Rabu, 07 Januari 2015

Korsel: Korut punya teknologi "signifikan" bangun nuklir mini

Seoul (CB) - Korea Utara tampaknya telah mencapai tingkat teknologi yang "signifikan" untuk membuat perangkat nuklir mini yang dapat dipasang di ujung rudal, kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Selasa.

"Kemampuan Korea Utara untuk membuat senjata nuklir mini tampaknya telah mencapai tingkat yang signifikan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Pertahanan Korsel menyampaikan peringatan itu pada selembar kertas putih yang dirilis Selasa ini, meski pun para pejabat pertahanan mengatakan Korut sebagai negara pemilik senjata nuklir belum menunjukkan kapasitas miniaturisasi nuklirnya.

Pihak Korea Utara telah melakukan tiga kali tes nuklir, dan tes terakhir kali dilakukan pada Februari 2013.

Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan Korut kemungkinan telah mengamankan sekitar 40 kilogram (88 pon) senjata plutonium dengan pemrosesan ulang sisa batang bahan bakar nuklir, dan menyebutkan bahwa Korut sedang mengerjakan sebuah program nuklir yang kaya dengan kandungan uranium.

Korea Utara sudah menyimpan lama reaktor berkekuatan lima megawatt di kompleks nuklir utamanya Yongbyon pada 2007 di bawah kesepakatan bantuan untuk perlucutan senjata, tetapi Korut mulai merenovasi fasilitas nuklir itu pada pertengahan 2013. Fasilitas tersebut merupakan sumber utama senjata plutonium negara itu.

Korea Utara juga diduga memiliki kemampuan untuk mengembangkan rudal yang bisa mengancam daratan Amerika Serikat, melalui serangkaian uji coba rudal jarak jauh, kata Kementerian Pertahanan Korsel.

Pada 2012, Korut menampilkan kemampuan roketnya dengan mengirimkan sebuah satelit ke orbit, namun Korut belum melakukan tes yang akan menunjukkan bahwa negara itu telah menguasai teknologi re-entry yang diperlukan untuk rudal balistik antar-benua (ICBM).

Meskipun tidak ada keraguan bahwa Korea Utara memiliki program pengembangan rudal balistik yang sangat aktif, para ahli berbeda pendapat mengenai berapa banyak kemajuan yang telah dibuat negara itu.

Kantor berita Korea Selatan Yonhap mengutip pernyataan seorang pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak disebutkan namanya. Pejabat itu mengatakan bahwa rudal jarak jauh Taepodong-2 milik Korut diyakini telah meningkat jangkauannya hingga 10.000 kilometer (6.200 mil) dari perkiraan sebelumnya sekitar 7.000 kilometer.

Namun, tidak terdeteksi adanya tanda-tanda bahwa Korea Utara telah menggunakan rudal jarak jauhnya, kata pejabat Kementerian Pertahanan Korsel itu, demikian AFP.


Credit ANTARA News

Prancis kirim kapal induk ke Samudera Hindia untuk "latihan"


Prancis kirim kapal induk ke Samudera Hindia untuk
Dua jet tempur Rafale, terlihat dalam gambar yang dirilis, Rabu (23/3) oleh Badan Komunikasi dan Audiovisual Pertahanan Perancis (ECPAD) bersiap untuk melontar dari kapal induk berbendera Prancis Charles de Gaulle, Selasa (22/3). Kapal induk membawa 1800 kru dan 20 pesawat, didampingi dengan kapal selam tempur, sejumlah fregat dan kapal pengisian bahan bakar, lapor pihak pertahanan. (REUTERS/ECPAD/MARINE NATIONALE/MT Roberte Quarante/Handout)
 
 
Paris (CB) - Prancis mengirimkan kapal induk pengangkut pesawat tempur ke Samudera Hindia untuk pelatihan angkatan laut, kata sumber kementerian pertahanan Selasa, dan menambahkan bahwa kapal sudah siap untuk operasi militer jika diperlukan.

Situs khusus internet angkatan laut "Mer et Marine" melaporkan bahwa kapal induk Charles de Gaulle, unggulan armada Prancis, sedang menuju ke Teluk, di mana ia akan bergabung dengan operasi terhadap Negara Islam (ISIS) di Irak, lapor Reuters.

Kapal induk ini biasanya disertai dengan kapal selam serang, beberapa fregat dan kapal pengisian bahan bakar.

Ketika ditanya apakah kapal induk dapat digunakan untuk melawan Negara Islam, sumber kementerian pertahanan mengatakan: "Ini adalah alat militer. Tujuannya adalah untuk digunakan."

Presiden Francois Hollande telah secara resmi mengumumkan keberangkatan kapal itu pada 14 Januari ketika dia menyampaikan pidato tahun baru, tahunan, kepada militer dari kapal di selatan kota pelabuhan Toulon.

Prancis adalah negara pertama yang bergabung dengan koalisi pimpinan AS dalam serangan udara di Irak melawan pemberontak ISIS, yang juga telah menguasai sebagian besar wilayah tetangga Suriah selama perang saudara tiga tahun di sana.

Namun, Prancis telah mengesampingkan penyerangan terhadap kelompok tersebut di Suriah.

Kapal induk ini memiliki sekitar 800 personel militer, sembilan jet tempur, pesawat patroli maritim dan pesawat pengisian bahan bakar yang berpangkalan di Uni Emirat Arab sebagai bagian dari misi "Chammal" Irak, serta kapal perang anti-pesawat di Teluk.

Kapal ini juga mengoperasikan enam jet tempur Mirage dari Yordania.


Credit ANTARA News

Jokowi Harapan Papua


 
Liliek Setyowibowo/Sonora Presiden Joko



CB - PRESIDEN Joko Widodo mengadakan kunjungan ke Tanah Papua selama tiga hari, 27-29 Desember 2014. Dia menghadiri perayaan Natal nasional yang diselenggarakan di Jayapura serta bertemu sejumlah pihak di Sentani, Wamena, Sorong, dan Biak.

