Kamis, 13 Oktober 2016

Erdogan dan PM Irak Saling Serang soal Kisruh Tentara Turki

 
Erdogan dan PM Irak Saling Serang soal Kisruh Tentara Turki  
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi saling melontarkan serangan terkait pengerahan tentara Turki di Irak. (Reuters/Huseyin Aldemir)
 
Jakarta, CB -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi saling melontarkan pernyataan yang menyerang masing-masing pihak terkait pengerahan tentara Turki di Irak menjelang operasi untuk mengambil alih Kota Mosul dari tangan kelompok militan ISIS.

Erdogan pada Selasa (11/10) meminta agar Abadi "menyadari kekurangannya" dan "memahami posisinya", setelah Abadi mengkritik kehadiran tentara Turki di Irak.

"Dia menghina saya secara pribadi. Anda tidak usah berbicara kepada saya, Anda tidak berada di level saya," ujar Erdogan dalam sebuah pertemuan di Istanbul, mengomentari kritik Abadi.

"Tidak penting sama sekali bagaimana Anda berteriak dari Irak. Anda harus tahu bahwa kami akan melakukan apa yang ingin kami lakukan," kata Erdogan, dikutip dari AFP.

"Siapa Anda? Perdana menteri Irak. Anda seharusnya tahu tempat Anda!" tutur Erdogan menambahkan.

Pemerintah Turki menyatakan akan tetap mengerahkan pasukannya di Irak utara meskipun Baghdad geram.

"Tentara Republik Turki belum kehilangan kualitasnya untuk menerima instruksi dari Anda," kata Erdogan, merujuk kepada Abadi.

Menanggapi pernyataan keras Erdogan, Abadi kemudian menyinggung upaya Erdogan yang meminta bantuan warganya melalui rekaman video ketika kudeta di Turki berlangsung pada pertengahan Juli lalu.

"Kami akan membebaskan tanah kami melalui upaya yang sungguh-sungguh dari para putra bangsa, bukan melalui rekaman video," tulis Abadi melalui akun Twitter resmi miliknya, dikutip dari AFP, Selasa.

Sementara itu, juru bicara Abadi, Saad al-Hadithi menyatakan kepada AFP bahwa pernyataan Erdogan itu bagaikan "menyiram minyak di kobaran api." Ia menilai respons Turki telah menyebabkan masalah hukum dan keamanan menjadi "masalah personal."

"Nampaknya Turki tidak serius untuk menyelesaikan masalah dengan Irak," kata Hadithi

Ankara mempertahankan sekitar 2.000 tentara di Irak, sekitar 500 di antaranya berada di kamp Bashiqa di Irak utara untuk melatih pejuang lokal yang akan bergabung dengan pertempuran untuk merebut kembali Mosul, menurut laporan media Turki.

Baghdad telah berulang kali menyerukan agar Ankara menarik pasukannya. Abadi memperingatkan bahwa penyebaran tentara Turki di Irak akan memicu perang regional.

Kisruh antara Ankara dan Baghdad berkobar setelah parlemen Turki memperpanjang mandat pemerintah yang memungkinkan pasukan Turki tetap berada di Irak dan Suriah selama satu tahun ke depan.

Terkait hal ini, parlemen Irak menyebut tentara Turki "pasukan pengokupasi."

Ketegangan Turki-Irak mewarnai upaya militer untuk merebut kembali Mosul, yang dikuasai ISIS sejak 2014.

Presiden Turki telah menyatakan kesediaan negaranya untuk bergabung dengan pertempuran darat di Irak, sebagaimana yang dilakukan tentara Turki di Jarablus, Suriah.




Credit  CNN Indonesia