbatasan Israel-Gaza, di Jalur
Gaza selatan 1 April 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
"Liga Arab telah menggelar pertemuan darurat pada Selasa, 3 April
2018, guna membahas serangan mematikan Israel terhadap warga Palestina
di Jalur Gaza," kata salah seorang pejabat Liga Arab kepada Al Jazeera.
Duta
Besar Palestina Diab al-Louh mengatakan negaranya mengajukan memorandum
kepada Liga Arab untuk mengadakan pertemuan di tingkat perwakilan
tetap. Sebab, pasukan Israel telah membunuhi pengunjuk rasa damai pada
peringatan Hari Tanah, Jumat lalu.
Sejumlah
petugas medis Palestina dari Razan Al-Najar memberikan pertolongan pada
seorang korban yang terluka akibat bentrokan dengan tentara Israel di
perbatasan Israel-Gaza, 1 April 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Sementara
itu, Saeed Abu Ali, asisten Sekretaris Jenderal untuk Bangsa Palestina
dan Daerah Pendudukan Arab, menuturkan Arab Saudi hadir pada pertemuan
tersebut.
Liga Arab juga meminta komunitas internasional bertanggung jawab menghentikan kekerasan Israel
dan membentuk komisi penyelidikan atas serangan yang menewaskan 17
orang dan melukai lebih dari 1.500 warga Palestina. "Israel melakukan
kejahatan terhadap peserta unjuk rasa damai," kata Abull-Gheit.
Arab Saudi akan memimpin pertemuan tingkat perwakilan Liga Arab.
CB,
KAIRO -- Liga Arab akan mengadakan pertemuan darurat pada Selasa (3/4)
untuk membahas serangan mematikan Israel terhadap warga Palestina di
Jalur Gaza.
Dilansir Anadolu, Senin (2/4),
Asisten Sekretaris Jenderal Palestina dan Wilayah Arab Liga Arab, Saeed
Abu Ali, mengatakan Arab Saudi akan memimpin pertemuan tingkat
perwakilan yang akan diadakan atas permintaan Otoritas Palestina. Duta
besar negara Palestina untuk Kairo Diab al-Louh mengatakan negaranya
mengajukan memorandum ke Liga Arab untuk mengadakan pertemuan di tingkat
perwakilan permanen untuk menyikapi serangan Israel terhadap demonstran
Palestina.
Liga Arab juga menuntut masyarakat internasional memenuhi
tanggung jawabnya untuk menghentikan pelanggaran Israel dan membentuk
komisi penyelidikan. Serangan pada Jumat lalu (31/3) melukai hampir
1.500 orang Palestina.
Puluhan ribu demonstran berkumpul
pada Jumat (31/3) di perbatasan timur Gaza dengan Israel. Mereka
menuntut hak untuk kembali ke kampung halamannya di Palestina. Untuk
mengantisipasi demonstrasi massa, Israel mengerahkan ribuan pasukan di
sepanjang perbatasan.
Aksi tersebut dijuluki "Great March of Return". Protes juga dimaksudkan untuk menekan Israel agar menghentikan blokade Gaza yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.
Liga Arab dibentuk untuk menengahi perselisihan negara anggota.
CB,
RIYADH -- Perwakilan dari Mesir, Suriah, Lebanon, Transyordania
(sekarang Yordania), Arab Saudi, Irak, dan Yaman mengadakan pertemuan di
Kairo pada 22 Maret 1945 untuk mendirikan Liga Arab. Liga Arab adalah
sebuah organisasi regional khusus negara-negara Arab, yang juga dikenal
dengan nama al-Jamia ad-Duwal al-Arabiyah dan al-Jamia al-Arabiyah.
Dilansir dari Britannica, tujuan dibentuknya Liga Arab
adalah untuk memperkuat dan mengkoordinasikan program politik, budaya,
ekonomi, dan sosial para negara anggotanya. Organisasi tersebut juga
dibuat untuk menengahi perselisihan di antara mereka atau antara mereka
dan pihak ketiga.
Ketika negara Israel diciptakan pada
1948, negara-negara Liga Arab bersama-sama menyerang, tetapi kemudian
dipukul mundur oleh Israel. Dua tahun kemudian, pada 13 April 1950, Liga
Arab melakukan penandatanganan perjanjian tentang pertahanan bersama
dan kerja sama ekonomi.
