TEL AVIV
- Kepala staff militer Israel yang baru, Letnan Jenderal Aviv Kochavi
bersumpah untuk memperkuat kemampuan tentara Israel dan mengubahnya
menjadi kekuatan yang mematikan dan efisien.
"Sekarang, seperti giliran saya, dan saya telah menerima tanggung jawab memimpin pasukan, saya berkomitmen untuk mendedikasikan seluruh energi saya, dengan pendekatan kritis dan menuntut, untuk memperkuat tembok pertahanan kita," kata Kochavi.
"Untuk melatih ancaman sekarang dan masa depan, yang berfokus pada penguatan kemampuan serangan kami terhadap musuh-musuh kami, dan menghadirkan pasukan yang mematikan, efisien dan modern, yang mempertahankan misinya dan keunikannya," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (15/1).
"Sekarang, seperti giliran saya, dan saya telah menerima tanggung jawab memimpin pasukan, saya berkomitmen untuk mendedikasikan seluruh energi saya, dengan pendekatan kritis dan menuntut, untuk memperkuat tembok pertahanan kita," kata Kochavi.
"Untuk melatih ancaman sekarang dan masa depan, yang berfokus pada penguatan kemampuan serangan kami terhadap musuh-musuh kami, dan menghadirkan pasukan yang mematikan, efisien dan modern, yang mempertahankan misinya dan keunikannya," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (15/1).
Kochavi
sendiri sempat bertugas di Brigade Penerjun dan dipromosikan ke
beberapa posisi sampai ia menjadi komandan Brigade Utara. Dia adalah
komandan unit senjata, komandan Brigade Gaza, kepala Divisi Operasi di
Dinas Intelijen Militer Israel, sebelum memimpin badan yang sama.Dia
juga sempat menjabat sebagai wakil kepala staf militer Israel.
Sebelumnya, pensiunan militer Israel, Mayor Jenderal Yitzhak Brick mengungkap rahasia, sekaligus kelemahan militer Israel. Brick menyatakan bahwa tentara Israel tidak siap, baik secara mental ataupun kemampuan, untuk terjun di medan perang.
Bricks, yang baru saja pensiun dengan jabatan terakhir sebagai ombudsman Pasukan Pertahanan Israel atau IDF, mengatakan militer Israel saat ini tidak mempersiapkan tentara dengan baik.
"Israel saat ini membentuk tentara ke dalam situasi di mana ia dapat memberikan jawaban atas dua ancaman Lebanon dan Gaza. Tampaknya telah terjadi perubahan di Timur Tengah, Suriah telah kembali. Ancaman utama yang belum dipertimbangkan sudah dekat kita," ucapnya.
Sebelumnya, pensiunan militer Israel, Mayor Jenderal Yitzhak Brick mengungkap rahasia, sekaligus kelemahan militer Israel. Brick menyatakan bahwa tentara Israel tidak siap, baik secara mental ataupun kemampuan, untuk terjun di medan perang.
Bricks, yang baru saja pensiun dengan jabatan terakhir sebagai ombudsman Pasukan Pertahanan Israel atau IDF, mengatakan militer Israel saat ini tidak mempersiapkan tentara dengan baik.
"Israel saat ini membentuk tentara ke dalam situasi di mana ia dapat memberikan jawaban atas dua ancaman Lebanon dan Gaza. Tampaknya telah terjadi perubahan di Timur Tengah, Suriah telah kembali. Ancaman utama yang belum dipertimbangkan sudah dekat kita," ucapnya.
"Bagaimana
Anda membangun pasukan tanpa mempertimbangkan perubahan di Timur
Tengah? Ini adala sesuatu tidak bertanggung jawab di tingkat nasional,"
sambungnya.
Dia mengatakan misinya sebagai ombudsman adalah memecahkan gelembung ilusi IDF, yakni apa yang terjadi dengan militer Israel, perkembangan apa saja, hanya boleh diketahui oleh lingkup internal.
"Rahasia terdalam militer, bahwa mereka melakukan segalanya untuk menjaga keamanan, adalah bahwa apa yang terjadi di militer tetap ada di sana. Mereka telah melakukannya dengan sukses luar biasa sampai hari ini, sampai Brick ini datang dan memecahkan gelembung," ungkapnya.
Dia mengatakan misinya sebagai ombudsman adalah memecahkan gelembung ilusi IDF, yakni apa yang terjadi dengan militer Israel, perkembangan apa saja, hanya boleh diketahui oleh lingkup internal.
"Rahasia terdalam militer, bahwa mereka melakukan segalanya untuk menjaga keamanan, adalah bahwa apa yang terjadi di militer tetap ada di sana. Mereka telah melakukannya dengan sukses luar biasa sampai hari ini, sampai Brick ini datang dan memecahkan gelembung," ungkapnya.
Credit sindonews.com