Rabu, 19 Oktober 2016

Indonesia Negara Terbesar Ketiga dalam Pembelian Pesawat

 Indonesia Negara Terbesar Ketiga dalam Pembelian Pesawat
Badan pesawat Boeing 737 saat proses perakitan di pabrik pesawat Boeing di Renton, Washington, 19 Mei 2015. Boeing menargetkan menjual 750 sampai 755 pesawat komersial tahun ini. REUTERS/Saul Loeb
 
CBJakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri penerbangan dalam negeri terus berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Peningkatan industri penerbangan tersebut, menurut Airlangga, diindikasikan dengan naiknya jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun arus barang.

“Pertumbuhan jumlah penumpang domestik meningkat rata-rata 15 persen per tahun selama sepuluh tahun terakhir. Sedangkan jumlah penumpang internasional naik sekitar 8 persen. Selain itu, Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat setelah Cina dan India,” ujar Airlangga dalam rilisnya, Rabu, 19 Oktober 2016.
 

Airlangga mengatakan Indonesia juga memiliki infrastruktur dalam mengembangkan industri kedirgantaraan. Saat ini Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional serta PT Dirgantara Indonesia (DI) mengembangkan pesawat jenis N219, yang selanjutnya akan dikembangkan pula pesawat jenis N245 dan N270.

“PT DI telah memproduksi beberapa jenis pesawat berbasis propeler dan helikopter yang bekerja sama dengan Bell Helicopter dan Eurocopter,” kata Airlangga. Pada sektor swasta, PT Regio Aviasi Industri juga sedang mengembangkan pesawat R80, pesawat berpenumpang 80 orang yang diinisiasi mantan Presiden Indonesia ketiga, B.J. Habibie.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan kementeriannya akan terus berupaya mewujudkan kemandirian industri kedirgantaraan. Kementerian Perindustrian menginisiasi terbentuknya Asosiasi Industri Pesawat dan Komponen Pesawat atau Indonesia Aircraft and Component Manufacturer Association (INACOM).

Di sisi lain, menurut Putu, potensi pasar dalam negeri untuk industri jasa perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance repair and overhaul (MRO) nasional cukup besar. Pada 2014, potensi industri tersebut mencapai US$ 1 miliar. Angka itu diprediksi naik menjadi US$ 2 miliar pada 2019.


Credit  TEMPO.CO