CB, New York - Sukar dipercaya, tapi ada sejenis parasit sel tunggal yang ditengarai dapat mengendalikan pikiran manusia. Bagaimana caranya?
Parasit tersebut, Toxoplasma gondii (T. gondii) mungkin
paling dikenal karena keterkaitannya dengan kucing. Ternyata, parasit
itu dapat berpindah dari kucing ke manusia, terutama melalui persentuhan
dengan tinja kucing.
Parasit itu biasanya menyebabkan infeksi ringan, kadang-kadang dengan gejala seperti flu biasa.
Namun demikian, pada orang-orang yang sistem kekebalannya sedang
melemah, infeksi yang diderita bisa menjadi masalah serius, mulai dari
kejang-kejang hingga masalah paru-paru.
Selain itu, seperti dikutip dari Live Science pada Rabu (19/10/2016), infeksi T. gondii juga bisa memberikan dampak yang aneh.
Dalam beberapa tahun belakangan, parasit ini membingungkan para
peneliti, sekaligus memberi pengertian tentang cara kerja perilaku
manusia.
Berikut ini adalah 7 fakta tentang T. gondii: 1. T.gondii terbukti meningkatkan keberanian pada tikus
Tikus-tikus yang terinfeksi parasit ini diduga kehilangan rasa takut
menghadapi kucing, khususnya ketakutan mereka pada urine kucing.
Dalam penelitian 2011 yang tertera dalam PLOS ONE, ada
dugaan tikus-tikus yang terinfeksi mulai merasakan sejenis "ketertarikan
seksual" kepada bau urine kucing, padahal biasanya mereka memberikan
tanggapan defensif terhadap bau tersebut.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan kegiatan syaraf di beberapa bagian otak yang disebabkan oleh T. gondii, demikian menurut para peneliti.
Seperti dituliskan dalam laporan penelitian, parasit tersebut
"mengacaukan tanggapan ketakutan" sehingga tikus-tikus tidak lagi
menghindari bau urine kucing. Mereka malah tertarik, sehingga mudah
diburu oleh kucing. 2. T. gondii dapat berpindah antara hewan-hewan berdarah panas
Kucing dan tikus bukan satu-satunya hewan yang menjadi induk semang parasit. T. gondii adalah suatu parasit luar biasa yang mampu melompat dari hampir semua mahluk berdarah panas ke mahluk berdarah panas lainnya.
Diperkirakan, sekitar 6 di antara 10 penyakit infeksi manusia
bersifat zoonotik, artinya bisa melompat dari hewan ke manusia. Tapi,
menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tidak ada yang
menyamai kemampuan T. gondii dalam hal keberagaman induk semang parasit
tersebut.
Kucing | Foto : istimewa
Para peneliti belum bisa memastikan alasan untuk hal ini, tapi sejumlah penelitian, misalnya yang diterbitkan pada 2011 dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, menduga bahwa sebagian jawaban tentang hal ini dapat ditelaah dalam protein parasit tersebut.
Ketika ada suatu jenis protein tertentu dihilangkan, parasit itu
tidak bisa lagi menular. Para peneliti menduga bahwa protein yang
dimaksud merusak protein kunci dalam sel induk semang yang penting untuk
tanggapan kekebalan (imun).
Bikin Saki Jiwa?
3. T.gondii diduga ikut andil dalam sejumlah jenis lain sakit kejiwaan
Skizofrenia bukanlah satu-satunya penyimpangan psikologi yang mungkin bisa dikaitkan dengan T. gondii.
Suatu penelitian pada tikus yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal
PLOS ONE mengungkapkan bahwa parasit tersebut mungkin dapat menyebabkan
infeksi sel-sel otak sehingga mengeluarkan dopamin dalam jumlah besar.
Penambahan dopamin terlibat dalam sejumlah penyimpangan mood
tertentu, misalnya pada penyakit bipolar yang sebelumnya telah dikaitkan
dengan kekacauan dopamin, demikian menurut penelitian tersebut.
