Pihak-pihak yang terlibat perang di Yaman harus menahan diri.
CB, WASHINGTON—
Perang di Yaman harus diakhiri, dan Arab Saudi serta Uni Emirat Arab
harus dimintai pertanggung-jawab atas kerusakan yang mereka sebabkan.
Pernyataan
ini disampaikan Tawakkol Karman, seorang wartawati Yaman, yang juga
peraih Nobel Perdamaian, menyikapi perang di negaranya.
Dalam satu artikel opini untuk
The Washington Post,
dia menulis perang tersebut telah mengakibatkan kerusakan luas pada
prasarana Yaman dan telah membuat jutaan orang berada di tepi kelaparan.
"Mengapa
Arab Saudi dan sekutu mereka menolak untuk mengizinkan pemerintah yang
sah kembali ke wilayah yang sudah dibebaskan?" tulis Tawakkol Karman,
sebagaimana dikutip Kantor Berita
Anadolu, yang dipantau
Antara di Jakarta, Kamis (22/11) malam.
"Mengapa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dua negara paling kaya di dunia, membiarkan krisis kemanusiaan ini berlangsung terus?"
Sementara
itu, Yaman telah menghadapi blokade darat, laut dan udara, dan telah
terjadi "pembantaian warga sipil" di pasar, kamp pengungsi, rumah sakit
dan sekolah.
"Jalan bagi diakhirinya perang sudah
jelas. Pertama, Amerika Serikat dan negara lain harus menghentikan
eksport senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE)," tulis
Tawakkol.
Baik Dewan Keamanan PBB maupun pendukung
Barat koalisi pimpinan Arab Saudi tak pernah mempertanyakan logika di
balik konflik itu, kata wartawati tersebut.
Yaman
tetap porak-poranda oleh kerusuhan sejak 2014, ketika gerilyawan Syiah
Al-Houthi merebut sebagian besar wilayah negeri itu, termasuk Ibu
Kotanya, Sana'a.
Konflik itu meningkat pada 2015,
ketika Arab Saudi dan sekutu Arab-Sunninya melancarkan operasi udara
yang memporak-porandakan di Yaman dengan tujuan memutar-balikkan
perolehan gerilyawan Al-Houthi.
Puluhan ribu orang,
termasuk banyak warga sipil Yaman. diduga telah tewas dalam konflik
tersebut, yang telah membuat sebagian besar prasarana dasar di negeri
itu menjadi puing.
PBB saat ini memperkirakan bahwa
sebanyak 14 juta warga Yaman terancam kelaparan, dan dengan menggunakan
data yang diberikan oleh PBB, kelompok hak asasi manusia Save the
Children menyimpulkan bahwa 85.000 anak yang berusia di bawah lima tahun
di Yaman telah meninggal akibat kelaparan.
Tawakkol
Karman juga mengatakan pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi dapat
menciptakan "kesadaran global" mengenai Arab Saudi dan mengembalikan
perhatian ke krisis di Yaman.
Khashoggi, wartawan
Arab Saudi dan kolumnis untuk The Washington Post, hilang setelah ia
memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober.
Setelah
mulanya mengatakan ia "telah meninggalkan Konsulat itu dalam keadaan
hidup", Pemerintah Arab Saudi beberapa pekan kemudian mengakhi bahwa
Khashoggi tewas di dalam Konsulat.
Peraih Nobel tersebut juga menyatakan bahwa gerilyawan Al-Houthi "harus dipaksa mengakhiri prilakunya yang merusak".
"Arab Saudi, UAE dan gerilyawan Al-Houthi harus diberitahu dengan satu suara: Cukup sudah semuanya," tambah Tawakkol Karman.