Sekitar 1.400 anak yatim piatu Rohingya
mengarungi Sungai Naf demi mencapai Bangladesh, meninggalkan kenangan
pahit mereka di Rakhine. (Dok. ACT)
Belasan hari lamanya mereka harus menempuh perjalanan dengan ingatan tragis tersebut, hingga akhirnya mereka tiba di Kamp Kutupalong dengan tatapan kosong.
UNICEF bahkan melaporkan, banyak dari mereka memperlihatkan tatapan dingin, ketakutan, hingga trauma mendalam.
Meski masih memendam trauma, mereka harus langsung berusaha berbaur dengan anak-anak lain yang bernasib sama di kamp tersebut.
Namun, keceriaan mulai tampak di wajah mereka ketika sekelompok relawan membawa bingkisan sumbangan dari Indonesia yang berisi suplemen kesehatan, buah-buahan segar, roti, susu, mainan, dan pakaian.
“Riuh sekali. Saya sampai mendengar berbagai bunyi mainan yang mereka mainkan. Mereka benar-benar senang dengan hadiahnya,” ujar anggota Tim SOS Rohingya XV dari Aksi Cepat Tanggap, sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (4/10).
Bingkisan ini diharapkan dapat membawa sedikit kebahagiaan bagi anak-anak yatim Rohingya, sementara nasib mereka dan ratusan ribu orang lainnya yang tiba di Bangladesh masih terkatung-katung.
Keceriaan
mulai tampak di wajah anak-anak yatim piatu Rohingya ketika sekelompok
relawan membawa bingkisan sumbangan dari Indonesia yang berisi suplemen
kesehatan, buah-buahan segar, roti, susu, mainan, dan pakaian. (Dok.
ACT)
|
Merujuk pada laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih dari 507 ribu orang Rohingya dilaporkan kabur ke Bangladesh setelah rentetan aksi kekerasan militer dilaporkan kembali memanas di Rakhine sejak 25 Agustus lalu.
Bangladesh sendiri sebenarnya sudah tidak mau menerima para Rohingya tersebut karena mereka sudah menampung sekitar 400 ribu pengungsi yang kabur dari rangkaian kekerasan sebelumnya di Myanmar.
Setelah dikecam oleh komunitas internasional, Myanmar akhirnya menyatakan kesiapan mereka untuk menerima kembali para pengungsi Rohingya yang kabur ke Bangladesh dengan syarat verifikasi terlebih dulu.
Pemerintah Myanmar dan Bangladesh pun sudah membentuk satu kelompok kerja untuk mengurus pengembalian Rohingya ini. Namun, para Rohingya sendiri meragukan komitmen Myanmar.
Credit cnnindonesia.com