Suasana kegembiraan mewarnai kunjungan Presiden Jokowi. Tidak terdengar sedikit pun suara-suara sumbang yang menyatakan ketidakpuasan atas kehadirannya.

Presiden Jokowi mempunyai sikap empati dan solidaritas yang luar biasa terhadap rakyat Papua sehingga dia dapat memahami permasalahan mereka.

”Masalah yang ada di Papua tidak hanya berkaitan dengan ekonomi, sosial, atau politik,” kata Presiden Jokowi.

Masalah utama, lanjutnya, adalah ”Tidak adanya saling percaya antara rakyat dan pemimpinnya.”

Tanah yang damai

Inilah suatu pengakuan jujur yang tidak pernah diungkapkan oleh enam presiden sebelumnya. Presiden mengakui bahwa dalam suasana ketidakpercayaan antara satu dan yang lain, masalah apa pun tidak dapat diselesaikan. Dengan demikian, meningkatkan sikap saling percaya di antara sejumlah pihak di Tanah Papua merupakan hal pertama, penting, dan mendesak (urgent) yang perlu dilakukan.

Presiden Jokowi juga mengidentifikasi secara jelas kebutuhan fundamental rakyat Papua. ”Saya melihat rakyat Papua tidak hanya membutuhkan layanan kesehatan. Tidak hanya membutuhkan layanan pendidikan. Tidak hanya membutuhkan pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan. Namun, rakyat Papua butuh didengarkan, diajak berbicara. Itulah sikap dasar saya dalam membicarakan setiap persoalan yang ada di Papua,” tutur Presiden Jokowi yang disambut dengan tepuk tangan meriah.

Mengapa? Orang Papua menyambut pernyataan ini dengan tepuk tangan meriah karena tidak pernah mendengar kata-kata seperti ini dari semua presiden sebelumnya.

Kegembiraan rakyat bertambah besar ketika mendengar Jokowi sebagai satu-satunya Presiden yang berjanji mengunjungi Papua tiga kali setahun. ”Kalau kurang dari tiga kali,” pintanya, ”coba ingatkan saya, tegur saya, bilang, ’Pak, baru dua kali’, dan nanti saya datang.” Janji Presiden ini membangkitkan harapan dalam hati orang Papua bahwa Presiden Jokowi dalam kunjungannya nanti akan rela mendengarkan curahan hati dan aspirasi mereka.

Tidak seperti presiden-presiden sebelumnya, Jokowi mengakui adanya konflik dan kekerasan yang berlangsung lama di Tanah Papua. Kasus penembakan di Paniai, 8 Desember 2014, hanyalah salah satu dari sekian banyak kekerasan yang terjadi selama ini. Presiden Jokowi menyampaikan rasa penyesalannya dan dukacita terkait kasus penembakan di Paniai dan bertekad untuk menyelesaikan kasus tersebut hingga tuntas.

Jokowi menyampaikan komitmennya untuk mencegah agar kasus penembakan seperti ini tidak terulang lagi di masa depan. ”Yang penting,” harap Presiden, ”kejadian seperti ini jangan terjadi lagi di Papua.” Kekerasan ditolak secara tegas ”Karena”, kata Jokowi, ”yang ingin kita bangun adalah Tanah Papua yang damai.” Dia menekankan pentingnya menemukan dan menyelesaikan akar penyebab dari semua kekerasan ini.

Rakyat Papua kini tahu bahwa Presidennya mempunyai komitmen untuk membangun Papua yang damai. Komitmen ini merupakan suatu bentuk dukungan dan peneguhan terhadap inisiatif masyarakat sipil yang dimotori para pimpinan agama (Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, dan Buddha) di Papua yang sedang berupaya mewujudkan Papua sebagai Tanah Damai.

Jokowi adalah satu-satunya Presiden Indonesia yang menekankan persatuan dan keterlibatan dari semua pemangku kepentingan dalam membangun Papua yang damai. Presiden mengajak semua pihak, ”Marilah kita bersatu. Yang masih ada di dalam hutan, yang masih berada di atas gunung-gunung, marilah kita bersama-sama membangun Papua tanah yang damai. Marilah kita pelihara saling rasa percaya di antara kita sehingga kita bisa berbicara dengan suasana yang damai dan sejuk.”

Ajakan Presiden ini memberikan harapan bagi rakyat Papua bahwa akan ada komunikasi politik yang dibangun pemerintah untuk melibatkan orang Papua yang masih bergerilya di hutan dan yang hidup di luar negeri dalam membangun Papua yang damai-sejahtera.

Jalan dialog

Presiden Jokowi sendiri mengedepankan jalan dialog. Maka, dia berjanji akan mendengarkan lebih banyak suara rakyat. ”Saya ingin pergunakan waktu sebanyak-banyaknya,” kata Presiden, ”untuk lebih banyak mendengar dan berdialog dengan hati.”

Bagi Jokowi, semangat untuk mendengar dan berdialog inilah yang ingin digunakannya sebagai fondasi membangun Papua yang damai-sejahtera.

Dialog digunakan sebagai medium untuk meningkatkan kepercayaan antara rakyat dan pemimpin pemerintahan. Maka, Presiden Jokowi mendorong gubernur, pangdam, kapolda, dan para bupati di Tanah Papua untuk melakukan lebih banyak dialog dengan rakyat.

Jokowi menegaskan pentingnya dialog yang dilaksanakan di aneka level, dengan sejumlah kelompok, dan dengan menggunakan format dialog yang berbeda-beda. Melalui dialog ini, masalah-masalah dapat diidentifikasi dan solusi dapat ditemukan secara damai. Maka, rakyat boleh berharap bahwa konflik Papua pun dapat diselesaikan melalui dialog yang inklusif.

Jokowi tampil sebagai harapan bagi rakyat Papua. Kunjungannya membangkitkan harapan, memberikan energi dan kekuatan baru dalam membangun perdamaian, serta menghidupkan daya imajinasi dan kreativitas rakyat Papua dalam mewujudkan perdamaian di Tanah Papua melalui dialog.

