Senin, 21 November 2016

Pakai Jurus Ini, Arcandra Bikin Proyek Kilang Bontang Selesai 1,5 Tahun Lebih Cepat


Pakai Jurus Ini, Arcandra Bikin Proyek Kilang Bontang Selesai 1,5 Tahun Lebih Cepat
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar (Foto: Nathania Riris Michico)

Jakarta - Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar ingin mempercepat pembangunan kilang Bontang dengan cara mengubah skema proyek dari Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) alias Public Private Partnership (PPP) menjadi penugasan untuk PT Pertamina (Persero).

"Kilang Bontang arahnya adalah penugasan. Belum diputuskan, sedang kita usahakan menjadi penugasan dengan pertimbangan percepatan untuk pembangunannya. Kalau dibanding PPP bisa lebih cepat proses pengadaanya," kata Arcandra saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/11/2016).

Proyek Grass Root Refinery (GRR) Bontang berkapasitas produksi 300.000 barel per hari (bph) ditargetkan bisa selesai tahun 2023. Arcandra yakin GRR Bontang bisa diselesaikan 1,5 tahun lebih cepat kalau dijadikan penugasan untuk Pertamina.

Sebab, pemilihan partner untuk Pertamina akan memakan waktu hingga 2 tahun kalau menggunakan skema KPBU. Dengan skema penugasan, proses yang sama hanya membutuhkan waktu sekitar 5 bulan.

"GRR itu ada skema yang namanya PPP, ada penugasan langsung. Yang sudah kita identifikasi, PPP itu butuh waktu paling tidak 2 tahun untuk sampai proses pemilihan siapa pengembang proyek. Sementara kalau penugasan cepat, 5-8 bulan sudah bisa. Kita inginnya yang cepat, bisa 1,5 tahun bedanya," papar Arcandra.

Tetapi belum semua kementerian sepakat Kilang Bontang diubah menjadi penugasan untuk Pertamina. Kementerian ESDM masih berkoordinasi dengan kementerian-kementerian lain. "Ini lintas kementerian, belum diputuskan, sedang kita koordinasikan bagaimana ini bisa dipercepat," ucapnya.

Berkaca dari GRR Tuban, Pertamina dapat memilih partner dalam waktu hanya 3 bulan. Lalu Joint Venture (JV) untuk proyek GRR Tuban terbentuk 6 bulan kemudian.

Sedangkan bila menggunakan skema KPBU, pertama-tama perlu dibuat regulasi dalam bentuk Keputusan Menteri (Kepmen) untuk menunjuk Pertamina menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) GRR Bontang.

Lalu pemerintah melakukan tender untuk memilih konsultan pendamping, yang kemudian juga ditetapkan melalui Kepmen. Konsultan pendamping inilah yang melakukan tender untuk memilih partner Pertamina di proyek GRR Tuban.

Proses pemilihan partner lebih panjang dibanding skema penugasan. Saat ini konsultan pendamping belum ditunjuk pemerintah, tendernya pun belum. Maka Pertamina belum bisa bergerak.

Setelah partner terpilih, langkah selanjutnya adalah membentuk JV. Lalu mulai dibuat desain kilang dan proyek bisa dikerjakan dalam waktu kira-kira 4 tahun. Kalau Pertamina diberi penugasan membangun GRR Bontang sebelum pertengahan 2017, proyek bisa selesai 2022 atau sekitar setahun lebih cepat dari target.

Pertamina dan Saudi Aramco Belum Deal

Arcandra juga mengungkapkan bahwa negosiasi antara Pertamina dan Saudi Aramco untuk pembentukan JV dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap masih alot.

Padahal berdasarkan Head of Agreement (HoA) yang diteken kedua belah pihak pada 26 November 2015 lalu, JV harus terbentuk selambat-lambatnya 26 November 2016.

Namun, rencana itu belum bisa berjalan mulus karena ada beberapa hal yang belum disepakati oleh jajaran elite Saudi Aramco dan Pertamina. Arcandra enggan merinci apa saja yang belum disepakati.

"Ada term and conditions yang sedang dibicarakan antara Pertamina dan Saudi Aramco. Ada beberapa item yang banyak sekali. Beberapa item tersebut belum mengerucut ke kata sepakat," ujarnya.

Sebagai informasi, kilang Cilacap akan dimodifikasi hingga menjadi kilang minyak modern terbaik di Asia. Kapasitasnya akan naik dari 340.000 barel per hari (bph) menjadi 370.000 bph. Biaya investasinya berkisar US$ 4-5 miliar.

Selain itu, Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diproduksi bakal menjadi lebih berkualitas, standar produk bisa mencapai Euro 5. Proyek pengembangan kilang Cilacap ini juga akan meningkatkan kapasitas petrokimia yang diproduksi kilang.

Dengan meningkatnya kapasitas produksi dan kompleksitas kilang, negara akan mendapat banyak manfaat, mulai dari ketahanan energi hingga penghematan devisa. Proyek RDMP Cilacap ditargetkan rampung pada tahun 2022.




Credit  finance.detik.com