Tampilkan postingan dengan label KURDI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KURDI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Januari 2019

Turki bantah pernyataan Menlu AS soal Suriah

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo memberik keterangan di hadapan Komite Urusan Luar Negeri (AS) di Capitol Hill, Washington, Rabu (23/5/2018). (REUTERS/Leah Millis)


Ankara, Turki (CB) - Turki pada Jumat (4/1) membantah pernyataan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengenai peran Turki dalam menjamin keutuhan wilayah dan keamanan Suriah.

"Kami menolak gaya dan isi pernyataan Menteri Luar Negeri AS (Mike) Pompeo yang ia keluarkan kemarin dalam satu wawancara dengan suatu jejaring mengenai negara kami berkaitan dengan Suriah," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy di dalam satu pernyataan.

Pernyataan Aksoy dikeluarkan sehari setelah Pompeo, di dalam satu wawancara dengan media sayap-kanan Newsmax, membicarakan penarikan tentara AS dari Suriah. Ia menyebut-nyebut apa yang ia katakan sebagai "kepentingan menjamin bahwa Turki tidak membantai orang Kurdi, perlindungan kelompok agama minoritas di sana di Suriah. Semua itu masih menjadi bagian dari rangkaian misi Amerika".

Pompeo membuat bingung kelompok gerilyawan PYD/YPG --sasaran dari operasi kontra-teror yang direncanakan oleh Turki di Suriah-- dan "Suku Kurdi memperlihatkan kurangnya keterangan, yang mengganggu pikiran", kata Aksoy.

Aksou juga dengan keras mengutuk pandangan AS mengenai kelompok gerilyawan YPG/PKK sebagai mitra dalam perangnya melawan Da`esh, menurut laporan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.

"Turki dengan tegas akan terus memerangi organisasi teror PKK/PYD/YPG dan Da`esh, yang mengancam keutuhan wilayah dan persatuan politik Suriah dan menimbulkan ancaman nyata terhadap keamanan nasionalnya," kata Aksoy.

Ankara juga akan terus melindungi hak Suku Kurdi Suriah sehubungan dengan perang melawan terorisme, ia menambahkan.

Turki telah lama keberatan dengan cara AS memandang PKK/PYD/YPG sebagai sekutu dalam perang melawan Da`esh, dan mengatakan menggunakan satu kelompok teror untuk memerangi yang lain tak masuk akal.

Turki juga telah menekankan bagaimana PKK/PYD/YPG meneror warga Arab lokal, Turkmen dan Kurdi di berbagai daerah Suriah di dekat Turki.

Dalam aksi terornya selama 30 tahun terhadap Turki, PKK telah menewaskan tak kurang dari 40.000 orang. PYD/YPG adalah cabang PKK di Suriah.



Credit AntaraNews


https://m.antaranews.com/berita/784097/turki-bantah-pernyataan-menlu-as-soal-suriah

 

Jumat, 04 Januari 2019

Tinggalkan Suriah, AS Ingin Pastikan Turki Tak Bantai Kurdi


Tinggalkan Suriah, AS Ingin Pastikan Turki Tak Bantai Kurdi
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo. Foto/REUTERS
    
    

WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku sudah berbicara kepada pemerintah Turki untuk memastikan pasukan Ankara tidak membantai warga Kurdi di Suriah. Washington menginginkan kepastian itu ketika pasukannya bersiap meninggalkan Suriah.

Pembicaraan kedua pemerintah itu diungkap Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo pada hari Kamis waktu Washington.

Pompeo mencatat kekhawatiran yang semakin meningkat yang dirasakan pasukan Kurdi—sekutu AS di Suriah utara—ketika dia membela keputusan mendadak Presiden Donald Trump untuk menarik seluruh pasukan Amerika dari negara yang dilanda perang tersebut.

“Pentingnya memastikan bahwa Turki tidak membantai suku Kurdi, perlindungan minoritas agama di Suriah. Semua hal itu masih menjadi bagian dari rangkaian misi Amerika," kata Pompeo kepada Newsmax, situs berita dan opini AS yang populer di kalangan konservatif, yang dikutip Jumat (4/1/2019).

Menteri Pertahanan Amerika James Norman Mattis telah mengundurkan diri karena tak setuju dengan perintah penarikan pasukan oleh Presiden Trump. Pengunduran diri bos Pentagon itu membuat marah presiden yang kemudian mengisyaratkan dirinya akan memperlambat penarikan pasukan Amerika dari Suriah.

Pompeo dalam wawancara mengatakan bahwa penarikan pasukan Amerika akan dijalankan, tetapi dia tidak akan memberikan waktu yang lebih tepat. Alasannya, dia tidak ingin memberi tip kepada musuh AS.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berjanji untuk membersihkan Suriah dari pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang dia pandang terkait dengan Partai Pekerja Kurdi atau PKK. Bagi Turki, PKK merupakan musuh dan dianggap organisasi teroris karena telah melancarkan pemberontakan berdarah di Turki sejak 1984.

Para pasukan Kurdi selama ini menjadi tulang punggung Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Pasukan oposisi Suriah itu menjadi sekutu Washington dalam memerangi ISIS dan telah merebut sebagian wilayah Suriah.

Sebelumnya, Pemerintah Suriah mengatakan pada hari Rabu bahwa para pasukan YPG telah meninggalkan Manbij, sebuah kota kunci yang direbut dari ISIS di dekat perbatasan Turki. Hengkangnya pasukan YPG itu seiring dengan rencana penarikan AS dari Suriah.

Trump, yang menyatakan bahwa pasukan AS tidak lagi diperlukan di Suriah ketika ISIS dikalahkan, telah berbicara kepada Erdogan sebelum memutuskan untuk menarik pasukan Washington. Tapi Pompeo mengatakan bahwa Amerika Serikat masih memiliki "keprihatinan nyata" dengan Erdogan, termasuk pada penahanan warga AS di Turki.

"Ada banyak tempat di mana kita perlu bekerja dengan Presiden Erdogan dan kepemimpinan Turki untuk mendapatkan hasil yang baik bagi Amerika Serikat," kata Pompeo.

Penasihat keamanan nasional John Bolton dan pointman AS di Suriah, Jim Jeffrey, dijadwalkan akan mengadakan pembicaraan di Turki pada minggu depan. 





Credit  sindonews.com








Selasa, 01 Januari 2019

Milisi Kurdi Suriah Nyatakan Siap Meletakkan Senjata

Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) menyatakan siap untuk meletakkan senjata hanya setelah perdamaian kembali ke Suriah. Foto/Sputnik

DAMASKUS - Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) menyatakan siap untuk meletakkan senjata, tapi dengan satu syarat. YPG menyatakan, mereka akan meletakan senjata hanya setelah perdamaian kembali ke Suriah.

Juru bicara YPG, Nuri Mahmud menyatakan, senjata yang dipasok ke Amerika Serikat (AS) kepada mereka tidak ditujukan untuk melawan pemerintah Suriah, tapi ditujukan untuk memberantas ISIS dan kelompok teroris lainnya.