Presiden Jokowi telah merebut kepercayaan dari rakyat Papua. Kepercayaan ini merupakan modal utama untuk—tentu saja bersama rakyat—menyelesaikan aneka permasalahan dan membangun perdamaian di Tanah Papua.



Credit Kompas.com

Kapolda Papua: Serahkan Diri atau Saya Kejar Sampai Neraka



 
alfian kartono Kapolda Papua, Brigjen Pol Yotje Mende


JAYAPURA, CB – Sebanyak 114 orang yang diduga pengikut kelompok Ayub Waker diamankan setelah tim gabungan Kepolisian berhasil menguasai markas kelompok tersebut di wilayah perbukitan sekitar 2 Kilometer dari Kampung Utikini, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Selasa (6/1/2015).
Selain mengamankan 114 orang yang memiliki kartu West Papua, Kepolisian juga menyita ratusan senjata tajam, busur dan anak panah serta parang.
Sebelumnya, Tim Gabungan Kepolisian dari Brimob Detasemen B Timika dan Polres Mimika yang dipimpin Kaden Brimob Detasemen B, Kompol IGA Nugraha, sempat terlibat kontak tembak dengan kelompok Ayub Waker. Walau berhasil menguasai 3 tenda yang menjadi markas kelompok bersenjata ini, namun Ayub Waker berhasil meloloskan diri.
Aparat Kepolisian memburu Ayub Waker yang menjadi dalang penyerangan mobil patroli QRF PT Freeport Indonesia, yang menewaskan 2 anggota Brimob anggota Satgas Amole dan seorang anggota Security Freeport, Kamis (1/1/2015) lalu.
Selain itu, Ayub Waker dan pengikutnya juga membawa lari 2 pucuk senjata laras panjang Jenis Styer Aug bersama amunisinya.
Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jendral Yotje Mende usai meninjau ke Kampung Utikini, Tembagapura mengatakan pihaknya akan terus melakukan pengejaran hingga pelaku tertangkap.
“Mereka boleh kucing-kucingan, silahkan, tapi kami akan kejar sampai ketemu. Saya ultimatum untuk menyerahkan diri. Kalau tidak, kemana pun mereka pergi, bahkan ke neraka sekalipun akan kami kejar,” tegas Mende kepada wartawan di Timika, Selasa (6/1/2015) malam.
Guna pengejaran Ayub Waker beserta pengikutnya, mantan Kapolda Kepulauan Riau tersebut mengaku sudah meminta bantuan kepada pihak TNI untuk memback up kepolisian. Dalam kasus ini, satu orang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Dijelaskan Mende, M ditangkap saat penyisiran beberapa saat setelah kejadian.
“Dari penyelidikan lebih lanjut, diketahui KTP milik M sempat disita salah satu korban penyerangan. Saat ini ada di dompet almarhum Bripda Rian yang terbawa ke Palembang. M kemungkinan pelaku dan juga mata-mata,” ungkap Mende.




Credit KOMPAS.com

Selasa, 06 Januari 2015

Mayoritas Warga Ingin Australia Netral dalam Sengketa Laut China Timur


Beijing dan Tokyo telah lama terlibat dalam pertempuran sengit atas kepemilikan gugusan pulau yang diperebutkan, yang dikenal sebagai Pulau Diaoyu di China dan Senkaku di Jepang.

Australia memiliki aliansi militer lama dengan sekutu dekat Jepang, Amerika Serikat yang bisa saja terseret dalam sengketa kedua negara tersebut.

Namun sebuah jajak pendapat terbaru yang diselenggarakan oleh Institut Hubungan Australia-China di Universitas Teknologi Sydney (UTS) menunjukan 71% warga Australia ternyata menginginkan negaranya bersikap netral jika sengketa tersebut meningkat.
"Jajak pendapat ini memastikan kalau warga Australia menginginkan negaranya tetap bersikap netral," kata mantan Menteri Luar Negeri, Bob Carr yang menjadi Direktur dari lembaga perumus kebijakan independen tersebut.
Ketika ditanya apa yang harus dilakukan oleh Australia jika pecah konflik terbuka antara Jepang dan China dalam memperebutkan pulau tersebut, sebanyak 15% warg Australia mengatakan mereka meminta Australia mendukung aliansi Jepang dan AS.
Sementara 4 persen warga lainnya mengatakan Australia harus mendukung China dan hanya 9% saja yang menyatakan tidak tahu harus bersikap apa. Jajak pendapat ini dilakukan dengan melibatkan 1000 orang koresponden.
Dan jika Presiden AS menelpon dan meminta PM Tony Abbott bergabung mendukung Jepang, 68 persen warga Australia dalam jajak pendapat itu menyatakan negaranya harus menyatakan kalau mereka bersikap netral dalam konflik sengketa perbatasan ini dan tidak mengirimkan kekuatan militernya.
Hanya 14 persen warga yang menyatakan pasukan Australia harus bergabung dengan aliansi Jepang dan AS jika perang terjadi, sedangkan 17 persen warga lainnya tidak memberikan sikap.
Bob Carr mengatakan sejauh keprihatinan warga, Australia dibawah Kesepakatan Australia - Selandia Baru tidak dibolehkan melakukan komitmen untuk menghadapi sengketa semacam itu.
Perjanjian ini mengikat Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat untuk hanya bisa bekerja sama di bidang pertahanan.
 
"Kita tahu bahwa Australia sangat mendukung perjanjian ANZUS tapi jajak pendapat ini menegaskan mereka tidak ingin dilibatkan dalam konflik antara China dan Jepang atas pulau-pulau di Laut China Timur," katanya.
 
Australia dan Jepang baru-baru ini meningkatkan kerjasama militer dan ekonomi kedua negara, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut Canberra sebagai "sahabat" Tokyo.
 

