Hubungan Turki dan AS sebelumnya kurang harmonis.
CB, ANKARA -- Turki akan lebih memperkuat jalinan kerja sama yang strategis
dengan Amerika Serikat, khususnya pada bidang perekonomian melalui
perusahaan asal negeri Paman Sam itu. Kerja sama itu dibangun dengan
melakukan investasi dan perdagangan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menerima beberapa perwakilan
perusahaan Amerika untuk Turki, pada Rabu (19/9) malam di Ankara. "Kerja
sama strategis Turki dan AS akan lebih diperkuat melalui investasi dan
perdagangan, terlepas dari semua pasang surut," kata dia dilansir
Anadolu Agency, Kamis (20/9).
Erdogan
menyampaikan bahwa beberapa hal sudah diselesaikan negaranya meski
terjadi konflik, kesulitan dan ketidakstabilan di antara kedua negara.
"Kita tahu apa yang telah diselesaikan Turki meski ada ketidakstabilan,
konflik dan kesulitan. Masalah-masalah ini bisa diatasi. Masa depan
Turki akan jauh lebih cerah," tutur dia.
Pertemuan antara
pihak perusahaan dan Erdogan berlangsung secara tertutup di kompleks
kepresidenan. Pertemuan dua jam itu turut dihadiri Menteri Perindustrian
dan Teknologi Mustafa Varank, Menteri Perdagangan Ruhsar Pekcan dan
Wakil Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) Lutfi Elvan.
Sebelumnya,
hubungan Turki dan AS dalam kondisi yang kurang harmonis. Tensi kedua
negara kembali meningkat menyusul penahanan seorang pastur asal AS,
Andrew Brunson. Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan
sanksi berat ke Turki jika tak membebaskan Brunson.
Sebaliknya
Turki tak mau menuruti permintaan AS. Hingga akhirnya, Trump memutuskan
untuk melipatgandakan tarif terhadap impor aluminium dan baja dari
Turki masing-masing sebesar 20 persen dan 50 persen. Keputusan itu
sempat menurunkan nilai mata uang Turki, Lira hingga dari 6,6 per dolar
AS.
Nilai itu sekaligus menjadi titik terendah dalam
sejarah terhadap mata uang asing. Sementara, Erdogan saat itu optimistis
negaranya punya salah satu sistem perbankan yang paling kuat di dunia
dalam segala hal.