Serangan bom terjadi di 14 lokasi di empat provinsi selatan Thailand.
CB,
BANGKOK -- Beberapa serangan bom yang diduga dilakukan oleh gerilyawan
separatis, melukai sedikitnya tiga orang di selatan Thailand, pada Ahad
(20/5) waktu setempat. Seorang militer, Kolonel Pramote Prom-in
mengatakan, serangan terjadi di 14 lokasi di empat provinsi Thailand
bagian Selatan.
Dilansir
Reuters, serangan
pada Ahad itu dilakukan dengan cara menempatkan bahan peledak di dekat
mesin ATM dan cabang bank di setidaknya 14 lokasi di empat provinsi
selatan. “Termasuk Yala, Pattani, dan Narathiwat, serta provinsi
Songkhla,” ujar Prom-in yang juga merupakan seorang juru bicara keamanan
regional, kepada
Reuters.
Dia menyebut, setiap selama periode Ramadan, kekerasan di
Thailand kerap terjadi. Namun, seperti kebanyakan serangan di selatan
Thailand, tidak ada klaim tanggung jawab.
Sebuah
pemberontakan separatis telah terjadi selama puluhan tahun yang lalu, di
sebagian besar etnis Budha di Thailand, provinsi Muslim Yala, Pattani
dan Narathiwat. Menurut kelompok Deep South Watch yang memantau isu
kekerasan di Thailand, akibat pemberontakan itu, sebuah serangan telah
merenggut nyawa hampir 7.000 orang sejak 2004,
Pemerintah
sendiri berturut-turut telah mengadakan pembicaraan dengan
kelompok-kelompok pemberontak. Hal itu bertujuan untuk membawa
perdamaian tetapi sebagian besar diskusi terhenti, termasuk di bawah
pemerintahan militer saat ini.
Yala, Pattani, dan
Narathiwat adalah bagian dari kesultanan Muslim Melayu independen
sebelum Thailand mencaploknya pada tahun 1909. Beberapa kelompok
pemberontak di selatan mengatakan mereka berjuang untuk mendirikan
negara merdeka.
Perdana Menteri Thailand, Prayuth
Chan-ocha mengatakan kepada media lokal pada April yang lalu,
pemerintahnya telah membuat kemajuan besar dalam pembicaraan dengan
pemberontak. Pembicaraan itu pun telah dimediasi oleh negara tetangga
Malaysia sejak 2015.
Namun juru bicara Mara Patani, salah satu kelompok pemberontak yang berbicara dengan pemerintah, mengatakan kepada
Reuters
kemajuan pembicaraan itu tidak berjalan dengan baik. Pihaknya
menyalahkan pemerintah Thailand karena membuat lama proses pembicaraan.