CANBERRA
- Dua dari 72 unit pesawat jet tempur siluman F-35 yang dipesan
Australia dijadwalkan mendarat di negara itu untuk pertama kalinya,
Senin (10/12/2018). Jet tempur termahal produksi Lockheed Martin Amerika
Serikat (AS) ini akan menggantikan sejumlah pesawat FA-18 Hornet yang
sudah uzur.
Kedua jet tempur generasi kelima AS tersebut akan mendarat di pangkalan udara Williamtown dekat Newcastle di New South Wales.
Menteri Pertahanan Christopher Pyne, seperti dikutip SBS, sudah berada di Pangkalan Angkatan Udara Australia (RAAF) Williamtown untuk menyambut pesawat tempur canggih itu.
F-35A Joint Strike Fighter telah diklaim sebagai pesawat tempur paling canggih di dunia dan mampu mencapai kecepatan tertinggi 1975km/jam.
Pemerintah federal Australia akan menghabiskan total USD17 miliar untuk 72 pesawat F-35. Mahalnya proyek jet tempur ini telah memicu kecaman luas, termasuk oleh Presiden AS Donald John Trump.
Pihak Lockheed Martin mengatakan biaya produksi per pesawat diperkirakan akan mencapai USD80-an juta pada tahun 2020.
Mantan perdana menteri Malcolm Turnbull mendukung pembelanjaan untuk pesawat tempur canggih ini ketika ditanyai pada tahun lalu.
Kedua jet tempur generasi kelima AS tersebut akan mendarat di pangkalan udara Williamtown dekat Newcastle di New South Wales.
Menteri Pertahanan Christopher Pyne, seperti dikutip SBS, sudah berada di Pangkalan Angkatan Udara Australia (RAAF) Williamtown untuk menyambut pesawat tempur canggih itu.
F-35A Joint Strike Fighter telah diklaim sebagai pesawat tempur paling canggih di dunia dan mampu mencapai kecepatan tertinggi 1975km/jam.
Pemerintah federal Australia akan menghabiskan total USD17 miliar untuk 72 pesawat F-35. Mahalnya proyek jet tempur ini telah memicu kecaman luas, termasuk oleh Presiden AS Donald John Trump.
Pihak Lockheed Martin mengatakan biaya produksi per pesawat diperkirakan akan mencapai USD80-an juta pada tahun 2020.
Mantan perdana menteri Malcolm Turnbull mendukung pembelanjaan untuk pesawat tempur canggih ini ketika ditanyai pada tahun lalu.
Credit sindonews.com