Paris, Prancis (CB) - Kerugian yang diperkirakan timbul
akibat protes pajak bahan bakar pada akhir pekan lalu oleh kelompok
"rompi kuning" di Paris berjumlah tiga-empat juta euro (sekitar Rp48,7
miliar-Rp64,9 miliar), kata media lokal, Senin (3/12).
Wali Kota Paris Anne Hidalgo mengatakan kepada France 3, satu lembaga penyiaran lokal, bahwa ia memperkirakan kerusuhan pada Sabtu membuat Ibu Kota Prancis, Paris, menderita kerugian "antara tiga dan empat juta euro".
Ribuan pemrotes "rompi kuning" telah berkumpul di Paris dan beberapa kota besar lain untuk memprotes pajak bahan bakar, yang diberlakukan pemerintahan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan menuai perdebatan.
Demonstran yang biasanya tinggal di daerah pedesaan karena tingginya biaya sewa rumah di kota besar, mendesak Macron agar memangkas pajak bahan bakar dan membuat pengaturan ekonomi untuk meringankan hidup mereka.
Polisi Prancis pada Sabtu (1/12) menindak para pemrotes di sekitar Champs-Elysees, yang terkenal, dengan menggunakan gas air mata dan semprotan air.
Pengunjuk rasa membakar sejumlah kendaraan dan tong sampah serta melempari polisi dengan batu dan botol.
Dalam kerusuhan tersebut, dua orang tewas, sementara 1.043 orang lagi --termasuk 222 personel pasukan keamanan-- cedera. Selaini tu, sebanyak 1.424 orang ditangkap, demikian dilaporkan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.
Menurut jajak pendapat baru-baru ini, 84 persen orang Prancis --kebanyakan dari kelompok berpenghasilan menengah-- mendukung protes itu.
Selama setahun belakangan, harga bahan bakar di Prancis telah naik lebih dari 20 persen.
Sementara itu, Macron telah menunda kunjungannya ke Serbia gara-gara protes "rompi kuning" di Prancis, demikian pengumuman yang diberikan Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada Senin.
Macron mulanya dijadwalkan melakukan lawatan ke Serbia pada 5 Desember, tapi ia menunda kunjungannya ke negara Balkan tersebut.
Dalam satu taklimat, Vucic mengatakan Macron memberi tahu dia melalui telepon bahwa ia telah menunda kunjungannya ke Beograd karena protes pajak bahan bakar yang berlangsung di Prancis.
Wali Kota Paris Anne Hidalgo mengatakan kepada France 3, satu lembaga penyiaran lokal, bahwa ia memperkirakan kerusuhan pada Sabtu membuat Ibu Kota Prancis, Paris, menderita kerugian "antara tiga dan empat juta euro".
Ribuan pemrotes "rompi kuning" telah berkumpul di Paris dan beberapa kota besar lain untuk memprotes pajak bahan bakar, yang diberlakukan pemerintahan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan menuai perdebatan.
Demonstran yang biasanya tinggal di daerah pedesaan karena tingginya biaya sewa rumah di kota besar, mendesak Macron agar memangkas pajak bahan bakar dan membuat pengaturan ekonomi untuk meringankan hidup mereka.
Polisi Prancis pada Sabtu (1/12) menindak para pemrotes di sekitar Champs-Elysees, yang terkenal, dengan menggunakan gas air mata dan semprotan air.
Pengunjuk rasa membakar sejumlah kendaraan dan tong sampah serta melempari polisi dengan batu dan botol.
Dalam kerusuhan tersebut, dua orang tewas, sementara 1.043 orang lagi --termasuk 222 personel pasukan keamanan-- cedera. Selaini tu, sebanyak 1.424 orang ditangkap, demikian dilaporkan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.
Menurut jajak pendapat baru-baru ini, 84 persen orang Prancis --kebanyakan dari kelompok berpenghasilan menengah-- mendukung protes itu.
Selama setahun belakangan, harga bahan bakar di Prancis telah naik lebih dari 20 persen.
Sementara itu, Macron telah menunda kunjungannya ke Serbia gara-gara protes "rompi kuning" di Prancis, demikian pengumuman yang diberikan Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada Senin.
Macron mulanya dijadwalkan melakukan lawatan ke Serbia pada 5 Desember, tapi ia menunda kunjungannya ke negara Balkan tersebut.
Dalam satu taklimat, Vucic mengatakan Macron memberi tahu dia melalui telepon bahwa ia telah menunda kunjungannya ke Beograd karena protes pajak bahan bakar yang berlangsung di Prancis.
Credit antaranews.com