Liga tersebut juga melakukan
penandatangan koordinasi langkah-langkah pertahanan militer. Lebih dari
15 negara Arab lainnya akhirnya bergabung dengan organisasi tersebut,
yang membentuk pasar bersama pada 1965.
Negara-negara Arab
yang menyusul menjadi anggota Liga Arab adalah Libya (1953); Sudan
(1956); Tunisia dan Maroko (1958); Kuwait (1961); Aljazair (1962);
Bahrain, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA) (1971); Mauritania
(1973); Somalia (1974); Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) (1976);
Djibouti (1977); dan Komoro (1993). Ketika Yaman masih terbagi dua
rezim, dari 1967 hingga 1990 kedua rezim negara tersebut secara terpisah
memiliki wakil di Liga Arab.
Negara-negara anggota
kemudian membentuk Dewan Liga. Setiap anggota memiliki satu hak suara
dalam dewan tersebut, sehingga keputusan dewan hanya mengikat pada
negara-negara yang telah memilih.
Pada tahun-tahun awal,
Liga Arab fokus pada program ekonomi, budaya, dan sosial. Pada 1959,
liga ini mengadakan kongres minyak bumi Arab pertama dan pada 1964
mendirikan Arab League Educational, Cultural, and Scientific
Organization (ALECSO).
Pada 1964, Liga Arab meningkatkan
status PLO dari pengamat ke perwakilan Palestina, meski sempat ada
keberatan dari Yordania. Palestina kemudian mendapatkan keanggotaan
penuh Liga Arab pada 1976.
Di bawah kepemimpinan sekretaris
jenderal ketiga Mahmoud Riad (1972-1979), aktivitas politik di
organisasi itu meningkat. Liga Arab kemudian dilemahkan oleh
perselisihan internal terhadap isu-isu politik, terutama yang menyangkut
Israel dan Palestina.
Setelah Mesir menandatangani
perjanjian damai dengan Israel pada 26 Maret 1979, anggota lain dari
Liga Arab memilih untuk menangguhkan keanggotaan Mesir. Mereka
memindahkan markas Liga Arab dari Kairo ke Tunis. Mesir kembali menjadi
anggota Liga Arab pada 1989 dan markas liga kembali ke Kairo pada 1990.
Invasi
Irak ke Kuwait pada 1990 telah menyebabkan keretakan yang mendalam di
dalam liga. Apalagi ada keterlibatan negara-negara Barat, terutama
Amerika Serikat (AS), atas permintaan Arab Saudi untuk menyingkirkan
Kuwait di Irak.
Liga Arab dipaksa beradaptasi dengan
perubahan mendadak di dunia Arab ketika protes massal yang dikenal
dengan Arab Spring pecah di beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika
Utara pada akhir 2010 dan awal 2011. Pada Maret 2011, Liga Arab
memberikan suara untuk mendukung zona larangan terbang di atas Libya.
Hal itu dilakukan guna melindungi pemberontak dari serangan udara
pasukan loyalis rezim pemimpin Libya Muammar al-Qaddafi.
Zona
larangan terbang berevolusi menjadi intervensi militer internasional
yang lebih luas. Operasi militer berkontribusi pada penggulingan Qaddafi
pada Agustus.
Pada awal November, Liga Arab mengumumkan
mereka telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah Suriah untuk
mengakhiri perang saudara yang telah terjadi di negara itu selama 10
bulan. Namun kurang dari dua minggu kemudian, di tengah laporan bahwa
pasukan Suriah terus melakukan serangan, Liga Arab memilih untuk
menangguhkan keanggotaan Suriah.
Liga Arab menggalang dukungan internasional
untuk mengakui Palestina sebagai negara dengan Yerusalem Timur sebagai
ibu kotanya. (AFP PHOTO/MOHAMED EL-SHAHED)
Jakarta, CB -- Liga Arab menggalang
dukungan internasional untuk mengakui negara Palestina dengan Yerusalem
Timur sebagai Ibu Kota, setelah Washington mengakui kota suci tiga agama
itu sebagai Ibu Kota Israel.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman
Safadi mengumumkan hal tersebut dalam konferensi pers bersama Ketua Liga
Arab Abul Gheit setelah pertemuan soal status Yerusalem di Ibu Kota
Yordania, Amman, Sabtu (6/1).