Penelitian lain pada manusia menengarai bahwa Toksoplasma dapat berkaitan dengan letupan-letupan suasana hati, bahkan bunuh diri.
Parasit itu bukanlah patogen pertama yang mengubah otak dan perilaku.
Virus rabies, yang mematikan bagi manusia, telah lama terbukti memiliki
dampak neurologis berbahaya. 4. Sejumlah penelitian mengkaitkan T. gondii dengan skizofrenia
Salah satu kemungkinan dampak Toksoplasma yang paling mengerikan dan paling kontroversial adalah dampaknya pada pikiran.
Parasit Toxoplasma gondii dalam otak manusia.. (Sumber CDC/Jonathan W.M. Gold. M.D.)
Jika seorang wanita terinfeksi virus ketika sedang hamil, janinnya bisa berisiko mengembangkan skizofrenia dan
penyimpangan mental lainnya, demikian menurut penelitian 2006 pada
sejumlah warga Denmark sebagaimana diterbitkan dalam jurnal Biological Psychiatry.
Bukan hanya itu, sebuah penelitian 2014 yang diterbitkan dalam The Journal of Nervous and Mental Disease mengungkapkan
bahwa antibodi Toksoplasma pada pasien dengan skizofrenia. Hal ini
menjadi bukti tambahan potensi kaitan antara parasit itu dengan sakit
mental.
Belum Ada Obat
5. T. gondii belum ada penyembuhannya
Belum ada obat yang dapat menyembuhkan T. gondii. Selain kewaspadaan agar tidak tertular, tak banyak hal lain yang bisa dilakukan.
Dalam penelitian 20005 di American Journal of Obstetrics and Gynecology, pada penyedia jasa kesehatan menasehatkan kaum wanita hamil ataupun yang berencana hamil agar memeriksakan T. gondii.
Para penulis penelitian juga mengusulkan agar kaum wanita mengerti
faktor-faktor risiko infeksinya, misalnya paparan kepada kucing (apalagi
wadah tinja kucing), konsumsi daging kurang matang, dan minum air belum
diolah. 6. Lebih dari setengah penduduk dunia terinfeksi
Para peneliti sepertinya belum sepakat tentang penyebaran T. gondii, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan.
Dalam penelitian 2002 yang tertera di jurnal Clinical Microbiology and Infection,
diperkirakan antara 16 hingga 40 persen warga dunia terinfeksi. Tapi,
di sejumlah kawasan seperti Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Eropda
daratan. Angkanya antara 50 hingga 80 persen.
Kista berisi Toxoplasma gondii. (Sumber CDC)
Suatu penelitian 2011 yang dilaporkan dalam Journal of Global Infectious Diseases
memberikan perkiraan yang lebih tinggi tentang jumlah orang yang
terinfeksi, yaitu sekitar 6 miliar manusia—setara dengan 80 persen
populasi dunia.
CDC memperkirakan sekitar 60 juta orang di Amerika Serikat—setara dengan 20 persen penduduk—telah terinfeksi.
Padahal, suatu uji darah sederhana dapat mengungkapkan apakah seseorang memiliki antibodi T. gondii sebagai penanda hadirnya infeksi parasit tersebut. 7. Seringkali, T. gondii tidak memiliki gejala
Dalam kasus-kasus ringan, T. gondii dapat memberikan gejala-gejala seperti flu.
Suatu penelitian 2014 yang tertera dalam American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menduga bahwa, dalam kebanyakan kasus, orang sekedar mengalami gejala ringan, atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.
Menurut para peneliti, hal itulah yang menjadi alasan mengapa parasit itu kerap diabaikan.
Parasit tersebut paling berbahaya pada orang yang sudah memiliki
kondisi-kondisi tertentu, misalnya keberadaan penyakit yang andil dalam
pelemahan sistem kekebalan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi T. gondii tidak menyadari memilikinya.