"YPG juga telah menyerahkan kota utara Manbij kepada tentara Suriah untuk dapat fokus pada perang melawan kelompok teror ISIS di timur Sungai Efrat," kata Mahmud, seperti dilansir Sputnik pada Senin (31/12).

Pengumuman ini sendiri datang hanya beberapa pekan setelah AS memutuskan untuk menarik mundur semua pasukan mereka yang berada di Suriah.

Terkait penarikan mundur ini, pasukan AS dilaporkan telah meninggalkan pangkalan di Suriah timur laut. Ini adalah penarikan pasukan AS pertama yang dilaporkan pasca Presiden Donald Trump menyatakan akan menarik pasukan dari Suriah.


Menurut sumber lokal, pasukan AS meninggalkan sebuah gudang di Malikiye di provinsi timur laut al-Hasakah. Menggunakan kendaraan lapis baja Hummer dan truk mereka meninggalkan gudang seluas 400 meter persegi, yang menjadi tumpuan sekitar 50 tentara AS, menuju Irak.



Credit Sindonews.com



https://international.sindonews.com/read/1366921/43/milisi-kurdi-suriah-nyatakan-siap-meletakkan-senjata-1546243372



Sabtu, 29 Desember 2018

Pejuang Kurdi Suriah Direkomendasikan Simpan Senjata AS

Komandan pasukan AS rekomendasikan pejuang Kurdi simpan senjata yang diberikan Washington. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Empat pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan komandan yang merencanakan penarikan pasukan Amerika dari Suriah merekomendasikan agar para pejuang Kurdi yang memerangan Negara Islam diizinkan untuk mempertahankan senjata yang dipasok Washington. Langkah ini diyakini akan membuat marah sekutu AS di NATO, Turki.

Tiga pejabat, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan rekomendasi tersebut adalah bagian dari diskusi tentang rancangan rencana oleh militer AS. Tidak jelas apa yang akhirnya akan direkomendasikan Pentagon ke Gedung Putih.

"Diskusi masih pada tahap awal di dalam Pentagon dan belum ada keputusan yang dibuat," kata para pejabat. Rencananya kemudian akan disajikan ke Gedung Putih dalam beberapa hari mendatang dengan Presiden AS Donald Trump membuat keputusan akhir.

Trump pekan lalu secara tiba-tiba memerintahkan penarikan lengkap pasukan AS dari Suriah. Keputusan ini menuai kritik luas dan mendorong pengunduran diri Menteri Pertahanan Jim Mattis.

Para pejabat AS mengatakan pengumuman Trump telah mengecewakan komandan AS, yang melihat keputusannya sebagai pengkhianatan terhadap milisi Kurdi YPG, yang telah memimpin perjuangan untuk memberantas Negara Islam dari Suriah timur laut.

Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari pemberontakan Kurdi di Turki. Turki telah mengancam akan melancarkan serangan terhadap YPG, meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan yang dapat membahayakan ratusan ribu warga sipil.

Salah seorang pejabat AS menyatakan Washington mengatakan kepada YPG bahwa mereka akan dipersenjatai oleh Washington sampai perang melawan Negara Islam selesai.

"Pertarungan belum berakhir. Kami tidak bisa mulai meminta senjata itu kembali," kata pejabat itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/12/2018).

Usulan untuk meninggalkan senjata yang disediakan AS bersama YPG, yang dapat mencakup rudal anti-tank, kendaraan lapis baja dan mortir, akan meyakinkan sekutu Kurdi bahwa mereka tidak ditinggalkan.

Tetapi Turki ingin AS mengambil kembali senjata itu, sehingga rekomendasi komandan tersebut, jika dikonfirmasi, dapat mempersulit rencana Trump untuk memungkinkan Turki menyelesaikan perang melawan Negara Islam di dalam wilayah Suriah.

Pentagon menyimpan catatan senjata yang telah dipasok ke YPG dan rantai kepemilikan mereka. Namun, pejabat AS mengatakan, hampir tidak mungkin untuk menemukan semua peralatan.


“Bagaimana kita akan mendapatkannya kembali dan siapa yang akan mengambilnya kembali?” tanya salah satu pejabat.

Perdebatan mengenai apakah akan meninggalkan senjata dengan YPG bertepatan dengan kunjungan penasihat keamanan nasional John Bolton ke Turki dan Israel minggu depan untuk pembicaraan di Suriah.

Pada bulan Mei 2017, AS mulai mendistribusikan senjata dan peralatan ke YPG untuk serangan terhadap Raqqa, Ibu Kota de facto dari kekhalifahan yang dideklarasikan sendiri oleh Negara Islam di Irak dan Suriah pada tahun 2014.

AS mengatakan kepada Turki bahwa pihaknya akan mengambil kembali senjata-senjata itu setelah kekalahan Negara Islam, yang telah kehilangan semua wilayah kecuali beberapa irisan wilayah di Suriah timur laut.


"Gagasan bahwa kita dapat memulihkannya adalah gagasan bodoh. Jadi kami meninggalkan mereka di tempat mereka,” kata seorang pejabat AS.

Seseorang yang akrab dengan diskusi rencana penarikan pasukan AS mengatakan Gedung Putih dan Presiden Turki Tayyip Erdogan akan menentang proposal untuk mengizinkan YPG menyimpan senjata yang dipasok AS.

"Rekomendasi adalah penolakan terhadap kebijakan Trump untuk menarik diri dari Suriah," kata orang yang meminta untuk tidak diidentifikasi lebih lanjut.

Turki mengatakan senjata yang dipasok ke YPG di masa lalu berakhir di tangan separatis Kurdi, dan menggambarkan senjata apa pun yang diberikan kepada pemberontak sebagai ancaman terhadap keamanan Turki.

Pembicaraan telepon antara Trump dan Erdogan menyebabkan keputusan untuk menarik semua pasukan AS dari Suriah.

Dalam Pembicaraan dua minggu lalu, Trump telah diharapkan untuk memberikan peringatan standar kepada presiden Turki atas rencananya untuk meluncurkan serangan lintas batas yang menargetkan pasukan Kurdi yang didukung AS di timur laut Suriah, kata para pejabat AS.

Alih-alih, dalam proses pembicaraan, Trump membentuk kembali kebijakan AS di Timur Tengah, meninggalkan seperempat wilayah Suriah dan menyerahkan tugas kepada Turki untuk menyelesaikan Negara Islam di Suriah.



Terkait nasib dari senjata-senjata ini, Pentagon mengatakan akan "tidak pantas" dan terlalu dini untuk berkomentar tentang apa yang akan terjadi dengan senjata.

"Perencanaan sedang berlangsung, dan fokus pada melakukan penarikan pasukan secara sengaja dan terkendali sambil mengambil semua langkah yang mungkin untuk memastikan keselamatan pasukan kita," kata Komandan Sean Robertson, juru bicara Pentagon. 

Sementara Gedung Putih memilih untuk tidak berkomentar mengenai hal ini.


