Rabu, 04 Januari 2017

Perang Suriah Tingkatkan Penjualan Tank Rusia


Tank veteran T-72 dan T-90 Rusia mampu menangkis serangan misil AS.
 
Tank Rusia
Tank tempur tentara India T-90, dan T-72 dalam Parade Hari Republik India ke-54. Sumber: AP 
 
Pada 2016, jumlah ekspor tank dan kendaraan bersenjata lain dari perusahaan Rusia UralVagonZavod (UVZ) meningkat dua kali lipat berkat kesuksesan performa tank yang mereka produksi dalam perang sipil Suriah, demikian dikabarkan Rossiyskaya Gazeta, mengutip kantor humas perusahaan tersebut, tulis Sputnik, Senin (2/1).
"Dalam perang tersebut, tank veteran T-72 dan T-90 Rusia mampu menangkis serangan misil AS," terang pernyataan pihak produsen senjata Rusia.
Total angka penjualan tahun lalu mencapai 149,9 miliar rubel (sekitar 33 triliun rupiah), dan kini UVZ siap memasuki daftar 50 produsen senjata teratas di dunia.
Perusahaan yang berlokasi di Nizhiny Tagil ini juga menawarkan lebih banyak senjata canggih, termasuk tank T-72BZ yang merupakan versi modern dari tank T-72, dengan mesin yang lebih kuat dan sistem kontrol tembakan terbaru.
Pabrik tersebut pun sudah memulai produksi massal kendaraan pembersih ranjau BMP-3MA yang mampu memotong jalan melintasi ladang ranjau.
Kendaraan terbaru yang diluncurkan UVZ baru-baru ini ialah tank pendukung kendaraan tempur Terminator yang dibuat berdasarkan tank T-72, sebuah sistem penghancur jarak jauh dengan peluru fragmentasi ledakan tinggi yang digunakan oleh tank T-72, T-80, dan T-90, serta sebuah robot tempur yang dilengkapi oleh meriam 57 mm.
Menurut pihak perusahaan, tak ada kendaraan tempur bersenjata yang dapat menahan tembakan langsung dari merian tersebut.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu menyampaikan bahwa meski tujuan utama operasi militer Rusia di Suriah adalah mencegah disintergrasi negara tersebut, kampanye tersebut juga memberikan kesempatan bagi Rusia untuk melakukan uji coba lapangan 162 senjata canggih terbaru, tulis dari RT.
Sistem yang diuji di Suriah di antaranya adalah pesawat tempur jet Su-30SM dan Su-34, helikopter Mi-28N dan Ka-52, dan misil kapal Kalibr.
Menurut Shoigu, sepuluh dari 162 senjata yang diuji menunjukan kekurangan yang tidak teridentifikasi di lapangan uji coba, mendorong kementerian untuk berhenti membelinya dan meminta pengembang untuk memperbaikinya.



Credit  indonesia.rbth.com