MANILA
- Pemerintah Filipina dilaporkan batal membeli helikopter tempur dari
Rusia dan lebih memilih membeli helikopter dari Amerika Serikat (AS).
Ini dilakukan Filipina untuk menghindari sanksi AS.
Seperti diketahui, di bawah The Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), yang ditandatangani pada bulan Agustus 2017, AS menargetkan ekspor militer Rusia dan mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap negara-negara yang memperoleh perangkat keras militer Rusia.
Melansir Sputnik pada Sabtu (8/12), Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana mengumumkan Manila telah memutuskan untuk membeli 16 helikopter Black Hawk dari AS dengan nilai USD 240 juta, dibanding Mi-171 Rusia.
Filipina sejatinya mempunyai tiga sampai empat pilihan untuk membeli helikopter tempur. Selain AS dan Rusia, Manila juga sempat berencana membeli helikopter Bell 412 dari Kanada.
Seperti diketahui, di bawah The Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), yang ditandatangani pada bulan Agustus 2017, AS menargetkan ekspor militer Rusia dan mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap negara-negara yang memperoleh perangkat keras militer Rusia.
Melansir Sputnik pada Sabtu (8/12), Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana mengumumkan Manila telah memutuskan untuk membeli 16 helikopter Black Hawk dari AS dengan nilai USD 240 juta, dibanding Mi-171 Rusia.
Filipina sejatinya mempunyai tiga sampai empat pilihan untuk membeli helikopter tempur. Selain AS dan Rusia, Manila juga sempat berencana membeli helikopter Bell 412 dari Kanada.
Tetapi
kesepakatan dengan Kanada dibatalkan oleh Ontario atas kekhawatiran
bahwa Manilla dapat menggunakannya untuk melawan pemberontak lokal.
Selain dari ketiga negara itu, Filipina juga sempat menjajaki rencana
pembelian helikopter dengan Korea Selatan.
Credit sindonews.com