Credit Sindonews.com


https://international.sindonews.com/read/1366600/42/pejuang-kurdi-suriah-direkomendasikan-simpan-senjata-as-1546075230


Tentara Suriah Masuk Manbij Atas Permintaan YPG Kurdi

Ilustrasi tentara Suriah

CB, BEIRUT – Tentara Suriah memasuki Manbij pada Jumat (28/12) untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Kehadiran tentara Suriah di wilayah ini setelah milisi Kurdi YPG mendesak Damaskus untuk melindungi kota dari ancaman serangan Turki. 

Tidak jelas apakah pasukan pemerintah telah menyebar di kota yang menjadi tempat pasukan AS beroperasi dan memiliki pangkalan militer. 

Dengan YPG di garis depan, Pasukan Demokrat Suriah (SDF) merebut Manbij pada 2016 dari Negara Islam, sebuah tonggak penting dalam pertempuran yang didukung AS melawan jihadis. 

Dewan Militer Manbij, pejuang yang bersekutu dengan SDF, memegang kota di Suriah utara, yang terletak di garis depan dengan pemberontak yang didukung Turki. Ankara menganggap para pejuang YPG Kurdi sebagai ancaman dan telah bersumpah untuk menghancurkan mereka. 

Tentara Suriah mengatakan dalam pernyataannya pada Jumat, pasukannya telah mengibarkan bendera nasional di Manbij dan akan menjamin keamanan untuk semua warga Suriah dan orang lain yang berada di daerah itu. 

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pemantau perang yang berbasis di Inggris, mengatakan pasukan hanya dikerahkan di sepanjang tepi Manbij, berada di antara kota dan sekutu pemberontak Turki. 

Keputusan mendadak Presiden Donald Trump untuk menarik sekitar 2.000 tentara AS, yang kehadirannya telah menghalangi Turki, telah mengejutkan SDF, yang mengendalikan sebagian besar Suriah utara dan timur. 

YPG mengatakan, para pejuangnya sebelumnya menarik diri dari Manbij untuk memerangi para jihadis ISIS di Suriah timur. 

"Jadi kami mengundang pemerintah Suriah yang menjadi milik kami, untuk mengirim pasukan bersenjatanya untuk mengambil alih posisi ini dan melindungi Manbij dalam menghadapi ancaman Turki," katanya, Jumat. (Idealisa Masyrafina)

 
Credit REPUBLIKA.CO.ID
 

 

 https://m.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/18/12/29/pkg9pt320-tentara-suriah-masuk-manbij-atas-permintaan-ypg-kurdi




Jumat, 28 Desember 2018

Dikecewakan AS, Kurdi Suriah Berpaling ke Rusia dan Assad




Dikecewakan AS, Kurdi Suriah Berpaling ke Rusia dan Assad
Turki menilai milisi Kurdi, YPG, perpanjangan tangan dari kelompok teroris PKK. Foto/Istimewa


DAMASKUS - Para pemimpin Kurdi yang menguasai sebagai besar wilayah utara mendesak Rusia dan sekutunya, Damaskus, untuk mengirim pasukan dan melindungi perbatasan dari ancaman serangan Turki. Hal ini dipicu kekhawatiran mereka dengan keputusan Amerika Serikat (AS) yang meninggalkan Suriah.

Seruan mereka untuk kembalinya pasukan pemerintah Suriah ke perbatasan, yang telah dilakukan oleh para pejuang Kurdi selama bertahun-tahun, menunjukkan kedalaman krisis mereka setelah keputusan tiba-tiba Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukan.

Sementara sedikit yang berubah di lapangan - pasukan AS masih dikerahkan dan Trump mengatakan penarikan akan lambat - pejabat Kurdi berjuang untuk strategi melindungi wilayah mereka dari Turki sebelum Amerika Serikat pergi.

Pembicaraan dengan Damaskus dan Moskow tampaknya menjadi fokus bagi kepemimpinan Kurdi. Ketakutan terburuk mereka adalah terulangnya serangan Turki yang mengusir warga Kurdi dan milisi YPG keluar dari kota Afrin di barat laut awal tahun ini.

Mereka juga berusaha meyakinkan negara-negara Barat lainnya untuk mengisi kekosongan ketika Washington menarik sekitar 2.000 tentara yang kehadirannya di Suriah utara dan timur telah menghalangi Turki sejauh ini.

Wilayah yang dipertaruhkan meliputi sekitar seperempat wilayah Suriah, sebagian besar di sebelah timur Sungai Eufrat, yang dikendalikan oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah kelompok yang didominasi oleh YPG Kurdi. Wilayah ini berbatasan dengan Irak di timur dan mencakup tiga kota besar - Qamishli, Hasaka dan Raqqa.

SDF telah menjadi mitra utama Washington di Suriah dalam pertarungan dengan Negara Islam, tetapi Turki memandang para pejuang YPG yang membentuk tulang punggungnya sebagai ancaman dan telah bersumpah untuk menghancurkan mereka.

"Para pejabat dari Suriah utara, yang pergi ke Moskow pekan lalu, akan segera melakukan perjalanan lain, berharap Rusia akan mendorong Damaskus untuk memenuhi tugas kedaulatannya", kata politisi terkemuka Kurdi Aldar Xelil, dikutip dari Reuters, Jumat (28/12/2018).

"Kontak kami dengan Rusia, dan rezim, adalah untuk mencari mekanisme yang jelas untuk melindungi perbatasan utara," jelas Xelil, seorang arsitek rencana otonomi di Suriah utara.

"Kami ingin Rusia memainkan peran penting untuk mencapai stabilitas," tegasnya.

Presiden Bashar al-Assad, yang sudah memimpin sebagian besar Suriah dengan bantuan dari sekutu Iran dan Rusia, telah berjanji untuk memulihkan wilayah SDF. Wilayah itu, yang kaya akan minyak, air, dan tanah pertanian, dipandang penting bagi rekonstruksi Suriah.

Meskipun otonomi yang mereka cari bertentangan dengan Damaskus, pasukan Kurdi sebagian besar menghindari konflik langsung dengan pemerintah selama perang, kadang-kadang bahkan melawan musuh bersama. Mereka mengadakan pembicaraan politik musim panas ini yang tidak berhasil.

Tetapi dengan posisi negosiasi mereka sangat lemah oleh langkah Trump, pihak berwenang Kurdi mungkin berpacu dengan waktu untuk memotong kesepakatan karena Turki mengancam untuk meluncurkan ofensif ke timur Sungai Eufrat.

Turki memandang YPG sebagai perpanjangan dari gerakan PKK Kurdi yang terlarang yang telah melancarkan pemberontakan selama 34 tahun di Turki tenggara. Ankara telah memanfaatkan proksi pemberontak Suriah untuk membantu memerangi YPG di utara.

Khawatir pengumuman AS dapat membuka jalan bagi serangan Turki, SDF telah memperingatkan ancaman yang masih dimiliki oleh Negara Islam. Kelompok ini telah memperingatkan negara-negara Eropa bahwa para jihadis asing ISIS di penjara bisa melarikan diri dan kembali melakukan serangan di dalam negeri negara asalnya. 