"Ada keputusan politik untuk
mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan kami akan berjuang
mencapai keputusan politik internasional untuk mengakui negara Palestina
dengan Yerusalem (Timur) sebagai ibu kotanya," kata Safadi dalam
pertemuan yang dihadiri Menteri Luar Negeri Mesir, Arab Saudi, Maroko
dan Otoritas Palestina, juga para menteri Uni Emirat Arab.
Ketua Liga Arab, Abu Gheit mengatakan pertemuan para menteri luar negeri Arab yang lebih luas akan digelar akhir bulan ini.
Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang
kontroversial pada 6 Desember lalu untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu
Kota Israel menuai protes dari Arab dan dunia muslim. Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga menolak keputusan yang tidak
mengikat itu dalam sebuah resolusi yang didukung 128 negara.
Status Yerusalem merupakan salah satu isu yang paling diperdebatkan dalam konflik Israel-Palestina.
Israel
menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat pada 1967, lalu menganeksasi
Yerusalem Timur. Langkah itu tidak pernah diakui dunia internasional.
Israel
secara sepihak mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibu kota. Sedangkan
Palestina mendambakan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya saat merdeka.
Safadi menyatakan negara-negara Arab memiliki tujuan, termasuk membatalkan keputusan Trump.
"Menurut hukum internasional, Yerusalem adalah tanah jajahan," kata dia.
Sebelumnya,
Raja Yordania, Raja Abdullah II bertemu dengan para diplomat Arab. Raja
Abdullah II menyatakan bahwa status Yerusalem harus diselesaikan sesuai
kerangka kesepakatan perdamaian yang adil dan abadi antara Israel dan
Palestina.
Yordania menandatangani kesepakatan perdamaian dengan Israel pada 1994, dan menjadi penjaga tempat suci muslim di Yerusalem.
Aksi
protes anti-Israel dan anti-Amerika Serikat gencar digelar di Yordania
pasca keputusan Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Yordania menyatakan Presiden AS itu telah melanggar hukum internasional.
CB, KAIRO -- Liga Arab mengatakan, pengakuan
Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel
berisiko menimbulkan kekerasan dan kekacauan di Timur Tengah. Langkah
tersebut mengakhiri kenetralan AS dalam menghadapi salah satu isu paling
sensitif di kawasan ini.
Para menteri luar negeri (menlu) Liga
Arab mengatakan, AS tidak dapat lagi diandalkan sebagai perantara
perdamaian Timur Tengah. Pernyataan yang diungkapkan oleh 22 negara,
termasuk sekutu dekat AS, itu diumumkan setelah kekerasan dan
demonstrasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza memasuki hari ketiga.
Para
menlu juga menyepakati resolusi pada pukul 03.00 waktu setempat,
setelah berjam-jam melakukan pembicaraan di Kairo. Resolusi ini didukung
oleh sejumlah sekutu AS, termasuk Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi,
dan Yordania, yang telah menyuarakan keprihatinan mereka.
Dilansir di BBC, resolusi tersebut berbunyi:
1.
AS telah menarik dirinya sebagai pendukung dan mediator dari setiap
proses perdamaian Israel-Palestina, melalui keputusannya itu.
2.
Langkah Trump memperparah ketegangan, memicu kemarahan, dan mengancam
wilayah untuk mendapatkan lebih banyak kekerasan dan kekacauan.
3. Sebuah permintaan akan diajukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk langkah tersebut.
Israel
selalu menganggap Yerusalem sebagai ibu kota mereka. Sementara
Palestina juga mengklaim Yerusalem Timur, yang diduduki oleh Israel
dalam perang 1967, sebagai ibu kota negara Palestina yang merdeka di
masa depan.
Bagi Trump, keputusannya tersebut adalah bentuk
pemenuhan janji kampanyenya. Dia mengatakan keputusan itu tidak lebih
dari hanya sekedar pengakuan akan kenyataan. Namun dia terus menghadapi
kritik keras atas keputusan tersebut.
Pada pertemuan darurat
Dewan Keamanan PBB pada Jumat (8/12), AS terisolasi setelah 14 anggota
lainnya mengecam pernyataan Trump. Namun Duta Besar AS Nikki Haley
menuduh PBB tidak memihak Israel dan mengatakan AS masih berkomitmen
untuk menemukan kedamaian.
