Senin, 02 Oktober 2017

Korut Ancam Tembak Pesawat AS yang Memasuki Wilayah Udaranya



Korut Ancam Tembak Pesawat AS yang Memasuki Wilayah Udaranya
Pesawat pembom B-1B Lancer dan dua jet tempur AS bermanuver di atas Semenanjung Korea. Foto/Istimewa



PYONGYANG - Korea Utara (Korut) mengeluarkan ancaman akan menembak pesawat Amerika Serikat (AS) yang memasuki wilayah udaranya. Peringatan ini adalah tanggapan pertama setelah Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) terbang melewati zona demiliterisasi seminggu lalu.

Berbicara melalui Uriminzokkiri, sebuah media yang dikelola oleh negara, Korut merilis sebuah editorial yang berjudul "Perilaku Provokatif yang Membebaskan Jutaan Orang untuk Balas Dendam," sebagai sebuah kritik terhadap langkah terbaru AS.

Komentar tersebut dimulai dengan menyatakan bahwa langkah agresif tersebut tidak akan ditolerir oleh rezim Pyongyang.

"AS menerbangkan skuadron pengebom strategis B-1B Lancer di perairan internasional di Laut Timur adalah tindakan yang sangat berbahaya dan sembrono yang bermaksud mendorong situasi di Semenanjung Korea ke titik ekstrem dan provokasi anti-Korea Utara tidak dapat diabaikan," tulis artikel tersebut seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (30/9/2017).

"Demonstrasi Amerika Serikat, keberanian terlalu dini agak menghendaki pembalasan di antara puluhan juta tentara dan warga sipil kita," sambung artikel tersebut.

"Militer kami sangat termotivasi dengan tekad untuk menembak jatuh pesawat AS yang berusaha melakukan pelanggaran di langit teritorial kami," demikian ancaman yang dituliskan dalam artikel tersebut.

Menurut Pentagon, aksi itu adalah bagian dari demonstrasi oleh pemerintahan Trump. Hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Presiden AS Donald Trump memiliki banyak pilihan militer untuk mengalahkan ancaman apapun.

"Ini adalah demonstrasi tekad AS. Program senjata Korea Utara merupakan ancaman serius bagi kawasan Asia Pasifik dan seluruh masyarakat internasional," kata Dana White, seorang juru bicara Pentagon, dalam sebuah pernyataan setelah aksi itu.

"Kami siap untuk menggunakan seluruh kemampuan militer guna mempertahankan tanah air AS dan sekutu kami," pernyataan tersebut menambahkan.

Pyongyang gagal bertindak saat penerbangan terjadi pada 23 September. Menurut The Korea Times, pejabat di badan mata-mata Korea Selatan (Korsel) mencurigai kemampuan pertahanan udara Korut tidak cukup mahir dalam mendeteksi penerbangan untuk memerhatikan mereka.

Tapi ada beberapa keraguan tentang teori ini. Dalam artikel yang sama, publikasi tersebut mencatat telah mendeteksi beberapa penerbangan lainnya, namun tidak menyebutkan penerbangan hari Sabtu. 

"Tahun ini saja, AS mengirim pembom strategis B1-B-nya selama 19 kali di Semenanjung Korea dan mereka dilakukan dalam bentuk latihan gabungan dengan boneka Korsel. Tapi kali ini, ini dilakukan sebagai unilateral. Bergerak tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan wayangnya," tulis artikel tersebut.

Meskipun ada klaim surat kabar tersebut, Presiden Korsel Moon Jae-in diberitahu dan memberikan persetujuannya sebelum penerbangan tersebut terjadi, lapor The Times.

Aksi penerbangan akhir pekan ini juga termasuk pendamping jet tempur F-15C Eagle Angkatan Udara AS dari Pangkalan Udara Kadena di Okinawa. Pasukan tersebut terbang di wilayah udara internasional di atas perairan timur Korut, Business Insider melaporkan.



Credit  sindonews.com