Namun China juga merupakan mitra dagang terbesar Australia, dengan total nilai perdagangan diantara kedua negara melebihi $150 miliar.


Credit Radio Australia

Cari Air Asia, Kualitas Personel TNI Oke, Alutsista?


Cari Air Asia, Kualitas Personel TNI Oke, Alutsista?
Kantong jenazah korban jatuhnya AirAsia QZ8501 di dek KRI Banda Aceh, 3 Januari 2015. Jenazah tersebut dievakuasi ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, menggunakan helikopter TNI AL. TEMPO/Dian Triyuli


CB, Jakarta - Pengamat militer dari Digimed Karya Imaji, Anton Aliabbas, mengatakan perbedaan kemampuan alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI dengan Amerika berpengaruh dalam kinerja militer dan kemanusiaan.

Perbedaan itu tampak jelas saat TNI mengevakuasi dan mencari puing pesawat Air Asia QZ8501 yang hilang kontak sejak Ahad, 18 Desember 2014, di Selat Karimata. Dalam pencarian ini, Amerika Serikat membantu mengirimkan kapal perang perusak USS Sampson yang tiba di Selat Karimata, pada Jumat, 2 Januari lalu.

Pada hari pertama bertugas, kapal perang khusus perairan dangkal itu berhasil menemukan 12 jenazah. Sebagai perbandingan, tim Badan SAR Nasional baru menemukan tujuh jenazah dalam waktu empat hari atau sehari sebelum USS Sampson bergabung.

Menurut Anton, dari sisi kemampuan personel, prajurit TNI tak kalah dengan Amerika. "Tapi kemampuan personel saja tak cukup, harus didukung peralatan memadai," ujar Anton saat dihubungi Tempo, Senin, 5 Januari 2015.

Menurut pengajar di Universitas Paramadina itu, kekuatan alutsista laut yang mumpuni sangat diperlukan TNI. Terlebih TNI sudah pasti ikut menyukseskan misi pemerintahan Jokowi yang bertema poros maritim.

Anton menuturkan sudah saatnya pemerintah Jokowi memikirkan kapal perang andal lain. "Apakah Indonesia butuh (kapal perang berkemapuan canggih macam USS Sampson), ya pasti butuh," katanya.

Anton menyatakan saat ini pemerintah harus mampu mengubah daya pikir soal kekuatan alutsista Indonesia. Selama ini, pemerintah seakan berpikir alutsista dari sisi kuantitas atau jumlah, sedangkan kualitas kurang dilirik. "Sekarang harus pikirkan kemampuan dan kecanggihan alutsista yang akan dibeli," ujar Anton


Credit TEMPO.CO

Bantu Cari Pesawat Air Asia Cina Mengirimkan Kapal Yongxingdao

Bantu  Cari Pesawat Air Asia Cina Mengirimkan  Kapal Yongxingdao
kapal Yongxingdao

CB.BEIJING - Sebuah kapal penyelamat Cina meninggalkan pelabuhan militer di Sanya di China selatan Provinsi Hainan Senin malam untuk operasi pencarian kotak hitam dari naas AirAsia Flight QZ8501.Menanggapi permintaan dari Indonesia, kapal, Yongxingdao, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Angkatan Laut, diharapkan tiba Jumat (9/1/2015)  di perairan di mana pesawat AirAsia  hilang, menurut pihak berwenang angkatan laut.

Dilengkapi dengan pencarian di bawah air dan mendeteksi perangkat dan 48 penyelam, kapal, yang mengambil bagian dalam operasi pencarian dari hilang Malaysia pesawat MH370, juga akan membantu dalam mencari puing-puing dari pesawat yang hilang dan tubuh para korban.(Xinhua)


Credit TRIBUNNEWS.COM

Lawan Kelompok Anti-Islam di Jerman, Muncul Demo Tandingan

Lawan Kelompok Anti-Islam di Jerman, Muncul Demo Tandingan
Ribuan orang di Jerman turun ke jalan menggelar demo tandingan untuk melawan kelompok PEGIDA yang anti-Islam. | (Reuters)
 
BERLIN (CB) - Demonstrasi anti-Islam yang digelar kelompok PEGIDA di sejumlah wilayah Jerman kemarin dianggap rasis. Puluhan ribu penentang kelompok itu kini menggelar demo tandingan untuk membela komunitas Muslim di Jerman.

Kelompok PEGIDA adalah kelompok anti-imigran yang mengklaim menyuarakan kelompok patriotik Eropa untuk melawan Islamisasi Barat. Sekitar 30 ribu penentang demo kelompok PEGIDA di berbagai wilayah di Jerman telah turun ke jalan.

Menurut laporan AP, Selasa (6/1/20140, para penentang PEGIDA beraksi di Dresden, Berlin, Cologne, Stuttgart, Muenster dan Hamburg, dengan membawa berbagai atribut untuk mendukung komunitas imigran.

Kelompok PEGIDA yang menurut polisi berjumlah sekitar 18 ribu orang, kemarin nekat demo di berbagai wilayah di Jerman. Padahal, Kanselir Jerman, Angela Merkel, telah memperingatkan agar demo itu tidak dilakukan.

Para penentang kelompok PEGIDA menganggap menentang komunitas imigran adalah kebijakan rasis. ”Apa yang terjadi sekarang di Jerman sangat mengejutkan,” kata Ursula Wozniak, demonstran anti-PEGIDA di Berlin.

Pihak Katedral di Jerman juga menyayangkan demo kelompok PEGIDA. Tokoh Katedral Jerman, Norbert Feldhoff, minta warga Jerman berpikir dua kali sebelum bergabung dengan kelompok PEGIDA.

”(Jika) Anda mengambil bagian dalam tindakan itu, orang dapat melihat Anda adalah Naziis, rasis dan ekstrimis,” kata Feldhoff.