"Untuk mengusir serangan Turki, kami sedang membahas berbagai opsi. Kami telah melakukan kontak dengan Rusia, Prancis dan negara-negara Uni Eropa untuk membantu," kata Badran Jia Kurd, seorang pejabat senior Kurdi yang pergi ke Moskow minggu lalu untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat kementerian luar negeri Rusia.

"Adalah tanggung jawab pemerintah Suriah untuk melindungi perbatasan wilayah ini dan ini sedang dibahas," katanya kepada Reuters.

Dalam serangan terakhir Turki di Afrin awal tahun ini, SDF merasa dikecewakan oleh Rusia, percaya bahwa Rusia telah memberikan jaminan bahwa Turki tidak akan menyerang wilayah tersebut.

Pemberontak Suriah yang didukung Turki mengatakan mereka telah memobilisasi untuk meluncurkan ofensif berikutnya, dengan target pertama mereka kota Manbij yang berbatasan dengan wilayah di bawah kendali mereka.

Pasukan AS masih berpatroli di dekat Manbij dan sejauh ini tidak ada yang berubah, kata Sharfan Darwish, juru bicara Dewan Militer Manbij yang beraliansi dengan SDF yang menguasai kota itu. Tetapi dalam koordinasi dengan dewan, pemerintah dan Rusia mengirim pasukan di dekat kota pada hari Selasa, katanya.

Politisi Top Kurdi Suriah Ilham Ahmed, yang mengadakan pembicaraan dengan Damaskus awal tahun ini, mengatakan kontak dengan negara tidak pernah berhenti.

"Kami sekarang dalam fase meluncurkan inisiatif baru," katanya pada pertemuan suku di Raqqa, Rabu lalu.

"Kami akan berusaha dengan segala cara untuk menekan rezim ini guna melakukan penyelesaian politik sehingga kami menjaga martabat warga Suriah," tukasnya.



Credit  sindonews.com




Rabu, 26 Desember 2018

Menteri Israel keluarkan komentar yang mendukung gerilyawan PKK


Menteri Israel keluarkan komentar yang mendukung gerilyawan PKK

Tank tentara Turki mengambil posisi di atas sebuah bukit di dekat perbatasan Mursitpinar di kota Suruc, provinsi Sanliurfa, Turki, Sabtu (11/10). Seorang militan Kurdi mengancam Turki dengan revolusi Kurdi yang baru apabila mereka tetap bertahan dengan kebijakan non-intervensi saat ini dalam pertempuran di kota Kobani. Pasukan Kurdi bersekutu dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), Unit Pertahanan Rakyat (YPG), berjuang melawan pemberontak Negara Islam yang menyerang Kobani di dekat . Sementara itu Turki tampak enggan untuk membuka perbatasannya untuk mengizinkan pengiriman persenjataan kepada tentara Kurdi yang kekurangan senjata. (REUTERS/Umit Bektas)




Jerusalem, (CB) - Seorang menteri Israel telah mengeluarkan komentar yang tidak memalukan dan merendahkan operasi anti-teror yang mungkin dilancarkan oleh Turki di Suriah dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

"Saya harap mereka (orang Kurdi) akan menang dalam perang mereka melawan Turki. Saya harap masyarakat internasional akan mencegah Ergodan membantai orang Kurdi," kata Jerusalem Post, yang mengutip Menteri Kehakiman Ayelet Shaked, pada 23 Desember.

Shaked merujuk kepada operasi kontra-teror yang direncanakan Turki terhadap gerilyawan YPG/PKK di sisi timur Sungai Eufrat di Suriah.

Sejak 2016, Ankara telah melancarkan dua operasi militer serupa di Suriah Utara.

Menteri Israel tersebut juga mengatakan penarikan tentara AS dari Suriah "tidak membantu Israel dan memperkuat Erdogan", demikian laporan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.


Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan semua pasukan AS di Suriah untuk meninggalkan negara Arab itu, dan mengatakan kekalahan Da`esh adalah satu-satunya alasan AS untuk terlibat di Suriah, yang terlibat perang saudara.

Itu bukan pertama kali Shaked mengeluarkan pernyataan yang provokatif, sebab ia pernah mengeluarkan pernyataan ofensif seperti yang dikeluarkan oleh mantan penasehat perdana menteri Israel terhadap keluarga Palestina yang gugur pada 2014.

"Di belakang setiap pelaku teror berdiri puluhan lelaki dan perempuan, tanpa mereka ia tak bisa terlibat dalam aksi teror. Mereka semua adalah petempur musuh, dan darah mereka mestinya berada di kepala mereka semua. Sekarang ini juga meliputi ibu para syuhada, yang mengirim mereka ke negara dengan bunga dan kecupan. Mereka mesti mengikuti putra mereka, tak ada yang lebih adil. Mereka mesti pergi, seperti juga halnya dengan rumah fisik tempat mereka membesarkan ular. Jika tidak, makin banyak ular kecil akan dibesarkan di sana," kata Shaked di dalam pernyataan di Facebook pada 2014, ketika menjadi anggota Parlemen.

Pernyataan itu yang menentang rakyat Palestina tersebut dikeluarkan oleh Uri Elitzur, mantan penasehat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Pada 2015, Netanyahu mengangkat Shaked sebagai Menteri Kehakiman, tindakan yang dipandang sebagai hadiah atas posting Facebook yang Shaked sebarkan.




Credit  antaranews.com





Oposisi Suriah perkuat garis depan


Oposisi Suriah perkuat garis depanDemonstran menyerukan slogan sambil mengibarkan bendera oposisi Suriah dalam aksi protes menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad di halaman masjid Fatih di Istanbul, Jumat (24/5). Tulisan pada spanduk berbunyi "Diam berarti ambil bagian dalam kejahatan Baath". (REUTERS/Murad Sezer)





Azaz, Suriah (CB) - Oposisi Suriah bersenjata di Daerah Operasi Perisai Eufrat telah mengirim bala-bantuan militer ke sepanjang daerah garis depan dengan YPG/PKK di Suriah Timur, kata seorang pejabat oposisi pada Senin (24/12).

Divisi Hamza, anggota Tentara Suriah Bebas (FSA) --yang didukung Turki, mengirim petempur dan kendaraan lapis baja ke garis perbatasan antara daerah yang diduduki YPG/PKK dan daerah yang dikuasai pemerintah, kata pejabat yang mengomandani FSA Abu Yazan kepada Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Ia mengatakan tentara tersebut akan melaksanakan tugas penting selama operasi militer yang diduga banyak pihak dilancarkan oleh Turki di Kota Manbij, Suriah Utara.

"Satuan kami bergerak ke wilayah kontak yang diduduki gerilyawan YPG/PKK," kata Yazan.

Ia memperingatkan warga sipil agar menjauh dari daerah yang diduduki YPG/PKK.

"Kami akan membebaskan Manbij dengan membersihkan pelaku teror dari daerah itu," katanya.