Pada Sabtu (9/12), Perdana Menteri
Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia telah mendengar banyak kecaman
atas pengumuman bersejarah yang dilakukan Presiden Trump. Namun dia
tidak mendengar adanya kecaman atas roket yang menembaki Israel.
Tiga
roket ditembakkan ke arah Israel dari Gaza pada Jumat (8/12), yang
menyebabkan Israel melakukan serangan udara balasan ke wilayah itu.
Serangan Israel dilaporkan menargetkan fasilitas militer milik kelompok
Hamas dan menewaskan dua anggotanya.
Di Israel utara, sebuah bus
yang membawa penumpang Israel dilempari batu-batu saat melewati
kerumunan masyarakat Arab dan tiga orang Israel dilaporkan terluka.
Ribuan warga Palestina telah melakukan demonstrasi pada Jumat (8/12),
bersama dengan demonstrasi solidaritas yang digelar di dunia Arab dan di
negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya.
Liga Arab Serukan Akui Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina
Yerusalem Timur
CB, KAIRO -- Negara
anggota Liga Arab menggelar pertemuan di Kairo, Mesir, Sabtu (9/12).
Pertemuan ini diselenggarakan untuk membahas keputusan Presiden Amerika
Serikat (AS) Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kotaIsrael.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed
Aboul-Gheit mengatakan keputusan Trump tersebut jelas melanggar dan
melawan hukum internasional. Disisi lain, pengakuan Trump terkait
Yerusalem juga menimbulkan pertanyaan tentang keseriusan Washington
dalam mendukung upaya perdamaian antara Palestina dan Israel.
Oleh sebab itu, Aboul-Gheit meminta agar
seluruh negara menolak keputusan Trump. "Kami menyerukan kepada semua
negara yang mendukung perdamaian untuk menolak keputusan presiden AS.
Kami menganggap keputusan itutidak adil dan tidak dapat dibenarkan,"
katanya seperti dilaporkan laman Aljazirah.
Sebagai bentuk penentangan, ia pun menyerukan
agar semua pihak mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
"Kami menyerukan kepada semua orang untuk mengakui Palestina sebagai
sebuah negara dan YerusalemTimur sebagai ibu kotanya," ujar Aboul-Gheit.
Pada Rabu (6/12) Trump secara resmi
mengumumkan bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. AS
menjadi negara pertama di duniayang mengakui kota suci umat Islam,
Yahudi, dan Kristen itu sebagai ibu kotaIsrael.
Pengumuman Trump ini segera dikecam oleh
berbagai negara.Hal ini karena keputusan Trump dinilai telah melanggar
kesepakatan dan resolusiinternasional terkait Yerusalem.
Jakarta, CB -- Liga Arab mengecam
kematian mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, mengatakan
kematiannya bisa memicu "ledakan" yang mengguncang situasi keamanan di
negara Teluk itu.
Pernyataan itu dilaporkan kantor berita pemerintah Mesir, MENA, sebagaimana dikutip Reuters
pada Selasa (5/12). Sekretariat Jenderal Liga Arab, dalam laporan yang
sama, juga mengecam gerakan Houthi sebagai "organisasi teroris" dan
meminta masyarakat internasional menyamakan pandangan.
"Semua
cara mesti digunakan untuk menyelamatkan warga Yaman dari mimpi buruk
ini," ujarnya, merujuk kepada para pemberontak Houthi.
Sementara itu, AFP melaporkan ketua Liga Arab Abul Gheit menyebut pembunuhan Saleh menggambarkan "sifat dasar jahat" para pemberontak Houthi.
"Pembunuhan
(Saleh) dan cara mereka melakukannya menunjukkan kepada semua orang
sifat dasar jahat tanpa rasa kemanusiaan dari kelompok bersenjata
tersebut, yang jadi alasan utama kehancuran di negara tersebut," kata
Gheit dalam pernyataannya.
Kelompok pemberontak Houthi langsung
bergerak dengan cepat untuk mengonsolidasi kendali di Sanaa setelah
bentrokan mematikan berlangsung selama sepekan dengan para loyalis
Saleh.
