Rabu, 08 Juni 2016
Dikecam karena Pakai Mesin Roket Rusia, Ini Dalih Pentagon
WASHINGTON - Pentagon dikecam para senator Amerika Serikat (AS) karena masih bergantung dan menggunakan mesin roket RD-180 Rusia. Namun Pentagon berdalih, penggunaan mesin roket Rusia merupakan pilihan paling layak untuk melindungi keamanan nasional AS.
Senator yang dikenal paling vokal, John McChain, mengecam Pentagon yang tidak bisa lepas dari ketergantungannya pada teknologi ruang angkasa Rusia.
McCain yang juga Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat (SASC) AS dari Partai Republik, sudah lama mengusulkan pada Pentagon agar mengakhiri ketergantungan pada mesin roket Rusia sejak 2011.
Saat ini produsen mesin roket RD-180 NPO Energomash Rusia terikat kontrak untuk memasok mesin roket kepada United Launch Alliance (ULA), perusahaan patungan Lockheed Martin dan Boeing, untuk meluncurkan roket Atlas V.
ULA tak bisa berpaling dari mesin roket RD-180 Rusia karena lebih murah.
Menurut Wall Street Journal, Wakil Menteri Pertahanan AS, Robert Work, telah menegaskan bahwa AS tidak memiliki anggaran untuk membuat alternatif guna mengakhiri ketergantungan terhadap mesin roket RD-180 Rusia.
Dalam sebuah surat kepada Senator Partai Demokrat, Bill Nelson, Work menulis bahwa untuk mengembangkan alternatif lain dari mesin Rusia, dibutuhkan biaya tambahan USD1,5 milIar menjadi USD5 milIar selama sekitar enam tahun.
“Beban tersebut, akan mendesak investasi penting pada (kepentingan) keamanan nasional lainnya,” tulis Work yang dikutip Rabu (8/6/2016). ”Dan bisa menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan dari penundaan kemampuan kita untuk memungkinkan pengembangan peluncuran (roket) domestik baru.”
Menurut dokumen lain yang ditawarkan oleh Work untuk Nelson, mesin RD-180 sangat penting untuk menjaga satelit Pentagon tetap meluncur di trek. Jika tidak, maka pengorbitan bisa tertunda lebih dari dua tahun.
Masih menurut dokumen dari Work, jika kontrak pembelian mesin RD-180 dibatalkan, maka tidak jelas apakah ULA akan memiliki dana yang cukup tersedia untuk terus berinvestasi dalam peluncuran roket domestik, atau bahkan untuk bertahan dalam bisnis tersebut.
Credit Sindonews