Pada hari yang sama, YPG/PKK telah merebut kekuasaan atas Kota Hajin, kubu utama kelompok Da`esh di Suriah Timur, kata beberapa sumber lokal .

Petempur YPG/PKK merebut kota itu setelah 10 hari bentrokan sengit dengan anggota Da`esh, kata sumber tersebut yang tak ingin disebutkan jati diri mereka karena alasan keamanan.

Kegiatan YPG/PKK didukung oleh pemboman udara sengit pesawat koalisi pimpinan AS, sehingga mengakibatkan kerusakan luas di kota itu, kata sumber tersebut.

Da`esh masih menguasai lima kota kecil di pinggir timur Provinsi Deir Ez-Zour di Suriah Timur dan Homs di bagian tengah negeri itu.

Dengan bantuan AS, anggota YPG/PKK menguasai sisi timur Sungai Eufrat dan daerah pedesaan di bagian barat serta timur Deier Ez-Zour, demikian laporan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam. Prancis juga memberi kelompok tersebut dukungan artileri.




Credit  antaranews.com





Erdogan Bela Arab dan Kurdi Suriah



Recep Tayyip Erdogan
Recep Tayyip Erdogan
Foto: EPA
Erdogan menyebut 300 ribu pengungsi Suriah telah pulang ke kampung mereka.



CB, ANKARA -- Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan Turki akan mengupayakan kebebasan orang Arab dan Kurdi menyusul kehadiran mereka di Suriah. Menurut Erdogan, masalah keamanan orang Arab di Suriah juga persoalan Turki.

"Kami menganggap keamanan dan perdamaian orang Arab di Suriah sebagai urusan kami. Kami melihat masalah suku Kurdi sebagai masalah kami sendiri," kata Erdogan dalam satu upacara di Kompleks Presiden di Ibu Kota Turki, Ankara, seperti dilansir Anadolu, Senin (24/12).

"Kami hadir di Suriah sekarang, untuk memberi dukungan buat saudara Arab dan Kurdi kita di sana, bukan kelompok teror. "

Erdogan menegaskan, Turki takkan meninggalkan suku Kurdi Suriah dalam belas kasihan kelompok teror YPG/PKK. Hal itu sama halnya saat Turki tidak akan meninggalkan orang Arab di tangan kelompok ISIS.


Turki menyebut kelompok milisi Kurdi bersenjata PKK/YPG  sebagai organisasi teror. Kelompok ini disebut telah bertanggung-jawab atas kematian hampir 40 ribu orang, termasuk perempuan dan anak-anak.



Erdogan mengatakan, hampir 300 ribu orang Suriah telah meninggalkan Turki dan pulang ke kampung halaman mereka. Para pengungsi pulang ke rumah setelah Turki berhasil mengalahkan kelompok teroris.  "Turki menjamin bahwa keamanan di Kota Jarabulus di Suriah Utara dan Afrin, kota di bagian barat-laut Suriah," kata Presiden Erdogan.
Ia menambahkan Turki juga akan menjamin keamanan di Wilayah Sinjar di Irak Utara.
Turki telah melancarkan dua operasi lintas-perbatasan ke dalam wilayah Suriah sejak 2016  yakni Operasi Euphrates Shield dan Olive Branch. Keduanya dimaksudkan untuk menghapuskan kehadiran gerilyawan garis keras ISIS dan YPG/PKK di dekat perbatasan Turki.



Credit  republika.co.id




Jumat, 21 Desember 2018

Lindungi Kurdi, Prancis Pertahankan Militernya di Suriah


Lindungi Kurdi, Prancis Pertahankan Militernya di Suriah
Prancis akan mempertahankan keberadaan militernya di Suriah pasca AS menarik diri dari negara yang dilanda perang saudara itu. Foto/Istimewa

PARIS - Prancis akan mencoba untuk memastikan keamanan Kurdi Suriah yang menjadi sekutu Amerika Serikat (AS) guna menghancurkan Negara Islam (ISIS). Demikian janji yang dilontarkan seorang diplomat Prancis setelah AS menarik diri dari Suriah.

"Dalam beberapa minggu mendatang, Prancis akan berusaha untuk memastikan keamanan semua mitra AS, termasuk Pasukan Demokrat Suriah (SDF)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Agnes Von der Muhll, seperti dikutip dari Washington Examiner, Jumat (21/12/2018).

SDF didominasi oleh Kurdi Suriah di bagian timur laut negara itu, yang memberikan kekuatan darat lokal yang paling efektif untuk kampanye merebut kembali wilayah yang dimiliki oleh ISIS. Kerja sama itu membuat marah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang khawatir bahwa kelompok itu akan bergabung dengan Turki Kurdi dan mencoba untuk membentuk negara baru. Keputusan Presiden Trump untuk keluar dari negara itu membuka jalan bagi Turki untuk menyerang mantan mitra AS itu.

"Amerika Serikat harus mengambil perlindungan populasi Suriah timur laut dan stabilitas daerah ini menjadi pertimbangan untuk menghindari tragedi kemanusiaan lebih lanjut dan kembalinya para teroris," kata diplomat Prancis itu.

Erdogan telah mengancam untuk memperbarui serangan terhadap Kurdi Suriah, menarik peringatan dari Amerika Serikat pekan lalu.

"Tindakan militer sepihak ke Suriah timur laut oleh pihak manapun, terutama karena personel AS mungkin ada atau di sekitarnya, adalah keprihatinan serius," kata Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon kepada Kurdistan 24.

"Kami akan menganggap tindakan seperti itu tidak dapat diterima," imbuhnya.

Keputusan tak terduga untuk mengakhiri operasi Amerika di Suriah akan menghilangkan penghalang militer AS. Dan Kurdi Suriah menuju ke Paris pada hari Jumat untuk mendapat dukungan.

"Dua wakil ketua Dewan Demokrasi Suriah (MSD) Riad Darar dan Ilham Ahmed diharapkan tiba di Paris," kata Khaled Issa, juru bicara kelompok itu, sebagaimana dikutip oleh Harian Turki Daily Sabah. 


Credit  sindonews.com



Kamis, 20 Desember 2018

Tarik Pasukan dari Suriah, Kurdi Sebut AS Pengkhianat



Tarik Pasukan dari Suriah, Kurdi Sebut AS Pengkhianat
Pasukan Kurdi yang berkoalisi dengan AS dalam perang di Suriah kecewa dengan keputusan Washington untuk menarik pasukan negara itu dari Suriah. Foto/Istimewa

DAMASKUS - Koalisi pimpinan Kurdi tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap keputusan Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya dari Suriah. Mereka menyebut AS telah menikam mereka dari belakang.

"Ini adalah pengkhianatan dan menikam dari belakang," kata perwakilan koalisi pimpinan Kurdi yang tergabung dalam Pasukan Demokrat Suriah (SDF) seperti dinukil Sputnik dari Sky News Arabia, Kamis (20/12/2018).

