SEOUL
- Diktator muda Korea Utara (Korut) memerintahkan eksekusi 64 orang
atas tuduhan menjadi pengkhianat sepanjang tahun 2016 ini. Data itu
diungkap Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan pada hari Rabu.
Kepala
NIS, Lee Byung-ho, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa data dari
agen mata-mata menyatakan rezim Kim Jong-un terus melakukan upaya
pembersihan. Menurutnya, 64 orang telah dieksekusi di depan umum
sepanjang tahun ini.
Sejak Kim mengambil alih kekuasaan pada
akhir 2011, dia telah memerintahkan eksekusi terhadap lebih dari 100
pejabat tinggi Korut.
”Alasan utama di balik sebagian besar
pembersihan oleh (rezim) Kim Jong-un adalah persepsi bahwa dia telah
dilecehkan,” ujar seorang sumber intelijen Korsel. ”Ada tanda-tanda
jelas bahwa loyalitas yang bimbang atau sikap acuh tak acuh pejabat yang
gelisah pada Kim karena usianya yang masih muda," ujar sumber intelijen
itu.
Lee mengatakan badan keamanan dan badan intelijen Korut,
yang bertugas memantau perbedaan pendapat, kini hanya berniat membuat
uang. “Ada insiden di beberapa bagian wilayah Korut, di mana warga
menyerbu kantor regional Partai Pekerja untuk memprotes setelah listrik
dan persediaan air dihentikan,” ujar Lee, seperti dikutip dari The Chosun Ilbo, Kamis (21/10/2016).
Kepala
NIS itu melanjutkan, ada peningkatan rasa ketidakpuasan publik yang
ditandai dengan maraknya pembelotan warga Korut sekitar 20 persen pada
tahun ini.
NIS memperkirakan bahwa Korut mengalami penurunan
pendapatan mata uang asing sebesar USD200 juta setelah resolusi Dewan
Keamanan PBB dijatuhkan pada bulan Maret 2016. Rezim Pyongyang
menghabiskan hampir USD200 juta untuk uji coba senjata nuklir dan
manuver rudal yang dipamerkan pada Korea Selatan.
Sejak terkena
sanksI PBB atas pecobaan rudal, bantuan masyarakat internasional untuk
Korut yang baru-baru ini dilanda banjir berkurang. “Banjir di Provinsi
Hamgyong Utara disebabkan oleh bendungan yang tiba-tiba membuka pintu
karena hujan deras,” kata Lee.
”Ini adalah bencana belum pernah
terjadi sebelumnya, tapi Korut hanya mendapat sekitar USD17,5 juta
bantuan dari masyarakat internasional karena provokasi nuklirnya,” imbuh
Lee.
Credit Sindonews