Ilustrasi. (Andrew Pons via StockSnap)
Jakarta, CB -- Beberapa hari setelah
insiden penembakan di Las Vegas, aparat mulai mengantungi informasi
penting mengenai sang pelaku, Stephen Paddock, salah satunya adalah
transaksi finansial mencurigakan selama ia hidup.
Sejumlah sumber mengatakan kepada ABC News
bahwa dalam tiga tahun belakangan, ada lebih dari 200 laporan transaksi
mencurigakan, terutama yang dilakukan Paddock di kasino.
Kebanyakan
laporan itu disampaikan oleh pihak kasino kepada Jaringan Aparat
Kejahatan Finansial Kementerian Keuangan AS. Laporan itu memang biasa
disampaikan jika ada seseorang yang mendepositkan uang lebih dari US$10
ribu dalam bentuk tunai.
Pihak berwenang mengatakan, laporan ini menunjukkan betapa seringnya
Paddock berjudi dengan jumlah uang yang tak sedikit. Dalam satu
transaksi misalnya, Paddock memenangkan US$40 ribu dari mesin uang
kasino.
Namun, sumber tersebut mengatakan kepada
ABC News bahwa
Paddock merupakan "pejudi yang bertanggung jawab dan selalu membayar
utangnya. Ia tidak punya utang atau masalah sama sekali."
"Intinya,
pria ini memang pejudi, tapi saya tidak yakin ada bukti kuat untuk
menunjukkan bahwa ia sedang dalam tekanan secara finansial ketika
insiden ini terjadi," kata sumber itu.
Meski
demikian, ada sejumlah laporan transaksi mencurigakan lain yang kini
sedang diselidiki oleh aparat penegak hukum Las Vegas, salah satunya
berkaitan dengan kekasih Paddock, Marilou Danley.
Paddock
dilaporkan mengirimkan US$100 ribu kepada kekasihnya yang berasal dari
Filipina itu sebelum menjalankan aksinya pada Minggu (1/10). Namun, saat
insiden itu terjadi, Danley sedang berada di Filipina.
Otoritas
keamanan Filipina mengatakan, kini Danley sudah kembali ke AS. Aparat
setempat pun langsung memburu Danley demi mendapatkan informasi detail
mengenai penembakan yang disebut-sebut paling besar di sepanjang sejarah
modern AS ini.
Credit
cnnindonesia.com
Dicari FBI, Kekasih Penembak Las Vegas Sempat ke Filipina
Ilustrasi Bandara Internasional Los Angeles. (REUTERS/Bob Riha Jr)
Jakarta, CB -- Marilou Danley, kekasih
pelaku penembakan massal di Las Vegas, Nevada, sempat melarikan diri ke
Filipina sebelum akhirnya kembali ke Amerika Serikat hari ini, Rabu
(4/10).
Kekasih Stephen Paddock dilaporkan segera meninggalkan AS
setelah tragedi yang menewaskan 59 orang itu berlalu dan kini menjadi
subjek penyelidikan Biro Investigasi Federal alias FBI meski tidak
berstatus tersangka.
Awal pekan ini, Danley dilaporkan sempat
berada di Tokyo, Jepang dan kemarin terlacak di Filipina. Setibanya di
Bandara Internasional Los Angeles, 19.30 waktu setempat, dia langsung
disambut agen FBI dan tidak ditahan.
FBI berharap dia mau diwawancarai secara sukarela. Otoritas Filipina
menyebut Danley kembali ke AS untuk membersihkan namanya yang sempat
disebut-sebut dalam insiden penembakan terbesar dalam sejarah modern AS
ini.
Danley adalah warga Australia yang diketahui lahir di
Filipina. Menurut catatan polisi, Danley selama ini tinggal bersama
Paddock di sebuah kondominium yang terletak di perumahan pensiunan di
Mesquite, Nevada, sekitar 145 kilometer dari Las Vegas.
Diberitakan
Reuters, penyelidik menerima laporan bahwa sejak akhir September Danley
berada di Filipina dan kembali ke AS beberapa hari sebelum penembakan.
Otoritas AS juga menyebut Paddock sempat mengirim uang sejumlah US$100
ribu ke rekening Danley saat berada di Filipina. Menurut seorang sumber
yang terlibat dalam penyelidikan, uang itu dikirim untuk pembayaran
asuransi jiwa Danley.
Paddock menembaki 22 ribu orang yang tengah
berkerumun di acara konser musik Country di Las Vegas dari kamarnya di
lantai 32 Mandalay Bay Hotel. Selain menewaskan puluhan orang, aksi
brutal pensiunan akuntan yang gemar berjudi itu melukai lebih dari 500
orang.
Aparat penegak hukum hingga kini masih kebingungan
menentukan motif pelaku. Mereka belum bisa menjelaskan bagaimana
seseorang yang tidak punya catatan kejahatan dan tidak pernah terdeteksi
berkaitan dengan kelompok teror, politik maupun kebencian bisa
melakukan aksi seperti itu.
Kelompok teror ISIS sudah mengklaim
bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, otoritas AS tidak
percaya pada pernyataan yang tidak disertai bukti itu.
Pemerintah AS pun tidak menyebut insiden ini sebagai aksi terorisme.
Credit
cnnindonesia.com