WASHINGTON
- Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta merahasiakan penyebab
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo
sempat dilarang masuk ke negeri Paman Sam. Namun, otoritas Keamanan
Dalam Negeri di Washington mengungkapnya.
Juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri AS Dave Lapan mengatakan Jenderal Gatot tidak dapat menaiki pesawatnya karena delay atau penundaan yang timbul dari ”protokol keamanan AS”. Lapan mengklaim masalah itu segera diselesaikan oleh pihak berwenang Amerika Serikat.
Menurut Lapan, seperti dikutip dari Los Angeles Times, Selasa (24/10/2017), Panglima TNI sudah diiberi “rujukan” untuk melakukan penerbangan lagi ke Washington, tapi dia memilih untuk tidak bepergian.
Pemerintah Indonesia belum merespons apakah jawaban itu bisa diterima atau menuntut klarifikasi lebih jelas lagi.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi telah memanggil Wakil Duta Besar AS di Jakarta Erin Elizabeth McKee. Namun, diplomat AS itu hanya minta maaf tanpa menjelaskan penyebab masalah tersebut.
”Saya sudah mengatakan bahwa itu tidak cukup. Masih perlu penjelasan mengapa kejadian itu terjadi,” kata Menlu Retno kepada wartawan.
”Ada perasaan yang mendesak untuk hal ini yang telah kami sampaikan kepada mereka,” ujarnya.”Pejabat AS mencoba berkoordinasi dengan pihak berwenang di AS untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.”
McKee meminta maaf kepada pemerintah Indonesia atas ketidaknyamanan yang dialami Panglima TNI dan delegasi. Dia memenuhi panggilan Kementerian Luar Negeri Indonesia karena Duta Besar Joseph Donovan sedang tidak berada di Indonesia.
”Kami sangat menyesalkan ketidaknyamanan yang ditimbulkan (dalam) insiden ini dan kami mohon maaf,” kata McKee.
”Sama sekali tidak ada masalah dengan kemampuannya untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat. Kami menyambutnya. Kedubes bekerja sangat keras untuk memahami apa yang terjadi,” ujarnya.
Juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri AS Dave Lapan mengatakan Jenderal Gatot tidak dapat menaiki pesawatnya karena delay atau penundaan yang timbul dari ”protokol keamanan AS”. Lapan mengklaim masalah itu segera diselesaikan oleh pihak berwenang Amerika Serikat.
Menurut Lapan, seperti dikutip dari Los Angeles Times, Selasa (24/10/2017), Panglima TNI sudah diiberi “rujukan” untuk melakukan penerbangan lagi ke Washington, tapi dia memilih untuk tidak bepergian.
Pemerintah Indonesia belum merespons apakah jawaban itu bisa diterima atau menuntut klarifikasi lebih jelas lagi.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi telah memanggil Wakil Duta Besar AS di Jakarta Erin Elizabeth McKee. Namun, diplomat AS itu hanya minta maaf tanpa menjelaskan penyebab masalah tersebut.
”Saya sudah mengatakan bahwa itu tidak cukup. Masih perlu penjelasan mengapa kejadian itu terjadi,” kata Menlu Retno kepada wartawan.
”Ada perasaan yang mendesak untuk hal ini yang telah kami sampaikan kepada mereka,” ujarnya.”Pejabat AS mencoba berkoordinasi dengan pihak berwenang di AS untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.”
McKee meminta maaf kepada pemerintah Indonesia atas ketidaknyamanan yang dialami Panglima TNI dan delegasi. Dia memenuhi panggilan Kementerian Luar Negeri Indonesia karena Duta Besar Joseph Donovan sedang tidak berada di Indonesia.
”Kami sangat menyesalkan ketidaknyamanan yang ditimbulkan (dalam) insiden ini dan kami mohon maaf,” kata McKee.
”Sama sekali tidak ada masalah dengan kemampuannya untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat. Kami menyambutnya. Kedubes bekerja sangat keras untuk memahami apa yang terjadi,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Wuryanto, memastikan bahwa Panglima TNI dan rombongan delegasi hendak terbang ke Wasington DC dengan pesawat Emirates untuk memenuhi undangan Ketua Joint Chiefs of Staff (JCS) atau Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Joseph Francis Dunford, Jr.
Panglima TNI diundang untuk menghadiri acara Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization (VEOs) yang diselenggarakan oleh Center for Strategic & International Studies.
Saat hendak terbang dengan pesawat Emirates dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, pada hari Sabtu (21/10/2017), staf maskapai memberitahu bahwa Panglima TNI dan delegasi tidak diizinkan masuk AS oleh pihak US Customs and Border Protection.
Credit sindonews.com