Lembaga pengawas penggunaan senjata kimia
global menemukan penggunaan gas sarin dalam serangan di kota kekuasaan
oposisi Suriah yang menewaskan 70 orang pada 30 Maret lalu.
(Reuters/Ammar Abdullah)
"Hasil analisis sampel menunjukkan dengan jelas adanya penggunaan sarin," ujar seorang sumber merujuk pada temuan Organisasi Pencegahan Senjata Kimia (OPCW), kepada Reuters, Rabu (4/10).
Temuan ini pun menambah panjang laporan penggunaan gas sarin di Suriah. Sebelumnya, tepatnya Juni lalu, Tim Pencari Fakta OPCW juga melaporkan penggunaan gas sarin dalam serangan di Kota Khan Sheikhoun pada 4 April.
Serangan yang menewaskan puluhan orang itu memicu amarah Amerika Serikat hingga akhirnya memutuskan untuk menyerang pangkalan udara Suriah.
Selama ini, Suriah selalu menampik penggunaan gas sarin oleh pihaknya. Mereka sudah berjanji akan menghancurkan senjata kimianya melalui perjanjian dengan Rusia dan AS pada 2013 lalu.
OPCW sendiri hanya berwenang menentukan ada tidaknya penggunaan gas sarin. Selanjutnya, tim gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OPCW akan menentukan pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Tim yang dikenal dengan nama Mekanisme Investigasi Gabungan (JIM) itu sebelumnya sudah menyatakan bahwa pasukan pemerintah Suriah bertanggung jawab atas serangan gas klorin pada 2014 dan 2015.
Mandat JIM akan berakhir pada November mendatang. Dewan Keamanan PBB pun mulai mempertimbangkan perpanjangan mandat JIM.
Namun, Rusia yang dikenal sebagai sekutu dekat rezim Bashar al-Assad, mempertanyakan kegunaan JIM. Sejumlah diplomat pun meragukan kemauan Moskow untuk memperpanjang mandat JIM.
Meski demikian, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Halley, mengatakan bahwa temuan ini memperkuat alasan untuk memperpanjang mandat JIM.
"Kita berutang pada para warga yang tak berdosa itu, termasuk anak-anak, yang menderita dan tewas di tangan rezim Suriah sehingga kita harus terus mendesak akuntabilitas penuh atas kejahatan mengerikan ini," katanya.
Credit cnnindonesia.com