Saleh, yang sempat menguasai Yaman selama tiga dekade, bergabung dengan
Houthi pada 2014 dan merebut sebagian besar wilayah negara itu, termasuk
ibu kota.
Namun, aliansi itu hancur dalam sepekan terakhir,
berujung pada kematian puluhan orang. Peristiwa ini dipicu oleh
pembelotan Saleh ke koalisi pimpinan Arab Saudi yang telah membombardir
kelompok Houthi sejak 2015 lalu.
Seorang tentara berdiri di lokasi serangan udara di Sanaa, Yaman, Sabtu (11/11/2017). (REUTERS/Khaled Abdullah)
Sanaa (CB) - Pesawat-pesawat tempur koalisi pimpinan Arab
Saudi menyerang ibu kota Yaman yang dikuasai pemberontak sebelum fajar
Selasa menurut warga, setelah pemberontak menewaskan mantan presiden Ali
Abdullah Saleh saat dia hendak melarikan diri dari kota itu menyusul
runtuhnya koalisi mereka.
Pemberontak Houthi bergerak cepat untuk
mengonsolidasikan kendali mereka atas Sanaa setelah bentrokan mematikan
selama hampir sepekan dengan loyalis Saleh.
Presiden Abedrabbo Mansour Hadi yang diasingkan menyeru rakyat Yaman bersatu melawan pemberontak yang didukung Iran.
Sedikitnya
tujuh serangan menghantam istana kepresidenan di kawasan perumahan
padat penduduk di jantung kota Sanaa menurut para saksi mata. Belum ada
kabar mengenai korban jiwa akibat serangan itu.
Jalan-jalan dikosongkan sebelum gelap pada Senin, saat pesawat koalisi menukik rendah di atas kota itu.
Terjadi
beberapa bentrokan kecil antara pemberontak Houthi dan pendukung Saleh
di distrik selatan yang setia kepada mantan presiden tersebut.
Tapi tidak ada pengulangan pertempuran yang mengguncang Ibu Kota lima malam sebelumnya, kata warga.
Saleh,
yang memerintah Yaman selama tiga dekade, bersekutu dengan pemberontak
Houthi pada 2014 ketika mereka menguasai sebagian besar negara itu,
termasuk ibu kota.
Namun, aliansi tersebut runtuh pekan lalu,
dengan puluhan orang dilaporkan tewas dalam sejumlah bentrokan saat
mantan presiden itu menjangkau koalisi pimpinan Saudi yang memerangi
pemberontak Houthi sejak September 2015.
Houthi mengumumkan
kematian Saleh dalam saluran televisi Al-Masirah, mendeklarasikan "akhir
krisis milisi" -- merujuk pada pendukung bersenjatanya yang sering
ditawari amnesti oleh pemerintah.
Perang Yaman sudah menewaskan
ribuan orang sejak meletus tahun 2015, memicu krisis kemanusiaan
terburuk di dunia dan meningkatkan ketegangan antara Arab Saudi dan
Iran, demikian menurut siaran kantor berita AFP.
Putra Mantan Presiden Yaman yang Tewas Serukan Balas Dendam
Ali Abdullah Saleh
CB, ADEN -- Putra mantan presiden Yaman Ali
Abdullah Saleh yang tewas oleh kelompok bersenjata Houthi menyerukan
balas dendam terhadap sekutu Iran (Houthi) itu, demikian siaran televisi
al-Ekbariya milik Saudi.
Hingga saat ini pernyataan
tersebut tidak dapat segera diverifikasi keasliannya. "Saya akan
memimpin pertempuran sampai Houthi terakhir keluar dari Yaman, darah
ayah saya akan menjadi neraka di telinga Iran," ujar Ahmed Ali Saleh,
Selasa (5/12).
Dia meminta pendukung ayahnya mengambil kembali Yaman dari milisi Houthi. Saleh
tewas dalam serangan pada Senin setelah beralih pihak, meninggalkan
sekutu Houthi untuk mendukung sebuah aliansi yang dipimpin oleh Saudi.
Kematian
Saleh memperdalam kompleksitas perang yang melibatkan berbagai pihak.
Mayoritas bergantung pada kesetiaan masa depan loyalisnya.
