Tentara Irak merebut wilayah Kirkuk tiga pekan setelah Kurdistan
mengadakan referendum kemerdekaan yang kontroversial. Militer Irak ingin
merebut kembali daerah-daerah di bawah kontrol Kurdi sejak ISIS
memasuki wilayah tersebut.
Seperti dilansir BBC, Selasa (17/10), Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan, Washington sangat prihatin dengan adanya laporan kekerasan di Kirkuk. "Kami mendukung pelaksanaan bersama secara damai oleh pemerintah pusat dan daerah, sesuai dengan konstitusi Irak, di semua wilayah yang disengketakan," katanya.
Nauert mengatakan AS bekerja dengan pejabat dari semua pihak untuk mendorong dialog. Ia mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengalahkan ISIS di Irak.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengatakan pejabat AS tidak memihak kepada Baghdad atau KRG. "Kami tidak menyukai kenyataan bahwa mereka bentrok," tambahnya.
Senator John McCain, yang memimpin Komite Angkatan Bersenjata Senat, memperingatkan Pemerintah Irak akan konsekuensi berat jika persenjataan yang diberikan AS disalahgunakan dalam operasi melawan pasukan Kurdi.
"Amerika Serikat menyediakan peralatan dan pelatihan kepada pemerintah Irak untuk berperang melawan ISIS dan mengamankan diri dari ancaman eksternal - bukan untuk menyerang unsur-unsur salah satu pemerintah daerahnya sendiri," katanya.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengatakan operasi di Kirkuk diperlukan untuk melindungi kesatuan negara, yang berada dalam bahaya pembagian karena referendum tersebut.
"Kami meminta semua warga negara untuk bekerja sama dengan angkatan bersenjata heroik kami, yang berkomitmen terhadap arahan ketat kami untuk melindungi penduduk sipil, dan untuk memberlakukan keamanan dan ketertiban, dan untuk melindungi instalasi dan institusi negara," tambahnya.
Pada Senin, militer Irak mengaku telah menguasai pangkalan militer K1, ladang minyak dan gas Baba Gurgur, dan kantor perusahaan minyak milik negara. Pemerintah di Baghdad mengatakan, tentara Peshmerga Kurdi telah menarik diri tanpa pertempuran. Namun, bentrokan dilaporkan terjadi dan suara tembakan terdengar di dekat sebuah pos pemeriksaan.
Sore hari, saat ribuan orang melarikan diri dari kota tersebut karena takut terjadi bentrokan antara kedua belah pihak, kendaraan militer Irak bergulir ke jantung Kirkuk. Sebuah gambar yang dibagikan di media sosial tampaknya menunjukkan pasukan Irak duduk di kantor gubernur. Pasukan menurunkan bendera Kurdi yang berkibar di samping bendera nasional Irak.
Seperti dilansir BBC, Selasa (17/10), Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan, Washington sangat prihatin dengan adanya laporan kekerasan di Kirkuk. "Kami mendukung pelaksanaan bersama secara damai oleh pemerintah pusat dan daerah, sesuai dengan konstitusi Irak, di semua wilayah yang disengketakan," katanya.
Nauert mengatakan AS bekerja dengan pejabat dari semua pihak untuk mendorong dialog. Ia mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengalahkan ISIS di Irak.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengatakan pejabat AS tidak memihak kepada Baghdad atau KRG. "Kami tidak menyukai kenyataan bahwa mereka bentrok," tambahnya.
Senator John McCain, yang memimpin Komite Angkatan Bersenjata Senat, memperingatkan Pemerintah Irak akan konsekuensi berat jika persenjataan yang diberikan AS disalahgunakan dalam operasi melawan pasukan Kurdi.
"Amerika Serikat menyediakan peralatan dan pelatihan kepada pemerintah Irak untuk berperang melawan ISIS dan mengamankan diri dari ancaman eksternal - bukan untuk menyerang unsur-unsur salah satu pemerintah daerahnya sendiri," katanya.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengatakan operasi di Kirkuk diperlukan untuk melindungi kesatuan negara, yang berada dalam bahaya pembagian karena referendum tersebut.
"Kami meminta semua warga negara untuk bekerja sama dengan angkatan bersenjata heroik kami, yang berkomitmen terhadap arahan ketat kami untuk melindungi penduduk sipil, dan untuk memberlakukan keamanan dan ketertiban, dan untuk melindungi instalasi dan institusi negara," tambahnya.
Pada Senin, militer Irak mengaku telah menguasai pangkalan militer K1, ladang minyak dan gas Baba Gurgur, dan kantor perusahaan minyak milik negara. Pemerintah di Baghdad mengatakan, tentara Peshmerga Kurdi telah menarik diri tanpa pertempuran. Namun, bentrokan dilaporkan terjadi dan suara tembakan terdengar di dekat sebuah pos pemeriksaan.
Sore hari, saat ribuan orang melarikan diri dari kota tersebut karena takut terjadi bentrokan antara kedua belah pihak, kendaraan militer Irak bergulir ke jantung Kirkuk. Sebuah gambar yang dibagikan di media sosial tampaknya menunjukkan pasukan Irak duduk di kantor gubernur. Pasukan menurunkan bendera Kurdi yang berkibar di samping bendera nasional Irak.
Credit REPUBLIKA.CO.ID