Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Kamis, 13 Oktober 2016
Piramida Kristal di Dasar Laut Picu 'Kutukan' Segitiga Bermuda?
Piramida kristal yang diklaim berada 2.000 meter di bawah Segitiga Bermuda (Weekly World News)
CB, Nassau -
Sejumlah orang menganggap Segitiga Bermuda sebagai tempat yang
misterius. Lokasi itu, diyakini menjadi lokasi hilangnya lebih dari 20
pesawat dan 50 kapal dalam jangka waktu 100 tahun.
Segitiga Bermuda adalah wilayah imajiner yang menghubungkan tiga
titik, yakni Florida, Puerto Rico dan Pulau Bermuda, yang letaknya
berada di tengah-tengah Samudra Atlantik. Total, area tersebut mempunyai
luas 4 juta kilometer persegi.
Banyak teori berusaha menjelaskan hilangnya kapal dan pesawat di
lokasi itu, seperti makhluk ekstraterresterial yang menculik manusia
untuk dijadikan kelinci percobaan, pengaruh Atlantis yang Hilang (Lost Atlantis), pusaran yang menyedot benda ke dimensi lain, dan hal-hal lainnya.
Kali ini terdapat teori lain yang mengklaim dapat menguak penyebab
hilangnya kapal dan pesawat di wilayah itu. Sebuah teori -- yang
menyebut bahwa piramida besar terbuat dari kristal yang terletak 2.000
meter di bawah Segitiga Bermuda -- kembali muncul.
Teori tersebut mengklaim, 'ilmuwan' menemukan struktur misterius itu
pada 2012 dengan menggunakan teknologi yang belum diketahui oleh ilmu
pengetahuan modern.
Pencetus teori konspirasi menyebut, piramida kristal itulah penyebab
hilangnya sejumlah pesawat dan kapal di wilayah Segitiga Bermuda.
Segitiga Bermuda (Foto: Noaa National Ocean Service).
Laporan yang beredar secara online pada 2012, menyebut
seorang ilmuwan bernama Dr Meyer Verlag, menemukan piramida kristal yang
ukurannya tiga kali lebih besar dari Piramida Giza.
"Verlag meyakini bahwa penyelidikan lebih lanjut di pusat piramida
dapat mengungkap banyak informasi mengenai sejumlah kasus hilanganya
sejumlah hal terkait dengan Segitiga Bermuda," demikian menurut website Before It's News.
Laporan tersebut mengklaim, Verlag mempresentasikan temuannya itu
dalam sebuah konferensi pers yang dilakukan di Bahama, di mana ia
mengungkap koordinat piramida.
Namun, tak ada bukti yang menunjukkan bahwa Verlag benar-benar ada.
Selain itu, tak ada catatan yang mengungkap koordinat tersebut.
"Selalu ada hal mistis tentang struktur piramida. Fakta bahwa
piramida ini dibangun dengan kristal menambah misteri dan kekuatan, yang
menyiratkan bahwa benda itu menghasilkan penyembuhan ajaib dan kekuatan
paranormal," ujar penulis UFO Investigations Manual, Nigel Watson, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (11/10/2016).
Kuburan kapal karam di Segitiga Bermuda (Facebook/Dive Bermuda)
Namun ia mengatakan, kita perlu menggali lebih dalam akan kebenaran
keberadaan piramida kristal dan bagaimana hubungannya dengan sejumlah
kehilangan di Segitiga Bermuda.
"Pada saat ini tampaknya hal itu seperti sebuah cerita internet yang
secara cerdik menggabungkan keyakinan dalam tiga misteri paranormal
besar yang dipopulerkan pada 1970-an, yaitu piramidologi,
kekuatan/penyembuhan kristal, dan keajaiban Segitiga Bermuda yang
mencakup seluruh perihal tak biasa yang meliputi area di lautan," kata
Nigel.
Menurut Nigel, disamping klaim tersebut, pada 2012 tim peneliti
Amerika dan Prancis tak sengaja melihat sebuah struktur terangkat dari
dasar laut, di mana temuan itu mengguncang para ilmuwan di seluruh
dunia.
Namun pencarian untuk menemukan identitas atau informasi lain tentang
'tim peneliti' atau bukti tentang artikel, foto, video, atau apa pun
yang mendokumentasikan penemuan tersebut tak membuahkan hasil.
"Salah satu misteri adalah, bagaimana ilmuwan di seluruh dunia telah
'terguncang' dengan sesuatu yang tak pernah mereka lihat, dan hanya ada
di pseudo-dokumenter buatan paranormal," ujar Nigel.
