Rabu, 20 Februari 2019

Utusan Korut ke Vietnam Jelang KTT Trump-Kim Jong-un


Utusan Korut ke Vietnam Jelang KTT Trump-Kim Jong-un
Utusan Korut untuk AS, Kim Hyok Chol, bertolak ke Vietnam guna mendiskusikan persiapan pertemuan kedua Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un di Hanoi. (AFP Photo/Ed Jones)




Jakarta, CB -- Utusan Korea Utara untuk Amerika Serikat, Kim Hyok Chol, dilaporkan bertolak ke Vietnam guna mendiskusikan persiapan pertemuan kedua Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un di Hanoi pada 27-28 Februari mendatang.

Kim Hyok Chol dilaporkan tiba di Beijing, China, Selasa (19/2) sekitar pukul 10.00 waktu lokal dan diperkirakan akan melanjutkan penerbangan ke Hanoi di hari yang sama.

Di Hanoi, Kim Hyok Chol akan bertemu dengan utusan AS untuk Korut, Stephen Beigun. Awal bulan ini, keduanya bertemu di Pyongyang dan mendiskusikan "posisi masing-masing pihak mengenai denuklirisasi" jelang KTT kedua Trump dan Kim Jong-un nanti.

Beigun mengatakan pembicaraannya dengan Kim Hyok Chol di Pyongyang produktif, tapi meminta lebih banyak dialog lagi antara kedua belah pihak.


"Untuk saat ini dan seterusnya, kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan bersama Korut," ucap Beigun.

Meski begitu, dia yakin bahwa kedua negara tetap berkomitmen membuat progres signifikan terkait denuklirisasi.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan pertemuan Beigun dan Kim Hyok Chol di Hanoi akan lebih jauh mengeksplorasi "komitmen Trump dan Kim Jong-un terkait perlucutan senjata nuklir di Semenanjung Korea secara menyeluruh."

Kementerian itu juga menyebut pertemuan kedua utusan itu diharapkan mampu mengeksplorasi penguatan relasi AS-Korut dan membangun perdamaian abadi di Semenanjung Korea.

Selain itu, deklarasi perdamaian yang akan mengakhiri Perang Korea 1950-1953 juga diperkirakan akan diangkat Beigun dan Kim Hyok Chol. Bulan lalu, Beigun mengatakan Trump "siap untuk mengakhiri perang."

Tiga hari sebelum kedatangan Kim Hyok Chol, Kepala Staf Pemimpin Korut, Kim Chang Son, telah lebih dulu tiba di Hanoi untuk mempersiapkan masalah protokol dan keamanan dengan pihak AS.

Sejumlah ahli berharap ada progres nyata terkait denuklirisasi dalam perjumpaan kedua Trump dan Kim nanti karena pada pertemuan perdana mereka di Singapura tahun lalu dianggap gagal meraih kemajuan signifikan.






Credit  cnnindonesia.com