Koalisi
pimpinan Saudi mengandalkan Saleh untuk memberi mereka keunggulan dalam
konflik tersebut. Saleh memiliki banyak pengikut di Yaman, termasuk
perwira militer dan pemimpin suku bersenjata yang pernah bertugas di
bawahnya, dan pendukungnya mungkin masih memberi dampak pada perang
tersebut.
Ahmed Ali telah tinggal di bawah tahanan rumah di Uni
Emirat Arab, tempat dia pernah menjabat sebagai duta besar sebelum
bergabung dengan sekutu Arab Saudi untuk berperang melawan Houthi, yang
sampai minggu ini telah memerintah sebagian besar Yaman bersama Saleh.
Beberapa
sumber politik mengatakan dia telah ditahan tanpa komunikasi dengan
siapa pun dan dijaga di sebuah vila di ibu kota Uni Emirat Arab, Abu
Dhabi. Pernyataan publik pertamanya yang dilaporkan kemungkinan
menunjukkan mantan tentaranya dalam koalisi melepaskannya dari Houthi.
Uni
Emirat Arab adalah anggota kunci dari aliansi Teluk Arab yang sebagian
besar melihat Houthi sebagai perwakilan dari musuh bebuyutan mereka,
Iran, namun telah berjuang mencapai keuntungan melawan aliansi
Houthi-Saleh meskipun ada ribuan serangan udara yang didukung oleh
persenjataan dan intelijen Amerika Serikat dan negara-negara Barat.
Ahmed
Ali, mantan komandan militer terkuat Garda Republik elit Yaman,
tampaknya telah dipersiapkan untuk menggantikan ayahnya, dan dia mungkin
merupakan kesempatan terakhir keluarga tersebut untuk mendapatkan
pengaruhnya kembali.
Keberadaan kerabat kunci Saleh lainnya, yang
telah memimpin pertempuran jalanan enam hari melawan Houthi di ibu kota
Sanaa sebelum kekalahan mereka pada Senin, hingga kini tidak diketahui.
Warga
melaporkan pertempuran telah mereda, namun gerilyawan yang dipimpin
oleh Arab Saudi menyerang beberapa sasaran, termasuk istana kepresidenan
di mana sebuah badan pemerintahan yang dipimpin oleh politisi
Houthi-Saleh rutin berkumpul.
Pemimpin Houthi, Abdul Malik
al-Houthi, memuji kematian Saleh dalam sebuah pidato pada Senin sebagai
kemenangan melawan konspirasi pengkhianatan oleh musuh-musuh Yaman di
Saudi dan menyerukan sebuah demonstrasi massal pada Selasa di sebuah
pawai di dekat lokasi serangan udara.
Dia juga memberikan
bantuannya ke partai politik Saleh dan mengatakan bahwa gerakannya tidak
berseteru dengannya, menggarisbawahi pengaruh yang dimiliki sekutunya
di Yaman.
Di kota selatan Aden, warga memadati acara kembang api
dan menyatakan kegembiraannya. Saleh hampir secara universal dibenci di
seluruh Yaman selatan setelah dia melancarkan perang untuk menyatukan
negara tersebut pada 1994, melontarkan misil balistik ke kota tersebut.
Tapi
peninggalan kepemimpinannya bercampur aduk. Dia masih dicintai di
sebagian besar wilayah utara dan banyak pendukungnya akan menaruh dendam
terhadap pembunuhnya.
Eks Presiden Yaman Tewas, AS Minta Semua Pihak Berunding
AS Meminta semua pihak di Yaman mulai kembali
berunding, menyusul tewasnya eks Presiden Ali Abdullah Saleh.
(REUTERS/Khaled Abdullah/File Photo)
Jakarta, CB -- Seorang pejabat
pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat meminta
semua pihak berkonflik di Yaman mulai kembali mendorong perundingan
politik untuk mengakhiri perang bersaudara, menyusul tewasnya mantan
Presiden Ali Abdullah Saleh dalam serangan tepi jalan.
Pejabat AS yang enggan disebutkan namanya itu kepada Reuters,
Selasa (5/12), mengatakan klaim pemberontak Houthi soal peluncuran
peluru kendali ke Abu Dhabi menunjukkan "betapa perang ini mengganggu
stabilitas kawasan dan bagaimana rezim Iran mengeksploitasi perang untuk
ambisi politiknya sendiri.