Pada saat yang sama, Surat kabar Nasional melaporkan bahwa pasukan Kurdi belum menerima pemberitahuan mengenai langkah Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukan Amerika dari Suriah tersebut.

Terkait hal itu, Departemen Luar Negeri AS belum mengomentari pengumuman tersebut. Namun belakangan, Departemen Luar Negeri AS sedang mengevakuasi semua personelnya dari Suriah dalam 24 jam, kata seorang pejabat AS kepada Reuters.

Sebelumnya Gedung Putih mengumumkan bahwa mereka menarik pasukan AS dari Suriah dan pindah ke fase berikutnya dari kampanye melawan kelompok teroris ISIS. Juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders dalam sebuah pernyataan mengatakan, AS bergerak ke tahap berikutnya dari kampanyenya di Suriah melawan kelompok teroris ISIS. Ia menambahkan bahwa Washington akan terus bekerja dengan sekutunya untuk melawan organisasi radikal.

Sebelum itu, Presiden AS Donald mengatakan dalam sebuah Tweet mengatakan bahwa kelompok teror ISIS telah dikalahkan di Suriah, menekankan bahwa ini adalah satu-satunya alasan bagi Amerika Serikat untuk berada di Republik Arab selama kepresidenannya.




Credit  sindonews.com



Minggu, 16 Desember 2018

Uni Eropa Desak Turki Batalkan Aksi Militer Sepihak di Suriah


Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian


BRUSSELS - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa meminta Turki untuk membatalkan aksi militer sepihak di Suriah. Turki sebelumnya mengancam akan melancarkan serangan baru terhadap milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS).
"Pernyataan kemungkinan operasi militer Turki di Suriah timur laut merupakan sumber keprihatinan," kata Federica Mogherini dalam sebuah pernyataan.
"Kami berbagi tujuan untuk mengakhiri kekerasan, mengalahkan terorisme dan meningkatkan stabilitas di Suriah dan wilayah yang lebih luas. Kami mengharapkan pihak berwenang Turki untuk menahan diri dari tindakan sepihak yang cenderung merusak upaya kontra Daesh koalisi atau untuk risiko ketidakstabilan lebih lanjut di Suriah," sambungnya, menggunakan akronim Arab untuk kelompok Negara Islam seperti disitat dari AFP, Minggu (16/12/2018).
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada hari Rabu mengatakan Turki akan meluncurkan operasi baru di Suriah dalam beberapa hari terhadap milisi Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang memiliki dukungan Washington tetapi dianggap Ankara sebagai kelompok teroris.
Pentagon memperingatkan bahwa setiap aksi militer sepihak di Suriah utara akan "tidak dapat diterima".
Mogherini, menyebut Turki sebagai aktor yang sangat penting dalam krisis ini dan di wilayah ini, mengatakan bahwa ketika perang melawan Daesh memasuki tahap akhir, semua pihak harus bekerja menuju tujuan untuk memastikan kekalahan yang akan datang.
Setiap langkah militer Turki melawan YPG akan dipersulit oleh kemungkinan pasukan Ankara berhadapan dengan pasukan AS yang dikerahkan bersama milisi Kurdi.
Meskipun Turki dan AS adalah sekutu NATO, hubungan mereka telah mengalami ketegangan dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena bantuan Washington untuk Kurdi memicu kemarahan Ankara.
Pada hari Jumat, Erdogan tampaknya tetap pada senjatanya, mengatakan bahwa Turki bertekad untuk membawa perdamaian dan keamanan ke daerah-daerah timur sungai Eufrat di Suriah utara.


Kamis, 13 Desember 2018

AS Peringatkan Turki Tidak Serang Militan Kurdi di Suriah


AS Peringatkan Turki Tidak Serang Militan Kurdi di Suriah
Foto/Ilustrasi/Istimewa

WASHINGTON - Pentagon meminta Turki untuk tidak menindaklanjuti ancaman untuk menyerang pasukan yang didukung Amerika Serikat (AS) di Suriah. Pentagon memperingatkan bahwa serangan tersebut bisa mengancam personil AS dan menggagalkan perang melawan ISIS.

"Tindakan militer sepihak ke Suriah timur laut oleh pihak manapun, terutama karena personel AS mungkin ada atau di sekitarnya, adalah keprihatinan serius. Kami merasa tindakan seperti itu tidak dapat diterima," kata juru bicara Departemen Pertahanan AS, Komandan Sean Robertson.

"Kami percaya dialog adalah satu-satunya cara untuk mengamankan daerah perbatasan secara berkelanjutan, dan percaya bahwa operasi militer yang tidak terkoordinasi akan merusak kepentingan bersama," tambahnya seperti dikutip dari CNN, Kamis (13/12/2018).

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi bahwa pasukan Turki akan meluncurkan operasi militer di timur Euphrates, Suriah, sebuah operasi yang ditujukan untuk menargetkan militan Kurdi.

Pasukan AS di Suriah secara teratur bekerja dengan unsur-unsur Kurdi dari Pasukan Demokrat Suriah sebagai bagian dari kampanye mereka melawan ISIS.

Turki melihat semua pasukan Kurdi di Suriah Utara sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), terdaftar sebagai kelompok teror oleh AS dan Uni Eropa. AS tidak berbagi pandangan yang sama dengan Turki.

"Target kami jelas bukan pasukan Amerika. Ini adalah anggota organisasi teror yang beroperasi di kawasan itu. Saya ingin menekankan ini," Erdogan menambahkan, mengatakan bahwa dia mengharapkan operasi itu dimulai dalam beberapa hari.


Menteri Pertahanan AS James Mattis baru-baru ini mengarahkan pasukan AS untuk membangun serangkaian pos pengamatan di wilayah perbatasan Suriah timur laut sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketegangan antara Turki dan Pasukan Demokrat Suriah yang didukung Washington.

Dua pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa sementara AS telah mengamati pasukan tambahan Turki yang tiba di daerah itu, pada titik ini Turki dinilai tidak memiliki pasukan yang cukup di daerah tersebut untuk melakukan jenis operasi dalam garis waktu yang diinginkan Erdogan.

Namun ancaman penembakan lintas batas tetap terbuka, berpotensi menempatkan pasukan AS yang ada di sana dalam bahaya.

Bentrokan lintas batas sebelumnya menyebabkan Pasukan Demokrat Suriah menangguhkan serangan mereka terhadap kota Hajin yang dikuasai ISIS, benteng terakhir kelompok teror yang tersisa di timur Sungai Eufrat.

"Kampanye melawan ISIS belum berakhir. Pasukan koalisi bekerja erat dengan Pasukan Demokrat Suriah yang berada di tengah-tengah operasi serangan terhadap ISIS di Lembah Sungai Eufrat Tengah," kata Robertson, juru bicara Pentagon.

"Kita tidak boleh dan tidak dapat membiarkan ISIS bernafas pada titik kritis ini atau kita akan membahayakan keuntungan signifikan yang telah kita buat bersama mitra-mitra Koalisi kita dan berisiko membiarkan ISIS bangkit kembali," tambahnya. 



