Jumat, 01 Maret 2019

Korea Utara: Donald Trump Terlalu Menuntut di KTT Vietnam





CB, Jakarta - Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho mengatakan Korea Utara mengajukan proposal yang realistis, namun menurutnya, Donald Trump menuntut lebih selama KTT di Vietnam.
Menurut Ri, seperti dilaporkan Reuters, 1 Maret 2019, Korea Utara bersedia untuk membongkar kompleks nuklir Yongbyon. Namun AS baru bisa melepas semua sanksi secara bertahap, jika Korea Utara bersedia melucuti semua material produksi nuklir, termasuk plutonium dan uraniun di bawah pengawasan AS.

"Jika AS menghapus sebagian sanksi, pasal sanksi yang menyangkut ekonomi dan kelangsungan hidup rakyat kami, kami akan melucuti seluruh material produksi dan fasilitas nuklir di Yongbyon, termasuk plutonium dan uranium," kata Ri, dikutip dari CNN.

Ri mengatakan Korea Utara hanya meminta kelonggaran sanksi sebagian, bukan kelonggaran sanksi penuh. KTT dua hari di Hanoi yang berakhir pada Kamis, berakhir buntu, Donald Trump dan Kim Jong Un tidak menyepakati apapun.
"Intinya, mereka ingin sanksi dicabut seluruhnya, dan kami tidak bisa melakukan itu," kata Trump pada konferensi pers setelah pertemuan puncak.

Fotot satelit fasilitas nuklir Yongbyon, Korea Utara.[38north.org]
Ri membantah pernyataan Trump, dengan mengatakan Korea Utara hanya meminta penghapusan lima dari 11 sanksi yang dikenakan oleh Dewan Keamanan PBB untuk menghukum Pyongyang karena uji coba rudal balistik nuklir dan balistik.
Sanksi-sanksi itu telah menghalangi upaya Kim Jong Un untuk meningkatkan ekonomi Korea Utara dan meningkatkan mata pencaharian rakyatnya, salah satu tujuan pemimpin muda Korea Utara.

Ri mengaku Korea Utara bersedia denuklirisasi jika kedua pihak saling membangun rasa percaya. Dirinya juga mengklaim Korea Utara juga menghentikan uji coba nuklir secara permanen.Donald Trump mengatakan pembicaraan dua hari dengan Kim Jong Un di Vietnam mengalami kemajuan yang baik untuk membangun hubungan dan menuju isu denuklirisasi, dan tidak perlu tergesa-gesa daripada meneken kesepakatan yang buruk.




Credit  tempo.co