Sementara itu, sejumlah analis
mengatakan kematian Saleh bakal jadi dorongan moral untuk pemberontak
Houthi yang beraliansi dengan Iran. Alasannya, Saleh telah berpindah
haluan dan meninggalkan Houthi untuk membela koalisi pimpinan Arab
Saudi.
Saleh tewas dalam serangan tepi jalan pada Senin waktu setempat dan
di sisi lain, kematiannya bisa menjadi pukulan telak bagi koalisi Saudi
yang mengintervensi peperangan untuk mengembalikan pemerintahan Presiden
Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Pemerintahan Hadi yang diakui
masyarakat internasional sempat diusir dari Sanaa oleh aliansi
Houthi-Saleh sebelum mantan presiden itu membelot ke Saudi.
Pembelotan
Saleh sempat diharapkan menjadi titik balik dalam pertempuran melawan
pemberontak Houthi dan mengakhiri blokade Saudi yang membuat jutaan
orang terancam kelaparan serta penyakit. Namun, harapan itu kini sirna.
Sekarang, koalisi dihadapkan pada dua pilihan: melanjutkan perang dan
melancarkan serangan ke daerah-daerah yang dikuasai Houthi, atau
berkompromi dan mengajak para pemberontak ke meja perundingan.
Sejumlah
sumber di kelompok bersenjata Houthi mengatakan pasukannya menghentikan
kendaraan lapis baja yang ditumpangi Saleh menggunakan granat
berpeluncur roket sebelum mengeksekusinya.
Rekaman
video yang beredar di media sosial menunjukkan jenazah Saleh yang
bersimbah darah muncul dari balik selimut merah dan diangkut ke bak
truk. Peristiwa ini terjadi hanya selang beberapa hari setelah ia
mengakhiri aliansi dengan Houthi setelah tiga tahun berperang melawan
koalisi Saudi.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, pemimpin
Houthi Abdul Malek al-Houthi menyebut peristiwa ini sebagai kemenangan
melawan blok pimpinan Saudi, mengucapkan selamat kepada warga Yaman atas
"hari bersejarah yang sangat baik di mana konspirasi pengkhianatan
telah gagal."
Dia mengatakan kelompok Houthi yang menganut aliran Syiah akan
mempertahankan sistem republik Yaman dan tidak akan membalas dendam
kepada partai Saleh.
Dalam Sepekan, Pertempuran Yaman Tewaskan 234 Orang
Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
CB,SANAA -- Komite Palang Merah Internasional
(ICRC) mencatat, pertempuran yang terjadi di Ibu Kota Yaman, Sanaa,
dalam sepekan terakhir, telah menyebabkan sedikitnya 234 orang tewas dan
383 lainnya luka-luka. Pertempuran yang terjadi antara pasukan koalisi
pimpinan Arab Saudi dengan milisi Houthi kian sengit setelah tewasnya
mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh pada Senin (4/12).
Direktur
Regional ICRC untuk Timur Tenghah Robert Mardini mengatakan, saat ini
pihaknya sedang berupaya untuk menyelamatkan dan merawat para korban
akibat pertempuran tersebut. "Tim ICRC kami sekarang melakukan semua
yang mereka bisa untuk memasokl rumah sakit dengan obat-obatan, material
bedah, dan bahan bakar," ujar Mardini pada Selasa (5/12).
Jumlah
korban tewas akibat pertempuran di Sanaa meningkatkan hampir 100 persen
hanya dalam jangka waktu satu hari. Sebelumnya, pada Senin (4/12), ICRC
mengatakan, jumlah korban tewas akibat pertempurann di Sanaa berjumlah
125 orang, sedangkan korban luka mencapai 238 orang.
Pertempuran
di Sanaa berkecamuk setelah insiden pembunuhan mantan presiden Yaman Ali
Abdullah Saleh. Saleh merupakan presiden pertama Yaman yang juga sekutu
milisi Houthi.
Ia merupakan tokoh yang berjasa menyatukan Yaman
Utara dan Yaman Selatan pada 1990. Pada 2011, setelah sekitar 33 tahun
berkuasa, rakyat Yaman beruduyun-duyun turun ke jalan menuntut
pengunduran dirinya. Saleh dituding melakukan korupsi, penggelapan uang,
dan pemerasan. Masa-masa itu Yaman mengalami pergolakan ekonomi
terbesar. Inflasi meningkat, pun dengan angka pengangguran.