Credit SINDOnews


Kawah Candradimuka Para Penerbang Militer


Kawah Candradimuka Para Penerbang Militer
Perwira Sekbang Lanud Adisutjipto mengecek pesawat latih sebelum melakukan latihan terbang malam, belum lama ini.

SLEMAN (CB) - Nama Kapten Irianto, pilot pesawat AirAsia QZ 8501 yang kecelakaan dalam penerbangan Surabaya menuju Singapura, secara tak langsung “membawa” nama Sekolah Penerbang (Sekbang) Lanud Adisutjipto Yogyakarta.

Sebab sang kapten hasil didikan dari sekolah penerbang militer itu. Sistem pendidikan di (Sekbang) Lanud Adisutjipto tak perlu diragukan lagi. Sekbang sudah ada sejak Indonesia lepas dari penjajahan Jepang. Selain itu, untuk lulus pun membutuhkan waktu panjang.

Bagi “utusan” AAU, AAL, atau Akademi Militer, membutuhkan waktu setidaknya 22 bulan. Sementara dari jalur lulusan SMA melalui program Perwira Sukarela Dinas Pendek (PSDP), seperti Kapten Irianto lebih lama lagi, yakni 3,5 tahun.

Ditemui KORAN SINDO YOGYA di rumah dinasnya kemarin sore, Komandan Lanud (Danlanud) Adisutjipto Yogyakarta, Marsma TNI Yadi Indrayadi Sutanandika mengungkapkan, para penerbang didikan Sekbang dijamin sumber daya manusianya. Terutama untuk penerbang pesawat militer, baik tempur, angkut, dan heli, khususnya TNI AU. “Sebab di tempat inilah kawah candradimuka bagi calon-calon penerbang,” ujarnya.

Sebagai institusi yang bertugas mempersiapkan penerbang militer andal dan profesional, Sekbang Lanud Adisutjipto dituntut selalu berinovasi, baik menyangkut SDM maupun peralatan untuk mendukung kegiatan tersebut. Apalagi Lanud Adisutjipto juga bertugas mendidik instruktur, navigator, dan instruktur navigator penerbang.

Termasuk membina aerobatic team atau terkenal dengan nama The Jupiter. Komponen-komponen yang terlibat di dalam pendidikan di antaranya siswa, instruktur, sarana dan prasarana, silabus, kurikulum, serta evaluasi. Khusus komponen pengajar Sekbang merupakan perwira yang lulus dan memenuhi kriteria menjadi instruktur.

Mereka berasal dari satuan skuadron tempur, angkut, dan heli, sehingga sudah mumpuni menjadi instruktur kepada perwira Sekbang. “Untuk instruktur ini, bukan hanya disesuaikan dengan satuannya, namun juga persyaratan dasar lainnya. Untuk instruktur pesawat tempur sudah berkualitas sebagai elemen leader. Sementara angkut dan heli berkualitas sebagai captain pilot di kesatuan masing-masing,” ujar alumni AAU 1986 ini.

Ada dua jalur perwira Sekbang TNI AU, yaitu dari jalur lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) dan lulusan SMA, tepatnya melalui jalur Perwira Sukarela Dinas Pendek. Tetapi jumlah angkatannya berbeda, yaitu AAU 32 siswa dan PSDP 20 siswa per angkatan dalam satu tahun, termasuk untuk penyebaran lulusannya juga berbeda.

Untuk AAU ditempatkan di kesatuan skuadron yang ada di TNI AU. Untuk PSDP di tempatkan di angkatan yang memerlukan atau tergantung dari kebutuhan tiap angkatan. “Bukan itu saja, untuk pendidikan juga tidak sama. Terutama untuk pendidikan keperwiraan. Untuk AAU karena sudah mendapatkan saat di akademi tidak lagi (diajarkan). Sedangkan PSDP harus menjalani pendidikan di Solo juga,” ujarnya.

Sementara pendidikan lainnya, seperti terjun payung, survival, dan bahasa Inggris, bisa bersamaan tempatnya. “Sehingga diharapkan bisa bersinergi, di samping pendidikan Sekbang sendiri,” katanya.

Ditanya jumlah angkatan, Danlanud menjawab, Sekbang dari jalur AAU sampai sekarang masuk angkatan ke-90, sedangkan PSDP memasuki angkatan ke-30. “Selain untuk Sekbang militer, selain dari AAU, juga menerima lulusan dari AAL dan Akmil, yang kemudian disebut melalui jalur akademik terpadu,” katanya.

Sementara sarana dan prasarana, ujar dia, selain memanfaatkan yang ada, juga sarana di sejumlah daerah. Misalnya, untuk survival di Waduk Sempor, Jateng; terjun payung di Sulaeman, Margahayu, Bandung, Jabar; dan area lainnya seperti renang dan menembak di AAU.

“Untuk pesawatnya, latih dasar menggunakan pesawat Grob dan latih lanjut, baik tempur maupun angkut dengan KT 1 Woong Bee. Sedangkan heli di Kalijati, Subang, Jabar,” kata Danlanud.

Mengenai penempatan lulusan Sekbang, baik dari jalur akademik militer terpadu maupun PSDP, akan dilihat dari berbagai aspek. Bukan hanya sisi akademik, tapi juga skill, kepribadian, keperwiraan, serta jasmani.

Beberapa faktor itu kemudian diakumulasi dengan bobot yang berbeda sehingga nanti diketahui rangking 1 sampai terakhir. Dari perangkingan diketahui bakat mereka dan cocoknya di mana. Jika tidak, akan ditempatkan sesuai dengan kebutuhan kesatuan.

“Contohnya kriteria masuk tempur 10 siswa, tapi hanya butuh 5, maka sisanya disebar ke angkut dan heli. Sebaliknya yang dibutuhkan tempur 10 tapi yang cocok hanya lima, mungkin hanya lima juga. Sebab kami tidak mau ada kegagalan di siswa tersebut jika dijuruskan di tempur,” kata jenderal bintang satu yang mengawali karier sebagai penerbang pesawat tempur F5 Tiger di Skuadron 14 Iswahyudi Madiun, Jatim ini.

