WASHINGTON
- Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) telah memberi tahu anggota
parlemen tentang niatnya untuk mengejar pembelian dua kapal induk kelas
Ford sekaligus. Rencana itu diungkap kantor Senator Tim Kaine.
Rencana pembelian dua kapal induk sekaligus itu diklaim sebagai sebuah langkah untuk menghemat miliaran dolar ketika pemerintahan Presiden Donald Trump mencoba untuk memperluas ukuran armada militer Amerika.
Keputusan itu muncul sembilan bulan setelah AL Amerika menyatakan minatnya untuk membeli blok dan meminta pembuat kapal Huntington Ingalls Industries untuk perincian harga pada biaya dua kapal induk. Menggandakan pesanan untuk kapal paling mahal di armada AS tersebut, menurut Angkatan Laut, dalam upaya untuk menyelamatkan dana.
Angkatan Laut telah menugaskan kapal induk kelas Ford pertama, USS Gerald R. Ford, pada Juli 2017, tiga tahun lebih lambat dari jadwalnya. Anggaran misi kapal itu melebihi miliaran dolar dari ketentuan. Ford harganya sekitar USD13 miliar.
Konstruksi untuk kapal induk USS John F. Kennedy, kapal induk berikutnya di kelas Ford, sudah mencapai titik tengah musim panas ini.
Angkatan Laut mengatakan akan menghabiskan total sekitar USD43 miliar untuk membangun tiga kapal pertama di kelas Ford. Chief Executive Huntington Ingalls, Mike Petters mengatakan pembelian multi-kapal adalah cara terbaik untuk mengurangi biaya.
Kaine, politisi dari Virginia dan anggota Komite Layanan Bersenjata Senat AS, mengatakan pembelian satu blok akan menghemat miliaran dan memberikan stabilitas lebih bagi komunitas pembuatan kapal Hampton Roads di Virginia tenggara.
"Langkah cerdas ini akan menghemat dolar pembayar pajak dan membantu memastikan galangan kapal dapat mempertahankan tenaga kerja terampil untuk menyelesaikan pekerjaan," katanya dalam sebuah pernyataan, yang dikutip dari Reuters, Kamis (3/1/2019).
Rencana pembelian dua kapal induk sekaligus itu diklaim sebagai sebuah langkah untuk menghemat miliaran dolar ketika pemerintahan Presiden Donald Trump mencoba untuk memperluas ukuran armada militer Amerika.
Keputusan itu muncul sembilan bulan setelah AL Amerika menyatakan minatnya untuk membeli blok dan meminta pembuat kapal Huntington Ingalls Industries untuk perincian harga pada biaya dua kapal induk. Menggandakan pesanan untuk kapal paling mahal di armada AS tersebut, menurut Angkatan Laut, dalam upaya untuk menyelamatkan dana.
Angkatan Laut telah menugaskan kapal induk kelas Ford pertama, USS Gerald R. Ford, pada Juli 2017, tiga tahun lebih lambat dari jadwalnya. Anggaran misi kapal itu melebihi miliaran dolar dari ketentuan. Ford harganya sekitar USD13 miliar.
Konstruksi untuk kapal induk USS John F. Kennedy, kapal induk berikutnya di kelas Ford, sudah mencapai titik tengah musim panas ini.
Angkatan Laut mengatakan akan menghabiskan total sekitar USD43 miliar untuk membangun tiga kapal pertama di kelas Ford. Chief Executive Huntington Ingalls, Mike Petters mengatakan pembelian multi-kapal adalah cara terbaik untuk mengurangi biaya.
Kaine, politisi dari Virginia dan anggota Komite Layanan Bersenjata Senat AS, mengatakan pembelian satu blok akan menghemat miliaran dan memberikan stabilitas lebih bagi komunitas pembuatan kapal Hampton Roads di Virginia tenggara.
"Langkah cerdas ini akan menghemat dolar pembayar pajak dan membantu memastikan galangan kapal dapat mempertahankan tenaga kerja terampil untuk menyelesaikan pekerjaan," katanya dalam sebuah pernyataan, yang dikutip dari Reuters, Kamis (3/1/2019).
Angkatan
Laut pada 2016 merilis keinginannya untuk membangun struktur kekuatan
dengan memiliki 355 kapal. Keinginan sebelumnya adalah memiliki 308
kapal. Namun, Layanan Penelitian Kongres menyatakan ukuran kepemilikan
sebenarnya pada umumnya adalah antara 270 dan 290 kapal.
Jika terealisasi, armada 355 kapal akan mencakup 12 kapal induk. Amerika Serikat saat ini mengoperasikan 11 kapal induk atau beberapa kali lebih banyak dari negara lain.
Jika terealisasi, armada 355 kapal akan mencakup 12 kapal induk. Amerika Serikat saat ini mengoperasikan 11 kapal induk atau beberapa kali lebih banyak dari negara lain.
Credit sindonews.com