Gelombang
demonstrasi yang kian merebak akhirnya memaksa Saleh meninggalkan
jabatannya. Pada 2012, ia digantikan oleh calon presiden tunggal Yaman,
yang juga wakilo Saleh, yakni Abd Rabbou Mansour Hadi. Berdasarkan
kesepakatan dengan Dewan Kerja Sama Teluk, Hadi dipercaya menjadi
presiden Yaman hingga dua tahun berikutnya.
Pada momen ini,
pemberontak Houthi dan simpatisan Saleh yang sakit hati atas pelengseran
pemimpinnya bekerja sama untuk melawan pasukan loyalis Hadi. Pada
September 2014, Houthi yang didukung Iran mengambil alih ibu kota Yaman,
Sanaa.
Arab Saudi, sebagai negara yang bertetangga langsung
dengan Yaman merasa terancam dengan berkembangnya pengaruh Iran di
negara tersebut. Saudi pun mulai menggempur Yaman untuk menumpas Houthi.
Peperangan antara Houthi dan pasukan koalisi pimpinan Saudi
mengakibatkan Yaman dilanda krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Jutaan
orang mengungsi, kelaparan, tak memiliki akses terhadap air bersih,
serta terserang penyakit kolera.
Setelah perang
memporak-porandakan negara tersebut, awal Desember lalu, Saleh, sebagai
salah satu tokoh yang telah bersekutu dengan Houthi, menyatakan bersedia
untuk bernegosiasi dengan Saudi guna mengakhiri peperangan dan blokade.
Houthi menganggap Saleh sebagai pengkhianat dan kemudian membunuhnya.
Putra Abdullah Saleh akan Balas Dendam ke Houthi dan Iran
Mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.
CB, ADEN -- Anak mantan Presiden Yaman Ali
Abdullah Saleh, Ahmed Ali Saleh menuntut balas dendam atas kematian sang
ayah. Balas dendam itu akan dia tujukan kepada pemberontak Houti yang
mendapat dukungan dari Iran.
Niatan balas dendam tersebut, dia
ungkapkan dalam sebuah siaran televisi yang yang dimiliki Pemerintah
Arab Saudi. Dalam kesempatan itu dia juga mengajak seluruh pengikut
setia ayahnya untuk berjuang bersama mengambil alih Yaman dari tangan
milisi Houti dan Iran.
"Saya akan memimpin peperangan sampai
Houti terakhir keluar dari Yaman. Darah ayahku akan menjadi neraka di
telinga Iran," kata Ahmed Ali Saleh dalam siaran siaran televisi Selasa
(5/12).
Ahmed Ali Saleh merupakan mantan pemimpin militer elite
di Yaman. Dia dinilai sebagai satu-satunya kesempatan terakhir dari
keluarganya untuk kembali mengambil pengaruh di kawasan konflik
tersebut.
Sebelum kematian Ali Abdullah Saleh, Ahmed Ali Saleh
merupakan seorang tahanan rumah di Uni Emirat Arab. Dia sebelumnya
adalah seorang duta besar.
Pemimpin pemberontak Houthi, Abdul Malik al-Houthi mengatakan,
militannya membunuh Saleh karena telah berkhianat. Ia juga mengucapkan
selamat kepada orang-orang Yaman atas hari bersejarah ini yang
menunjukkan gagalnya sebuah persekongkolan dan pengkhianatan.
Tanpa
menyebutkan nama Saleh, Houthi mengatakan dia mengetahui komunikasi
yang dilakukan oleh Saleh dengan koalisi pimpinan Arab Saudi untuk
melawan kelompok Houthi. Houthi juga mengatakan, dia telah mengirim
beberapa peringatan kepada Saleh
Kematian Ali Abdullah Saleh,
dirayakan oleh sejumlah warga di kawasan selatan Aden. Masyarakat
menyalakan kembang api untuk mengungkapkan kesenangan atas kematian
tersebut. Kebencian warga dikawasan itu dipicu operasi militer dan
peluncuran rudal pada 1994 allu.
Kendati, kematian Saleh
dirasakan berbeda oleh masyarakat di kawasan utara Yaman. Warga merasa
kehilangan dan menyimpan dendam dengan pelaku pembunuhan Saleh.