Versi Ilmuwan
Sebelumnya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA),
badan ilmiah di bawah Departemen Perdagangan AS kembali meluruskan
anggapan keliru soal Segitiga Bermuda.
NOAA menegaskan, faktor cuaca dan buruknya navigasi menjadi segala
penyebab hilangnya banyak alat transportasi di Segitiga Bermuda.
"Tidak
ada bukti bahwa kehilangan misterius yang terjadi di Segitiga Bermuda
terjadi dengan frekuensi yang lebih besar dibandingkan wilayah laut
lainnya," demikian pernyataan lembaga itu dalam situsnya.
Ben Sherman, juru bicara Layanan Kelautan Nasional NOAA kepada Sun Sentinel mengatakan,
lembaganya menulis kisah Segitiga Bermuda sebagai bagian dari program
pembelajaran masyarakat dan menjawab pertanyaan dari para pembaca situs.
NOAA
juga berpegangan pada bukti ilmiah dari Angkatan Laut AS atau US Navy
dan US Coast Guard yang tak mengakui eksistensi Segitiga Bermuda,
sebagai wilayah geografis yang memiliki ancaman khusus untuk kapal atau
pesawat.
"Berdasarkan kajian, kecelakaan pesawat dan kapal di
daerah tersebut selama bertahun-tahun, tidak ditemukan bukti yang
mengindikasikan bahwa itu disebabkan apa pun selain penyebab fisik."
Sementara, Badan Survei Geologi AS (USGS) membantah gas hidrat di
sedimen dalam laut dekat Segitiga Bermuda sebagai alasan tenggelamnya
banyak kapal dan pesawat.
Menurut geolog USGS, pelepasan gas
hidrat hanya terjadi di akhir zaman es, sekitar 15.000 tahun lalu atau
lebih. Di mana saat itu kapal yang paling maju yang mungkin bisa dibuat
manusia saat itu, tak lebih dari kayu berongga. Apalagi, terbukti lebih
banyak kapal yang tenggelam di lokasi lain.
"Misteri Segitiga Bermuda tak lebih dari dongeng. Maaf," kata geolog USGS, Bill Dillon, di laman USGS.
Badan
Antariksa Amerika Serikat atau NASA pun berpendapat demikian. "Tidak
ada lubang hitam di Segitiga Bermuda. Pada kenyataannya, bahkan tak ada
yang namanya Segitiga Bermuda. Banyaknya kasus kehilangan di wilayah itu
konsisten dengan yang terjadi wilayah lainnya," demikian jelas Ilmuwan
NASA, Dr Eric Christian.
Kawah Bawah Laut
Baru-baru ini, sejumlah ilmuwan yakin bahwa mereka selangkah lebih
dekat dengan jawaban misteri Segitiga Bermuda setelah ditemukannya
serangkaian kawah bawah laut di dasar Laut Barents, lepas pantai
Norwegia.
Meskipun tidak dekat dengan Segitiga Bermuda, mereka berharap bahwa
kawah tersebut jadi kunci untuk menjelaskan fenomena yang membingungkan
itu.
Kawah dengan lebar 800 meter dan kedalaman 45 meter,
diyakini terbentuk karena gas metana yang terdapat di bawah sedimen
dasar laut. Lalu, gas tersebut meledak dan ledakan tersebut membentuk
kawah.
"Banyak kawah besar terdapat di dasar laut yang terletak
di pusat-barat Laut Barents dan mungkin terbentuk karena ledakan besar
gas," ujar peneliti dari the Arctic Univeristy of Norway kepada Sunday Times.
"Kawah tersebut mungkin merupakan salah satu tempat yang merepresentasikan lokasi meledaknya gas metan di Arktik," tambahnya.
Tahun
lalu, kemungkinan semacam itu sebenarnya sudah ditemukan. Igor Yelstov
dari Trofimuk Institute berkata, "Ada versi dari beberapa teori bahwa
fenomena Segitiga Bermuda merupakan konsekuensi dari reaksi gas hidrat."
"Mereka
mulai aktif terurai dengan es metana dan berubah menjadi gas. Hal itu
terjadi seperti longsoran, layaknya reaksi nuklir, dan menghasilkan gas
dalam jumlah besar."
"Hal tersebut membuat air laut menjadi panas
dan kapal tenggelam di perairan yang sudah tercampur dengan gas dalam
proporsi besar," tambahnya.