Kamis, 06 September 2018

Reaktor Nuklir Jepang Andalkan Baterai Darurat Pasca Gempa

Reaktor Nuklir Jepang Andalkan Baterai Darurat Pasca Gempa
Ilustrasi (REUTERS/Gleb Garanich) 


Jakarta, CB -- Pembangkit nuklir di utara Jepang terpaksa mengunakan tenaga cadangan daruratnya setelah gempa berkekuatan 6,6 skala richter mengguncang Hokkaido, Jepang, pada Kamis (6/9).

Peristiwa ini membangkitkan lagi memori warga akan horor bocornya reaktor pembangkit nuklir Fukushima saat gempa guncang Jepang pada 2011.

Gempa yang terjadi dini hari tadi membuat tiga reaktor nuklir Tomari kehilangan daya. Reaktor-reaktor itu dioperasikan Badan Tenaga Listrik Hokkaido. Sebenarnya sejak kejadian bocornya reaktor nuklir Fukushima tujuh tahun lalu akibat gempa dan tsunami, sebagian dari reaktor ini telah dinonaktifkan.


Akibat guncangan gempa, reaktor-reaktor tersebut mengalami peningkatan panas. Namun, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan bahan bakar reaktor nuklir telah didinginkan dengan tenaga darurat dari generator diesel.

Berdasarkan keterangan operator situs nuklir, Suga mengonfirmasi bahwa tidak ada penyimpangan radiasi akibat insiden itu.

Dikutip Reuters, operator mengatakan generator diesel memiliki cukup bahan bakar untuk memasok daya bagi reaktor-reaktor itu untuk sepekan ke depan.

Otoritas melaporkan gempa dangkal dini hari tadi berpusat di 62 kilometer tenggara ibukota Hokkaido, Sapporo, dan tak berpotensi tsunami.

Gempa susulan 5,3 SR dan beberapa guncangan lebih kecil lainnya juga dilaporkan terjadi sepanjang malam beberapa saat setelah gempa utama berlangsung.

Kantor berita NHK melaporkan seorang tewas, 32 orang lainnya hilang, dan ratusan lainnya terluka akibat gempa.


Hokkaido Electric menghentikan semua pembangkit listrik berbahan bakar diesel tak lama setelah gempa terjadi. Hal ini membuat aliran listrik bagi sedikitnya 3,3 juta rumah tangga di wilayah itu terputus.

Pemadaman listrik juga menyebabkan Bandara New Chitose di Hokkaido lumpuh. Ini merupakan bandara besar kedua Jepang yang terpaksa tutup dalam dua hari setelah Topan Jebi melanda Negeri Matahari Terbit itu sejak awal pekan ini.

Jepang memang berada di jalur cincin api Pasifik, wilayah yang rawan gempa.

Pada Maret 2011 lalu, gempa terbesar dalam sejarah berkekuatan 9 skala richter mengguncang pantai utara Jepang, tepatnya di Fukushima di pulau Honshu.

Gempa tersebut mengakibatkan tsunami. Salah satu situs nuklir terbesar ketiga di dunia, Fukushima Daiichi Nuclear Power Plant, juga terdampak gempa dan tsunami hingga menyebabkan serangkaian ledakan serta kebocoran radiasi. Insiden itu merupakan bencana nuklir terburuk di dunia sejak 25 tahun terakhir.




Credit cnnindonesia.com