Senin, 19 Februari 2018

Usai China Manuverkan Jet Tempur Su-35, AS Kerahkan Kapal Induk


Usai China Manuverkan Jet Tempur Su-35, AS Kerahkan Kapal Induk
Kapal induk Amerika Serikat, USS Carl Vinson, dan kelompok tempurnya telah dikerahkan ke Laut China Selatan Rabu lalu. Foto/REUTERS/Yonhap


WASHINGTON - Belum genap seminggu setelah skuadron jet tempur Su-35 China bermanuver di atas kawasan sengketa di Laut China Selatan, Amerika Serikat (AS) diam-diam mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson lengkap dengan kelompok tempurnya.

Kapal induk Nimitz-class sepanjang 1.092 kaki yang dikawal sejumlah kapal perang Pentagon melakukan latihan militer di Laut China Selatan pada hari Rabu lalu. Hal itu diumumkan Armada Pasifik Angkatan Laut AS hari Kamis.

“Carl Vinson akan ambil bagian dalam operasi keamanan maritim, di samping kelompok kapal penyerang untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas regional,” kata Armada Pasifik dalam pengumumannya yang dikutip dari The Standard, Jumat (16/2/2018).


Sekadar diketahui, sejumlah kapal yang tergabung dalam kelompok tempur USS Carl Vinson antara lain kapal induk Air Wing 2, dua kapal perusak Arleigh Burke-class; Wayne E Meyer dan Michael Murphy, dan kapal bersenjata rudal jelajah Tomahawk; USS Lake Champlain.

USS Lake Champlain mampir di Guam pada 12 Februari sebelum berangkat ke wilayah Indo-Pasifik.

Aksi saling unjuk kekuatan kedua negara yang berseteru ini akan membuat situasi di Laut China Selatan akan semakin memanas. Angkatan Laut AS bersumpah untuk terus menghadirkan kapal-kapal perangnya di kawasan tersebut sebagai bukti bahwa Amerika masih memiliki pengaruh regional.

”Kehadiran AS penting,” kata pejabat Angkatan Laut AS, Laksamana Muda John Fuller, kepada wartawan di atas kapal USS Carl Vinson. ”Saya pikir sangat jelas bahwa kita berada di Laut China Selatan. Kami beroperasi,” katanya lagi.


Fuller yang merupakan komandan Carl Vinson Strike Group, mengatakan bahwa kehadiran kapal setinggi 333 meter itu adalah cara untuk meyakinkan sekutu-sekutu Amerika.

”Negara-negara di Pasifik adalah negara maritim,” ujarnya. ”Mereka menghargai stabilitas, itulah tujuan kita sekarang. Ini adalah kehadiran yang sangat terlihat dan nyata. Amerika Serikat ada di sini lagi,” imbuh dia.

Beijing telah mengklaim sebagian besar kawasan Laut China Selatan yang diyakini menyimpan deposit minyak dan gas yang luas dan menghasilkan USD5 triliun setiap tahunnya dari lalu lintas kapal perdagangan dunia. Beijing dengan cepat cepat mereklamasi kawasan sengketa yang mampu menampung jet-jet tempur canggih sebagai pendukung klaimnya.

Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei juga memiliki klaim di laut tersebut. 


Dibandingkan dengan 11 kapal induk aktif di Angkatan Laut Amerika Serikat, China saat ini hanya memiliki satu kapal induk. Dua kapal induk Beijing sedang dalam proses pembangunan.

Meski kalah dalam jumlah kapal induk, negara adidaya di Asia tersebut tidak merahasiakan keinginannya untuk membangun kekuatan Angkatan Laut-nya dan menjadi lebih tegas secara regional.

Bulan lalu, Beijing mengatakan telah mengirim sebuah kapal perang untuk mengusir kapal perusak bersenjata rudal milik AS dengan alasan telah “melanggar” kedaulatan China dengan berlayar di dekat pulau buatan Beijing di Laut China Selatan.

”Kami akan mengikuti peraturan internasional dan kami akan menghormatinya, bahkan jika ada perselisihan di sana,” kata Fuller.



Credit  sindonews.com