CB, Jakarta - Lebih
dari 200 ribu orang turun ke jalan di Barcelona, Selasa, 17 Oktober
2017, waktu setempat, menuntut pembebasan dua pemimpin Catalonia, yang ditahan awal pekan ini dengan tuduhan menghasut.
Para demonstran, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, serempak meneriakkan slogan "Bebaskan Sanchez dan Cuixart tanpa syarat!".
Sehari sebelumnya, Senin petang, 16 Oktober 2017, Pengadilan Tinggi Spanyol, mengeluarkan surat perintah penahanan tanpa syarat terhadap dua pemimpin organisasi sparatis di Catalonia, Jordi Sànchez dari Dewan National Catalan (ANC) dan Jordi pemimpin Cuixart of Òmnium Cultural.
Kedua pemimpin ini ditahan untuk diperiksa karena didakwa melakukan hasutan untuk unjuk rasa pada 20 dan 21 September 2017.
"Pada unjuk rasa itu, massa melawan polisi, yang menyerbu markas dan menahan pemimpin organisasi yang akan menggelar referendum pada 1 Oktober 2017. Keduanya akan dihukum maksimum 15 tahun penjara," tulis media WSWS.
Penahanan Sànchez dan Cuixart untuk pertama kalinya dilakukan oleh Spanyol terkait dengan gejolak politik setelah berakhirnya masa kepemimpinan diktator Jenderal Fransisco Franco.
Media WSWS dalam laporannya, Rabu, 18 Oktober 2017, menyebutkan, tak lama setelah berita penahanan terhadap kedua pemimpin mereka, massa langsung turun ke jalan pada Senin malam.
"Ribuan orang tampak memukuli panci dan wajan di jalanan sehingga menimbulkan suara gemuruh."
Demonstrasi itu berlanjut hingga Selasa. Kali ini, peserta kian bertambah hingga mencapai lebih dari 200 ribu orang. Mereka memenuhi seluruh jalanan di Barcelona hingga tengah hari.
Juru bicara Omnium, Marcel Mauri, mengatakan kepada demonstran, "Bila rezim Franco berani mengirim Presiden Omnium dan ANC ke penjara, maka hari ini kita segera turun ke jalan menuntut pembebasan tahanan dan demokrasi," ucapnya. Ini merupakan lanjutan dari referendum kemerdekaan Catalonia, yang dimenangkan kelompok pro-separatis.
Para demonstran, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, serempak meneriakkan slogan "Bebaskan Sanchez dan Cuixart tanpa syarat!".
Sehari sebelumnya, Senin petang, 16 Oktober 2017, Pengadilan Tinggi Spanyol, mengeluarkan surat perintah penahanan tanpa syarat terhadap dua pemimpin organisasi sparatis di Catalonia, Jordi Sànchez dari Dewan National Catalan (ANC) dan Jordi pemimpin Cuixart of Òmnium Cultural.
Kedua pemimpin ini ditahan untuk diperiksa karena didakwa melakukan hasutan untuk unjuk rasa pada 20 dan 21 September 2017.
"Pada unjuk rasa itu, massa melawan polisi, yang menyerbu markas dan menahan pemimpin organisasi yang akan menggelar referendum pada 1 Oktober 2017. Keduanya akan dihukum maksimum 15 tahun penjara," tulis media WSWS.
Penahanan Sànchez dan Cuixart untuk pertama kalinya dilakukan oleh Spanyol terkait dengan gejolak politik setelah berakhirnya masa kepemimpinan diktator Jenderal Fransisco Franco.
Media WSWS dalam laporannya, Rabu, 18 Oktober 2017, menyebutkan, tak lama setelah berita penahanan terhadap kedua pemimpin mereka, massa langsung turun ke jalan pada Senin malam.
"Ribuan orang tampak memukuli panci dan wajan di jalanan sehingga menimbulkan suara gemuruh."
Demonstrasi itu berlanjut hingga Selasa. Kali ini, peserta kian bertambah hingga mencapai lebih dari 200 ribu orang. Mereka memenuhi seluruh jalanan di Barcelona hingga tengah hari.
Juru bicara Omnium, Marcel Mauri, mengatakan kepada demonstran, "Bila rezim Franco berani mengirim Presiden Omnium dan ANC ke penjara, maka hari ini kita segera turun ke jalan menuntut pembebasan tahanan dan demokrasi," ucapnya. Ini merupakan lanjutan dari referendum kemerdekaan Catalonia, yang dimenangkan kelompok pro-separatis.
Credit TEMPO.CO