Menurut Yadi, KSAU umumnya juga melanjutkan pendidikan ke Sekbang sehingga semua KSAU merupakan lulusan Sekbang. “Termasuk mantan Panglima TNI Marsekal TNI (Purn) Joko Suyanto,” kata adik angkatan dari Kapten Irianto ini.




Credit KORANSINDO

Eurasia Group Masukkan Indonesia Sebagai Bagian Risiko Tahun 2015


Eurasia Group Masukkan Indonesia Sebagai Bagian Risiko Tahun 2015
Kelompok Eurasia Group membuat 10 Top Risiko untuk tahun 2015.

CB, TOKYO - Indonesia menghadapi tantangan dari penurunan harga komoditas akibat berkurangnya permintaan Tiongkok, mengingat bahwa 65 persen dari ekspor Indonesia adalah komoditas yang terkait. Pertumbuhan lebih lambat pada gilirannya, membatasi kemampuan Presiden Joko Widodo untuk memperbaiki tata kelola dalam menstabilkan ekonomi, yang dinyatakan salah satu janji reformasi di dalam pasar negara berkembang. Demikian laporan Eurasia Group, Senin (5/1/2015) mengenai 10 risiko yang akan dihadapi dunia di tahun 2015, memasukkan Indonesia juga sebagai perhatian dan faktor pengaruh risiko dunia oleh Presidennya Ian Bremmer.
"India dan Indonesia, memperoleh kemenangan yang cukup berarti dari pemilunya belum lama ini. Pemerintah baru terpilih di India dan Indonesia akan mendapatkan keuntungan dari periode bulan madu dan jarak politik dari kegagalan masa lalu," tulisnya.
Salah satu risiko tahun 2015 di dunia adalah nasionalisme Asia.
"Kurangnya kepemimpinan global yang kita sebut dunia G-Zero telah menciptakan ketidakstabilan geopolitik yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir. Namun di Asia, kepemimpinan di tingkat nasional kini memiliki efek sebaliknya. Empat dari ekonomi utama di Asia manfaat dari pemimpin yang kuat, karismatik, dan populer (terutama berbeda dengan pendahulu mereka): China Xi, Narendra Modi India, Jepang Shinzo Abe, dan bahkan Indonesia Joko Widodo."
Keempatnya mengutamakan reformasi ekonomi domestik menyapu yang baik, walau agak terlambat di negara mereka. Setidaknya sejauh ini, menikmati beberapa keberhasilan.
"Yang paling penting, empat negara tersebut mengejar kebijakan ini tanpa tangan mereka dipaksa oleh krisis langsung (seperti respon Amerika terhadap krisis keuangan atau respon Eropa terhadap krisis zona euro). Hal ini memberikan mereka lebih banyak fleksibilitas ketika tantangan prioritas kebijakan mereka muncul, dan kemungkinan sukses yang lebih besar, atau setidaknya, kemajuan yang signifikan sebelum usaha mereka berkurang."
Banyak dukungan dalam negeri untuk nasionalisme di Asia, empat aktor negara penting ini punya alasan yang baik untuk menghindari gangguan asing, meningkatkan hubungan ekonomi regional mereka, dan menjaga hubungan keamanan dalam keseimbangan.
"Kita pasti akan melihat berita utama di seluruh konfrontasi militer di Selatan dan Cina Timur Laut, ketegasan India (dan keprihatinan Tiongkok) lebih Arunachal Pradesh, dan pembicaraan tentang pembangunan militer di seluruh wilayah. Ketegasan Tiongkok tidak akan hilang, meskipun itu jauh lebih mungkin untuk tetap fokus pada negara-negara yang lebih kecil tanpa hubungan dengan Barat, seperti Vietnam. Ketegangan serius menjadi perhatian jangka panjang. Untuk tahun 2015 setidaknya, akan ada penahan pragmatis antara kekuatan Asia, dan merupakan langkah segera menuju kepala dingin dalam hal insiden kecelakaan."
Risiko ISIS, ketegangan Arab Saudi-Iran, hubungan Tiongkok-Taiwan, kebijakan luar negeri Turki, negara produsen minyak dan masalah dalam negeri Meksiko juga menjadi perhitungan dan faktor risiko perubahan di tahun 2015 ini. Demikian laporan Eurasia Group.



Credit TRIBUNNEWS.COM

10 Negara yang Tak Memiliki Pasukan Militer

10 Negara yang Tak Memiliki Pasukan Militer
Negara-negara ini tak memiliki pasukan militer untuk menjaga keamanan. Apa saja?

CB, Jakarta Pasukan militer merupakan pasukan penjaga keamanan yang didanai oleh pemerintah dan terdiri dari Angkatan Laut, Angkatan Darat, serta Angkatan Udara. Sebuah negara biasanya memiliki tiga elemen tersebut dalam menjaga kedaulatan wilayah di dalam negara. Uniknya, ada beberapa negara yang tak mempunyai pasukan militer. Negara-negara tersebut hanya memiliki sepasukan kecil kepolisian untuk menjaga keamanan. Negara-negara apa saja yang tak memiliki pasukan militer? Ini dia.

10. Samoa

Pulau Samoa terletak di Selatan Samudera Pasifik. Negara ini memperoleh kemerdekaannya dari Selandia Baru pada tahun 1962. Saat ini, negara ini tidak mempunyai pasukan tentara. Namun, Samoa mempunyai pasukan kepolisian yang kecil dengan tingkat kejahatan yang rendah.
Sumber utama kejahatan biasanya berkaitan dengan narkoba. Samoa juga memiliki Unit Maritim untuk menjaga keamanan internal serta pasukan penjaga kedaulatan di laut yang disebut Nafanua. 