Credit  sindonews.com




Senin, 12 November 2018

Militer Turki Bombardir Basis Kurdi di Irak Utara



Militer Turki Bombardir Basis Kurdi di Irak Utara
Militer Turki menuturkan, jet tempur mereka telah melakukan serangan udara di wilayah Kurdi Irak, yang berada di bagian utara Irak dan menewaskan 14 orang. Foto/Istimewa


ANKARA - Militer Turki menuturkan, jet tempur mereka telah melakukan serangan udara di wilayah Kurdi Irak, yang berada di bagian utara Irak. Serangan itu, menurut militer Turki, menewaskan 14 orang anggota Partai Buruh Kurdistan.

"Tentara Turki menggunakan frase menetralisir ketika berhasil membunuh target, menangkap atau melukai kombatan. Serangan udara yang dilakukan kemarin menargetkan wilayah Avasin," kata militer, seperti dilansir Reuters pada Minggu (11/11).

"14 anggota bersenjata dari organisasi teror separatis, yang sedang bersiap-siap untuk menyerang pangkalan militer, dinetralisir. Senjata, tempat persembunyian dan gudang senjata dihancurkan," kata militer, menggunakan istilahnya untuk PKK.

Turki sendiri memang secara berkala melakukan serangan udara terhadap anggota PKK di Irak utara, di mana kelompok ini berbasis di pegunungan Qandil. Irak utara juga merupakan rumah bagi pemerintah otonom Kurdi Irak.
PKK, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan juga Turki, telah melancarkan pemberontakan tiga dekade di Turki dan telah menewaskan sekitar 40 ribu orang. 





Credit  sindonews.com



Rabu, 07 November 2018

AS Tawarkan Rp73,9 M untuk Informasi soal Pemimpin Kurdi


AS Tawarkan Rp73,9 M untuk Informasi soal Pemimpin Kurdi
Ilustrasi bendera PKK. (Reuters/Kadir Baris)


Jakarta, CB -- Amerika Serikat menawarkan imbalan US$5 juta atau setara Rp73,9 miliar bagi pemberi informasi terkait tiga pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang diburu Turki.

Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS, Matthew Palmer, mengatakan bahwa imbalan tersebut akan diberikan bagi pemberi informasi mengenai keberadaan Murat Karayilan, Cemil Bayik, dan Duran Kalkan.

Ketiga orang ini dianggap sebagai pemimpin defacto PKK setelah aparat Turki menanggap pendiri gerakan separatis di negaranya tersebut, Abdullah Ocallan, pada 1999.


Untuk informasi mengenai Karayilan, AS menyiapkan imbalan US$5 juta, sementara untuk Bayik mencapai US$4 juga, sementara Kalkan US$ juta.


Tawaran imbalan ini dianggap dapat memperbaiki hubungan AS dan Turki yang selama tegang karena isu Kurdi.

Selama ini, Turki menganggap PKK sebagai kelompok teror yang ingin mendirikan negara sendiri.


Meski menganggap PKK kelompok teror sejak 1997, AS melatih sayap angkatan bersenjata dari kelompok tersebut, YPG, untuk memberantas teroris di Suriah.

Di tengah perselisihan ini, Turki menahan salah satu pastor AS, Andrew Brunson, atas tuduhan terorisme karena keterkaitannya dengan Fethulah Gullen, orang yang dituding sebagai dalang di balik upaya kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Namun, setelah didesak AS, Turki akhirnya membebaskan Brunson pada Oktober lalu, langkah yang membuat hubungan Erdogan dengan NATO semakin pulih.


"Amerika Serikat menghargai kerja sama kontraterorisme dengan sekutu NATO kami, Turki," kata Palmer.

Meski demikian, juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan bahwa Turki menanggapi dengan hati-hati keputusan AS ini.

"Mereka tidak bisa membodohi kami dengan mengatakan bahwa YPG berbeda dengan PKK. Akan segera terungkap bahwa mereka adalah pelindung YPG," katanya.




Credit  cnnindonesia.com





Kamis, 18 Oktober 2018

Keliru Target, Dua Jet Tempur Koalisi AS Membom Pasukan Kurdi


Keliru Target, Dua Jet Tempur Koalisi AS Membom Pasukan Kurdi
Pesawat-pesawat jet tempur F-15 Angkatan Udara Amerika Serikat. Foto/REUTERS/Gleb Garanich

DAMASKUS - Dua pesawat jet tempur koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) membom pasukan Kurdi Suriah dalam insiden salah target. Insiden pada hari Rabu itu dilaporkan menewaskan enam orang pasukan Kurdi dan melukai 15 orang lainnya.

Sumber diplomatik dan militer di Suriah yang dikutip kantor berita RIA, Kamis (18/10/2018) mengatakan insiden itu terjadi karena kurangnya koordinasi dan profesionalisme AS.



Pasukan Kurdi yang menjadi bagian dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF)—salah satu faksi pemberontak Suriah—sejatinya adalah sekutu AS dalam perang melawan kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah.

Insiden keliru target itu terjadi di dekat kota Hajin di wilayah timur Provinsi Deir ez-Zor. Kejadian itu tidak hanya mengganggu operasi pasukan Kurdi, tetapi juga dilaporkan menyebabkan banyak pembelotan di jajaran SDF.

Menurut sumber yang dikutip RIA, lebih buruk lagi, insiden tersebut membuat para teroris berhasil merebut beberapa wilayah di daerah itu.

"Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa kebijakan AS di Suriah telah gagal sama seperti di negara tetangga Irak, karena tidak menyelesaikan masalah tetapi hanya menciptakan yang baru untuk seluruh wilayah," kata sumber itu.

Koalisi yang dipimpin AS belum berkomentar atas laporan pemboman oleh dua jet tempur F-15 tersebut. Pentagon juga belum merespons.

Pada hari Senin, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa militan ISIS telah menyerang sebuah kamp pengungsi di provinsi Deir ez-Zor dan telah menyandera ratusan orang. Sekitar 700 orang diculik dan dibawa ke Hajin, yang terletak di daerah sepanjang 20 kilometer di sepanjang timur tepi Sungai Eufrat. 




Credit  sindonews.com




Jumat, 13 Juli 2018

Jurnalis Kurdi: Mossad Gagalkan Pembunuhan Pemimpin Arab

Logo Mossad. i24news.tv
Logo Mossad. i24news.tv

CB, Jakarta - Dinas intelijen Israel, Mossad, menggagalkan upaya pembunuhan terhadap 160 bekas pemimpin Arab. Keterangan tersebut disampaikan jurnalis Kurdi di Israel, Mahdi Majeed.
"Saya mendapatkan informasi dari dokumen rahasia intelijen yang kelak akan diungkap," kata Majeed tanpa menyebutkan tanggal rencana pembunuhan atau bagaimana cara Mossad menggagalkan aksi tersebut.

