Ilustrasi F-18. (LCPL JOHN MCGARITY, USMC via Wikimedia)
"Setiap upaya telah dilakukan untuk mencari kru kami dan saya berharap keluarga dari para kru gagah berani ini mengerti atas upaya luar biasa yang telah dilakukan pasukan AS, Jepang, dan Australia selama misi pencarian," ucap Letnan Jenderal Eric Smith dari Korps Marinir AS, Selasa (11/12).
Pengumuman ini menjadikan jumlah korban tewas dalam insiden pada 6 Desember lalu ini bertambah menjadi enam orang, dari total 7 kru pesawat yang terlibat dalam insiden itu.
Kecelakaan pada Kamis pekan lalu itu melibatkan jet tempur F/A-18 yang berisikan dua awak dan pesawat pengisi bahan bakar KC-130 yang mengangkut lima kru.
Kedua pesawat itu bertabrakan pada Kamis dini hari sekitar pukul 01.42 waktu lokal di lepas pantai sekitar 321 kilometer dari Pantai Iwakuni, Jepang.
Laporan awal militer menyebut insiden tersebut terjadi ketika kedua pesawat tengah melakukan operasi pengisian bahan bakar di udara dalam latihan rutin militer AS di wilayah itu.
Meski begitu, militer AS menyatakan laporan tersebut belum bisa dikonfirmasi dan Washington masih harus menyelidiki lebih lanjut kecelakaan tersebut.
Militer Jepang dan Australia ikut membantu misi pencarian. Jepang bahkan mengerahkan 10 pesawat dan tiga kapal militernya dalam misi pencarian tersebut.
Sekitar 50 ribu personel militer AS berbasis di Jepang dan kecelakaan ini bukan yang pertama kali terjadi.
Pada November lalu, sebuah jet tempur AS jatuh di selatan Pulau Okinawa, Jepang. Dua kru pesawat berhasil diselamatkan.
November 2017, pesawat C-2A "Greyhound" dengan 11 kru jatuh di Laut Filipina. Delapan kru berhasil diselamatkan, sementara tiga lainnya yang hilang dinyatakan tewas setelah operasi pencarian berlangsung selama dua hari.
Helikopter Osprey milik AS yang berbasis di Jepang juga beberapa kali mengalami insiden pendaratan darurat. Salah satu insiden yang terparah adalah ketika helikopter AS jatuh di sebuah kompleks sekolah di Jepang beberapa waktu lalu.
Credit cnnindonesia.com