9. Kiribati

Terletak di bagian Barat Samudera Pasifik dan berbatasan dengan Indonesia, Filipina, serta Mikronesia. Jepang pernah menduduki pulau ini selama Perang Dunia I. Pulau ini memperoleh kedaulatan penuh pada tahun 1994. Saat ini, tak ada tentara yang menjaga pulau ini. Namun terdapat sepasukan kepolisian serta 30 orang penjaga daerah laut.


8. Tuvalu

Adalah bagian dari Kepulauan Polinesia dan terletak di antara Hawai dan Australia. Sebelumnya dikenal sebagai Kepulauan Ellice dan merupakan negara paling padat ketiga di dunia. Meski begitu, negara ini tidak memiliki kekuatan militer reguler. Negara ini hanya mempunyai pasukan polisi yang disebut Kepolisian Tuvalu dan Unit Maritim serta Lembaga Permasyarakatan. Negara ini memperoleh kemerdekaan pada tahun 1978 dari Kerajaan Inggris.


7. Marshall

Negara kepulauan yang satu ini terletak di bagian Utara Samudera Pasifik. Pemerintahan secara resmi baru didirikan di negara ini pada tahun 1986 dan memperoleh kedaulatan dari Amerika Serikat. Meski telah merdeka sejak 1990, Amerika Serikat akan terus memberikan bantuan dan perlindungan selama perang sesuai perjanjian. Hal ini membuat negara ini tidak mempunyai tentara karena kebutuhan akan pasukan keamanan didatangkan langsung dari Amerika.


6. Grenada

Negara yang dikenal juga sebagai Tanah Rempah-rempah ini terletak di dekat Laut Karibia. Negara ini merupakan bagian dari koloni Inggris dan baru merdeka pada tahun 1974. Negara ini tidak memiliki tentara tetap namun memiliki layanan keamanan Kerajaan Kepolisian dan Internal. Negara ini bergantung pada negara terdekat untuk bantuan dalam perlindungan. Sama seperti Pulau Marshall, Grenada juga menerima bantuan dari Amerika.



5. Nauru

Adalah republik terkecil di dunia yang luas wilayahnya hanya 8,1 meter persegi. Negara paling padat kedua di dunia ini terletak di Pasifik Selatan dan sempat diduduki Jepang selama Perang Dunia II. Negara ini memperoleh kemerdekaan pada tahun 1968. Meski tidak memiliki pasukan militer, Nauru menerima bantuan keamanan dari Australia sesuai perjanjian mereka. Nauru hanya mempunyai kepolisian internal.


4. Andorra


Negara ini dikelilingi oleh Prancis dan Spanyol. Negara ini memiliki jumlah populasi yang kecil dan kerap didatangi wisatawan yang jumlahnya melebihi jumlah warganya sendiri. Negara ini mendapat perlindungan dari Spanyol dan Prancis. Hanya ada sepasukan kecil penjaga keamanan yang menjaga negara ini.


3. Kosta Rika

Negara yang terletak di Amerika Tengah ini telah lama menjadi negara dengan tingkat pendapatan penduduk paling baik. Negara ini sebelumnya dipimpin oleh diktator militer dan baru memperoleh kemerdekaan pada tahun 1950. Negara ini tidak mempunyai pasukan tentara dan berada di bawah perlindungan Amerika Serikat.


2. Vatikan

Didirikan pada tahun 1929, Vatikan merupakan negara terkecil di dunia sekaligus paling padat. Negara ini tidak mempunyai pasukan pertahanan. Pertahanan militer diperoleh dari bantuan Italia. Terdapat juga pasukan Garda Swiss yang menjaga tahta suci Vatikan.

1. Liechtenstein

Negara in merupakan negara dengan perndapatan per kapita tertinggi di dunia. Selain disebut-sebut sebagai negara dengan standar hidup tertinggi di dunia, negara ini juga memiliki tingkat kejahatan paling rendah di dunia. Tentara dihapuskan setelah Perang Austro-Prusia pada tahun 1868. Meski makmur secara ekonomi, negara ini tetap memilih tidak memiliki pasukan militer. Hanya ada sepasukan kecil kepolisian yang bekerja sama dengan Austria dan Swiss dalam menjaga keamanan.
Nah, terbukti bukan. Tak mesti memiliki pasukan militer untuk mempertahankan kedaulatan negara



Credit Liputan6.com

Jet Tempur Tercanggih AS Dikabarkan Ngadat hingga 2019

Jet Tempur Tercanggih AS Dikabarkan Ngadat hingga 2019
Pesawat jet tempur tercanggih F-35 milik AS dilaporkan tak bisa beroperasi hingga 2019. | (Time of Israel)

WASHINGTON (CB) - Pesawat jet tempur F-35 tercanggih dan termahal sepanjang sejarah Amerika Serikat (AS) dilaporkan tidak bisa beroperasi sepenuhnya atau ngadat sampai 2019. Penyebabnya, karena terjadi kesalahan komputer.

Pesawat jet tempur F-35 adalah pesawat tempur generasi kelima yang dirancang dalam tiga variasi untuk Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS untuk mengganti pesawat tempur yang ada saat ini.

Padahal, pesawat jet dengan biaya sekitar US$400 miliar itu direncanakan bisa bergabung dengan Marinir AS pada tahun 2015 dan Angkatan Udara AS pada tahun 2016. Selama ini, Angkatan Udara AS menggunakan pesawat tempur F-16.

Akibat kesalahan komputer itu, empat laras senjata di pesawat F-35 tidak akan bisa berfungsi. “Tidak akan ada senjata sampai (yang bergabung dengan operasi tempur), tidak ada software untuk mendukung itu sekarang atau untuk tahun empat berikutnya,” kata seorang pejabat Angkatan Udara yang terkait dengan program pesawat jet tempur F-35, kepada Daily Beast.

Masalah ini sangat akut, karena pesawat jet tempur F-35 telah direncanakan untuk mendukung operasi udara (CAS). ”Kurang majunya tembakan artileri di sebuah pesawat pendukung CAS adalah sebuah cacat besar,” kata seorang pilot tempur berpengalaman kepada Daily Beast, semalam.

