Senin, 04 Maret 2019

Kemampuan Tempur India dan Pakistan dari Pesawat Hingga Nuklir


Pasukan militer India berjaga-jaga sebelum dilakukan pembebasan pilot Angkatan Udara India Abhinandan, yang ditangkap Pakistan pada hari Rabu, di perbatasan Wagah, di pinggiran kota utara Amritsar, India, 1 Maret 2019. Pakistan membebaskan pilot India yang ditahan setelah pesawatnya ditembak jatuh di wilayah Kashmir. REUTERS/Danish Siddiqui
Pasukan militer India berjaga-jaga sebelum dilakukan pembebasan pilot Angkatan Udara India Abhinandan, yang ditangkap Pakistan pada hari Rabu, di perbatasan Wagah, di pinggiran kota utara Amritsar, India, 1 Maret 2019. Pakistan membebaskan pilot India yang ditahan setelah pesawatnya ditembak jatuh di wilayah Kashmir. REUTERS/Danish Siddiqui

CB, Jakarta - Dua negara nuklir, India dan Pakistan mulai terlibat pertempuran darat di Kashmir, sehari setelah pembebasan pilot tempur India yang ditahan Pakistan.
Sejak kemerdekaan keduanya apda 1947, India dan Pakistan terlibat konflik terutama di wilayah Himalaya, Kashmir.
Dua negara terlibat beberapa perang besar dan yang terakhir terjadi pada 1999, menewaskan ribuan orang di garis perbatasan Kashmir yang dikenal Line of Control (LoC).
Sehabis pertempuran itu, kedua negara mulai membangun kekuatan militernya.

Sepuluh tahun setelahnya, militer India kini melampau Pakistan dalam jumlah pesawat tempur, tentara, tank dan helikopter.
Menurut laporan CNN, 3 Maret 2019, yang mengutip data SIPRI, belanja militer India melampaui Pakistan dan mencapai US$ 64 miliar (Rp 903 triliun) berbanding US$ 11 miliar (Rp 155 triliun).

India memiliki sekitar 3 juta personel militer, sementara Pakistan meiliki 1 juta personel.
Namun India mesti membagi pasukannya ke wilayah timur lautnya yang berbatasan dengan Cina. Pada 1962, India dan Cina pernah bertempur di perbatasan, dan konflik terakhir terjadi di Doklam pada 2017.

Pasukan militer India berjaga-jaga sebelum dilakukan pembebasan pilot Angkatan Udara India Abhinandan, yang ditangkap Pakistan pada hari Rabu, di perbatasan Wagah, di pinggiran kota utara Amritsar, India, 1 Maret 2019. Perdana Menteri Pakistan mengatakan pilot India akan dibebaskan pada hari Jumat, setelah militer Pakistan mengkonfirmasi empat warga sipil Pakistan tewas selama serangan udara India di Kashmir. REUTERS/Danish Siddiqui
Di lain sisi, Cina memiliki kedekatan dengan Pakistan yang menyuplai alutsista Pakistan. 40 persen ekspor senjata Cina dikirim ke Pakistan, menurut data forum diskusi Brookings Institution di Washington.
Sementara India lebih dekat dengan negara-negara Barat untuk modernisasi militernya.

Di antara pembelian peralatan baru-baru ini adalah peringatan dini udara dan pesawat kontrol dengan teknologi Israel dan badan pesawat AS. Selain itu, artileri buatan AS dikerahkan di sepanjang garis perbatasan Kashmir untuk menggantikan senjata Swedia 1980-an, kata Nishank Motwani, pakar India dan Pakistan di Akademi Diplomasi Asia-Pasifik.
India bahkan menginginkan lebih banyak teknologi militer baru, tetapi seringkali dihambat oleh kontrol ekspor yang ketat dari pemasok utama seperti AS dan Inggris. Menurut pengamat, India terpaksa mengekspor senjata karena kekurangan industri militer.

Sementara Pakistan sedang membuat pesawat tempurnya sendiri JF-17 dari rancangan Cina.
Menurut beberapa laporan, JF-17 adalah salah satu dari skuadron yang menembak jatuh salah satu MiG 21 India.
MiG-21 buatan Uni Soviet adalah tulang punggung angkatan udara India. India memiliki sekitar 200 unit MiG dan masih beroperasi.

Keuntungan India adalah luas wilayah, di mana luas India nyaris empat kali dari Pakistan. Ini menjadi modal India untuk menjauhkan aset militernya dari perbatasan dan membuat India unggul di udara. Sementara Pakistan akan lebih kesulitan melindungan pangkalan militer dan persenjataannya.
Sementara keuntungan udara tampaknya condong ke arah India, aksi darat skala besar melintasi perbatasan akan lebih sulit bagi India.
Perbatasan Pakistan memiliki medan yang curam dan terdiri dari perbatasan internasional, membuat formasi darat India kesulitan.

Kereta yang mengangkut truk dan senjata artileri tentara India di sebuah stasiun kereta di pinggiran Jammu, India, Kamis, 28 Februari 2019. Dalam serangan bom mobil tersebut, sedikitnya 42 tentara India tewas. REUTERS
Pakistan, dengan garis pantai yang jauh lebih kecil untuk dipertahankan, telah menempatkan bagian terbesar dari sumber daya ke pasukan dan angkatan udara, kata Motwani.
New Delhi memiliki kapal induk dan kapal selam bertenaga nuklir dalam armadanya, peralatan tempur yang tidak dapat disamakan dengan Pakistan.
Satu-satunya senjata yang sejajar bagi kedua negara, dan yang paling ditakuti adalah senjata nuklir.
Stockholm Internasional Peace Research Institute (SIPRI) tahun lalu merilis data bahwa Pakistan memiliki 140 sampai 150 hulu ledak nuklir dan India memiliki 130 hingga 140 nuklir.

Peter Layton, mantan perwira Angkatan Udara Australia dan sekarang peneliti di Griffith Asia Institute, mengatakan jika situasi semakin mendesak bagi Pakistan, maka komandan tingkat rendah Pakistan siap membuka gudang nuklir mereka.
"Pakistan memiliki kebijakan strategis untuk mendelegasikan persetujuan pelepasan nuklir ke unit-unit taktis tingkat rendah," katanya. "Ada bahaya nyata karena kelonggoran nuklir itu, yaitu komandan tingkat rendah yang menggunakan senjata nuklir taktis jika mereka mau."
Menurut Motwana, Pakistan ingin India sadar bahwa ancaman nuklir mereka akan selalu ada. Setiap kali India melakukan serangan balasan, Pakistan tidak segan untuk mengeluarkan ancaman senjata nuklirnya jika senjata konvensional gagal.



Credit  tempo.co