Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (REUTERS/Carlos Barria)
"Kami akan menghancurkan Turki secara ekonomi jika mereka menyerang suku Kurdi. Kami juga tak ingin Kurdi memprovokasi Turki," cuit Trump melalui akun Twitternya, seperti dikutip CNN, Senin (14/1).
Penasihat keamanan nasional AS, John Bolton, mengatakan penarikan pasukan akan bergantung pada keputusan Turki untuk tidak menyerang Kurdi begitu pasukan AS meninggalkan Suriah.
Turki memandang kelompok suku Kurdi yang mempunyai sayap politik Partai Pekerja Kurdi (PKK), dan sayap militer mereka yaitu Peshmerga, YPJ, dan YPG sebagai organisasi teroris. Di Suriah, mereka turut terlibat dalam perang saudara melawan rezim Presiden Bashar al-Assad dan bertempur melawan ISIS.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Bolton.
"Bolton melakukan kesalahan serius. Jika ia berpikir seperti itu, ia melakukan kesalahan besar. Kami tidak akan berkompromi," kata Erdogan.
Keputusan Trump menarik seluruh pasukan dari medan perang di Suriah pada Desember 2018 lalu sudah mulai dilakukan. Pada pekan lalu, sebagian dari pasukan AS di Suriah dilaporkan mulai mengemasi sejumlah peralatan tempur. Trump meminta penarikan pasukan dilakukan bertahap dengan tenggat maksimal empat bulan.
Keputusan Trump menarik 2000 pasukan dari Suriah ditentang sejumlah pihak. Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis memilih mundur sehari setelah Trump memutuskan hal tersebut.
Melalui cuitan dalam akun Twitternya pada Minggu kemarin, Trump juga menambahkan Rusia, Iran dan Suriah merupakan tiga negara yang menerima manfaat terbesar dari kebijakan jangka panjang AS menghancurkan ISIS di Suriah.
"Kami juga mendapatkan manfaat, tapi sekarang saatnya membawa pasukan kami kembali ke rumah. Hentikan perang tanpa hati!," cuit Trump.
Credit cnnindonesia.com