Mantan Direktur Mossad, Tamir Pardo, saat tiba di rapat kabinet mingguan di Yerusalem, 22 Februari 2015.[AP/Ronen Zvulun]
"Tanpa Mossad Israel, separuh pemimpin Arab bakal masuk kubur," ucap Majeed melalui akun Twitter.
"Hari ini, saya melihat dokumen intelijen yang akan segera dirilis ke pers dan media. Dokumen itu menyatakan Mossad telah menggagalkan upaya pembunuhan terhadap lebih dari 160 bekas pemimpin Arab," tuturnya, seperti dikutip Middle East Monitor.

Meir Dagan, mantan ketua Mossad. REUTERS/Yonathan Weitzman
Majeed sempat menerbitkan sebuah foto dirinya bersama Menteri Intelijen Israel Yisrael Katz dengan keterangan mengenai operasi intelijen mencegah pembunuhan terhadap pemimpin Arab.
Mossad secara resmi melakukan perjanjian dengan sejumlah badan intelijen Arab, termasuk dengan Yordania, Mesir, Maroko, dan beberapa negara Teluk Arab.






Credit  tempo.co





Rabu, 06 Juni 2018

Turki - Amerika Serikat Sepakat Tarik Kurdi dari Manbij Suriah


Peta Manbij. google.com
Peta Manbij. google.com

CB, Jakarta - Turki dan Amerika Serikat sepakat terhadap sebuah rencana penarikan milisi Kurdi, kelompok yang dituding sebagai teroris oleh Ankara, dari Manbij kota di utara Suriah. Kesepakatan itu dicapai berkat pertemuan antara Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo di Washington DC, Senin, 4 Juni 2018.
"Kedua belah pihak setuju melakukan kerja sama untuk mengakhiri perselisihan bilateral atas kehadiran pasukan Unit Pertahanan Rakyat (YPG) di Manbij," tulis Al Jazeera, Selasa, 5 Juni 2018.


Militan Kurdi YPG siap mempertahankan Manbij setelah pasukan Turki menyerang Afrin [Reuters]
Ankara memasukkan YPG ke dalam daftar teroris, sementara Washington memandang kelompok ini sebagai sekutu kunci dalam memerangai ISIS. YPG mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat untuk bertempur melawan ISIS di Manbij. Mereka mendirikan benteng pertahanan di wilayah utara Suriah itu pada 20165.
"Selain mendapatkan dukungan senjata, pasukan Amerika Serikat juga memberikan pelatihan militer."
Sheen Ibrahim, Pasukan Kurdi dari Unit Perlindungan (YPG) bersama anggota lainnya saat berpatroli di Raqqa, Suriah, 16 Juni 2017. REUTERS/Goran Tomasevic
Sementara itu, situs berita ekurd.net dalam laporannya menyebutkan, YPG tulang punggung Pasukan Demokratik Suriah, sekutu Kurdi-Arab yang berhasil mengusir ISIS dari Suriah dengan bantuan Amerika Serikat.

Turki yakin bahwa Partai Persatuan Demokratik Kurdi (PYD) di Suriah dan sayap militer YPG memiliki ikatan dengan organisasi terlarang Partai Pekerja Kurdi (PKK). Partai ini, tulis Al Jazeera, menggelorakan perang selama bertahun-tahun melawan militer Turki mengakibatkan puluhan ribu orang tewas.






Credit  tempo.co







Sabtu, 17 Maret 2018

Erdogan desak AS tarik gerilyawan dari timur Efrat


Erdogan desak AS tarik gerilyawan dari timur Efrat
Presiden Turki Tayyip Erdogan. (Yasin Bulbul/Presidential Pala)


Ankara (CB) - Amerika Serikat harus menarik gerilyawan Kurdi Suriah dari timur sungai Efrat di Suriah jika mereka ingin bekerja sama dengan Turki, kata Presiden Tayyip Erdogan pada Jumat.

Ketika berbicara di sebuah kongres untuk Partai AK yang berkuasa di provinsi timur laut, Erzurum, Erdogan juga mengatakan Ankara tetap terbuka untuk semua tawaran kerja sama mengenai kota Manbij di Suriah.

Namun, Ankara mengaku tidak yakin pendekatan apa yang akan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri yang baru Mike Pompeo terkait masalah itu.

Turki, yang meluncurkan operasi di wilayah Suriah barat laut, Afrin, pada Januari mengancam untuk bergerak lebih jauh ke wilayah timur, Manbij, tempat pasukan YPG Kurdi Suriah dikerahkan.

Langkah itu membuat pasukan Turki menghadapi kemungkinan konfrontasi dengan Pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di sekitar kota.

Pekan ini, menteri luar negeri Turki mengatakan pasukan Turki akan menyelesaikan serangan di Afrin pada Mei dan akan melakukan serangan gabungan bersama Baghdad terhadap gerilyawan Kurdi di Irak pascapemilihan umum parlemen Irak.



Credit  antaranews.comt


Rabu, 14 Maret 2018

Turki Klaim 3.400 Militan Kurdi di Afrin Sudah Dinetralisir



Militan Kurdi yang terus berupaya melawan militer Turki.

Militan Kurdi yang terus berupaya melawan militer Turki.
Foto: Rand.org


Dalam operasi di Afrin itu tidak pernah menjadikan warga sipil sebagai sasaran.



CB,  JAKARTA -- Sebanyak 3.400 anggota kelompok militan Kurdi di Afrin, Suriah, diklaim telah dinetralisir selama Operasi Ranting Zaitun berlangsung. Hal ini disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat berpidato dalam sebuah agenda kenegaraan.

Erdogan dalam kesempatan itu juga menuturkan operasi tersebut dilakukan untuk membersihkan seluruh kelompok militan yang ada di Afrin, Manbij, dan Suriah utara. Turki, lanjutnya, dalam operasi di Afrin itu tidak pernah menjadikan warga sipil sebagai sasaran.

Menurut Erdogan, kalau militer Turki juga menargetkan warga sipil, tentu Afrin sudah takluk sekarang ini. "Afrin pasti sudah jatuh jika kami menargetkan warga sipil," kata dia seperti dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (14/3).

Erdogan menilai, Operasi Ranting Zaitun ini sekaligus untuk memotret kekejaman kelompok militan Kurdi di Afrin. Terlebih, anggota kelompok tersebut menyamar sebagai orang lokal dan membantai anak-anak.

Turki pada 20 Januari lalu meluncurkan Operasi Ranting Zaitun untuk menaklukkan kelompok ISIS dan militan Kurdi YPG/PKK di Afrin, Suriah. Staf umum Turki menyatakan operasi tersebut untuk membangun keamanan dan stabilitas di sepanjang perbatasan Turki dan wilayah Afrin.

Selain itu juga untuk melindungi warga Suriah dari penindasan dan kekejaman kelompok militan tersebut. Operasi itu dilakukan berdasarkan hukum internasional, resolusi Dewan Keamanan PBB, hak pembelaan diri berdasarkan piagam PBB, dan penghormatan terhadap integritas wilayah Suriah. Pihak militer juga menyatakan bahwa hanya target teror yang digempur.




Credit  republika.co.id