WASHINGTON
- Ribuan orang dilaporkan memenuhi jalanan di sekitaran Gedung Putih
untuk memprotes keputusan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump
untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Aksi ini digelar oleh organisasi hak-hak sipil, dan advokasi Muslim terbesar di negara AS seperti Council on American-Islamic Relations (CAIR), Muslim Amerika untuk Palestina (AMP), Lingkaran Islam Amerika Utara (ICNA), Masyarakat Amarican Muslim (MAS), Dewan Organisasi Muslim AS, Komite Pengarah Nasional Amerika Turki (TASC).
Selain organisasi Muslim, sejumlah organisasi kemanusiaan berbasis agama lain juga ikut dalam aksi ini, salah satunya adalah Yahudi Amerika Melawan Zionisme.
"Yerusalem adalah Ibu Kota abadi Palestina. Apakah Trump atau temannya, penjahat perang, Benjamin Netanyahu suka atau tidak," Direktur AMP Osama Abu Irshaid mengatakan dalam aksi itu, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (17/12).
"Jika Presiden ingin memberikan properti kepada negara Israel, dia harus memberikan salah satu propertinya jika dia benar-benar memilikinya. Tapi kita tidak benar-benar tahu berapa banyak yang dimilikinya karena dia tidak pernah mengumumkan pajaknya," sambungnya.
Dia mengatakan bahwa Yerusalem bukan milik Trump, atau Israel, dan Trump tidak memiliki hak untuk menyerahkan tanah Palestina kepada Israel.
Sementara itu, Direktur TASC, Halil Mutlu, dalam demonstrasi tersebut menekankan pentingnya kota Yerusalem untuk tiga agama besar seperti Islam, Kristenisme, dan Yudaisme.
"Seperti yang kami katakan sebelumnya, Al-Quds (Yerusalem) adalah garis merah kami. 80 juta orang Turki dan jutaan orang Kristen, Yahudi dan Muslim di seluruh dunia menentang keputusan Trump," kata Mutlu.
Rabbi Yisroel Dovid Weiss, dan banyak orang Yahudi dari New York dan Washington yang tergabung Yahudi Amerika Melawan Zionisme, juga termasuk di antara mereka yang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut.
Aksi ini digelar oleh organisasi hak-hak sipil, dan advokasi Muslim terbesar di negara AS seperti Council on American-Islamic Relations (CAIR), Muslim Amerika untuk Palestina (AMP), Lingkaran Islam Amerika Utara (ICNA), Masyarakat Amarican Muslim (MAS), Dewan Organisasi Muslim AS, Komite Pengarah Nasional Amerika Turki (TASC).
Selain organisasi Muslim, sejumlah organisasi kemanusiaan berbasis agama lain juga ikut dalam aksi ini, salah satunya adalah Yahudi Amerika Melawan Zionisme.
"Yerusalem adalah Ibu Kota abadi Palestina. Apakah Trump atau temannya, penjahat perang, Benjamin Netanyahu suka atau tidak," Direktur AMP Osama Abu Irshaid mengatakan dalam aksi itu, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (17/12).
"Jika Presiden ingin memberikan properti kepada negara Israel, dia harus memberikan salah satu propertinya jika dia benar-benar memilikinya. Tapi kita tidak benar-benar tahu berapa banyak yang dimilikinya karena dia tidak pernah mengumumkan pajaknya," sambungnya.
Dia mengatakan bahwa Yerusalem bukan milik Trump, atau Israel, dan Trump tidak memiliki hak untuk menyerahkan tanah Palestina kepada Israel.
Sementara itu, Direktur TASC, Halil Mutlu, dalam demonstrasi tersebut menekankan pentingnya kota Yerusalem untuk tiga agama besar seperti Islam, Kristenisme, dan Yudaisme.
"Seperti yang kami katakan sebelumnya, Al-Quds (Yerusalem) adalah garis merah kami. 80 juta orang Turki dan jutaan orang Kristen, Yahudi dan Muslim di seluruh dunia menentang keputusan Trump," kata Mutlu.
Rabbi Yisroel Dovid Weiss, dan banyak orang Yahudi dari New York dan Washington yang tergabung Yahudi Amerika Melawan Zionisme, juga termasuk di antara mereka yang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut.
Credit sindonews.com