Hassan Rouhani
Foto: AP Photo/Keystone,Jean-Christophe Bot
AS berencana memperluas kemampuan nuklirnya.
CB,
TEHERAN -- Iran menuding Amerika Serikat (AS) mengancam Rusia dengan
senjata atom baru. Tudingan tersebut merujuk pada sebuah dokumen yang
menguraikan rencana AS memperluas kemampuan nuklirnya.
Tinjauan terhadap kebijakan nuklir AS yang diterbitkan Jumat lalu itu
telah membuat Rusia marah besar dan memandang dokumen tersebut sebagai
konfrontasi dan menimbulkan kekhawatiran. Dokumen tersebut dinilai dapat
meningkatkan kesalahpahaman antara kedua kekuatan dunia tersebut.
"Orang-orang
Amerika tanpa malu-malu mengancam Rusia dengan senjata atom baru. Orang
yang sama yang diduga percaya menggunakan senjata pemusnah massal
adalah kejahatan terhadap kemanusiaan sedang membicarakan senjata baru
untuk mengancam lawan-lawannya," kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam
sebuah pidato yang ditayangkan di televisi pada Ahad (4/2).
Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, dalam sebuah
tweet
memperingatkan dokumen kebijakan AS dapat menimbulkan risiko membawa
manusia mendekati kemusnahan. Dia juga mengatakan sikap keras Presiden
AS Donald Trump telah mematikan Rencana Aksi Bersama Komprehensif atau
JCPOA (perjanjian nuklir Iran dengan kekuatan dunia).
Trump
memberikan kesepakatan nuklir Iran melalui negosiasi sebelum dia
menjabat, dan penangguhan hukuman bulan lalu. Namun dia memperingatkan
para sekutunya dan kongres Eropa mereka harus bekerja sama dengannya
untuk memperbaiki semua kekurangan dalam perjanjian tersebut atau
menghadapi kenyataan, AS keluar dari kesepakatan itu.
Militer
AS telah menempatkan Cina dan Rusia sebagai lawan, yang dijuluki
kekuatan revisionis di pusat strategi pertahanan nasional baru yang
diresmikan awal bulan lalu untuk mengalihkan prioritas dari memerangi
milisi. Menurut pejabat AS, dengan memperluas kemampuan nuklirnya yang
rendah, AS akan bisa mencegah Rusia menggunakan senjata nuklir.
Dia
mengatakan, dia akan mengesampingkan sanksi terhadap Iran yang diangkat
sebagai bagian dari kesepakatan internasional untuk terakhir kalinya,
kecuali jika kondisinya terpenuhi. Ultimatum tersebut memberi tekanan
pada kekuatan Uni Eropa agar bersepakat mengekang program nuklir Iran
dan memenuhi keinginan Trump yang ingin perjanjian tersebut diperkuat
dengan kesepatan terpisah.
Credit
REPUBLIKA.CO.ID