Namun, Pentagon membantah penundaan operasional pesawat jet F-35. Bantahan itu disampaikan Pentagon kepada International Business Times, tanpa memberikan rincian penjelasan.


 Credit SINDOnews

Laksamana Nakhimov, Kapal Jelajah Rudal Terhebat Armada Rusia



Laksamana Nakhimov, Kapal Jelajah Rudal Terhebat Armada Rusia
Kapal jelajah berat Laksamana Nakhimov berlayar di Laut Barents. Foto: RIA Novosti


CB - Kapal jelajah berat Laksamana Nakhimov akan dilengkapi persenjataan baru yang akan membuat kapal ini mampu melampaui kapal utama Armada Rusia, kapal jelajah rudal Peter yang Agung. Para pengamat menilai setelah pemasangan sistem rudal antipesawat jarak jauh baru S-400 dan Poliment-Redut, misi tempur kapal ini tidak akan berubah.

Dalam proses modernisasi yang dimulai sejak tahun lalu, kapal jelajah nuklir Laksamana Nakhimov akan dilengkapi dengan sistem antirudal jarak jauh baru S-400 dan jarak menengah Poliment-Redut, serta rudal jelajah Kaliber. Menurut Vladimir Spiridopoulo, Direktur Jenderal Biro Desain Severnoye dan pengembang proyek kapal jelajah ini, setelah proses modernisasi Laksamana Nakhimov akan menjadi lebih hebat daripada “saudaranya”, kapal jelajah rudal nuklir berat Peter yang Agung, yang saat ini merupakan kapal utama Armada Utara Rusia.

Modernisasi Ekstensif


Selain Nakhimov, kapal lain dari proyek yang sama, Laksamana Lazarev, kemungkinan juga akan dimodernisasi. Laksamana Lazarev yang merupakan bagian dari Armada Samudra Pasifik, saat ini tengah diservis di galangan kapal. 

Ahli militer independen yang merupakan Pemimpin Redaksi MilitaryRussia Dmitri Kornev menjelaskan, sebelum awal proses modernisasi Angkatan Laut Rusia sudah mendiskusikan persenjataan apa yang akan dipasang pada Laksamana Nakhimov. “Berdasarkan pengumuman yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat Angkatan Laut Rusia, mereka mempertimbangkan untuk melengkapi kapal jelajah ini dengan sistem antirudal S-500 yang baru.”

Kornev berpendapat perancang kapal ini akan mempertahankan sistem persenjataan asli kapal jelajah tersebut, namun meningkatkan potensinya agar sesuai kebutuhan modern. “S-400 akan menggantikan sistem S-300F, yang sebelumnya terpasang pada kapal ini, Poliment-Redut akan menggantikan Osa-M, dan rudal jelajah Kaliber akan menggantikan rudal jelajah antikapal supersonik P-700 Granit,” jelas Kornev. “Dengan persenjataan semacam itu, kapal jelajah ini jelas akan menjadi kapal terhebat di armada Rusia,” terang Kornev. Rudal jelajah antikapal supersonik P-700 Granit yang terpasang pada Nakhimov sebelumnya hanya mampu menembak sasaran di permukaan air. Dengan dilengkapi Kaliber, kapal ini dapat menyerang tidak hanya sasaran di permukaan air tetapi juga di darat. “Tentu itu akan sangat meningkatkan kemampuan tempur kapal ini,” tutur Kornev.

Kaliber Supersonik

Rudal jelajah Kaliber, yang dikembangkan oleh Biro Desain Novator (bagian dari Perusahaan Almaz-Antey), kini terpasang pada kapal selam baru kelas Yasen 885 dan kapal rudal kecil Buyan-M. Menurut data resmi, rudal jelajah ini mampu menembak target pada jarak 300 kilometer. Beberapa narasumber juga mengatakan bahwa Kaliber tak lama lagi akan mampu menyerang target pada jarak setidaknya seribu kilometer dan kemungkinan rudal ini akan menjadi rudal supersonik. “Di Angkatan Laut Soviet, kapal kelas Orlan 1144 (kelas Laksamana Nakhimov) adalah kapal utama ‘Kelompok Kapal Permukaan Air’. Di masa damai, kapal-kapal ini digunakan untuk mengawasi armada negara NATO, terutama dari AS,” kata ahli militer dan sejarawan militer independen serta penulis buku sejarah Angkatan Laut Soviet Dmitri Boltenkov.

Misi Tempur Tetap Sama

Menurut Boltenkov, sistem persenjataan yang akan dipasang pada kapal jelajah saat ini mungkin akan mengubah misi kapal. “Tapi, mungkin dengan pemasangan alat komunikasi baru dan sistem kendali otomatis, Nakhimov dapat dengan mudah menjadi kapal utama skuadron,” ujar Boltenkov. “Selain menghancurkan kapal musuh, dengan menggunakan Kaliber, kapal jelajah ini dapat menjadi ancaman serius bagi infrastruktur darat mush serta obyek-obyek strategisnya,” terang Boltenkov.


Kini muncul pertanyaan, apa yang akan dilakukan oleh pembangun kapal dengan sistem sonar Polin kompleks, yang terdiri dari stasiun haluan dan ditarik dengan antena, serta terpasang pada semua kapal Orlan 1144? Bisa jadi Polin akan dimodernisasi sepenuhnya atau digantikan dengan sistem sonar yang pada dasarnya baru.

Sejak 1980 hingga 1998, empat kapal jelajah rudal nuklir berat Orlan 1144 masuk ke armada Soviet dan kemudian Angkatan Laut Rusia Rusia. Kapal pertama dari seri ini adalah Kirov yang bergabung pada 1980, sementara yang terakhir adalah kapal Peter yang Agung, yang bergabung dengan armada pada musim semi 1998.



Credit RBTH Indonesia

Riset: Ada Bintang yang Bakal Menyerempet Tata Surya Kita


 
Dana Berry, SkyWorks Digital, Inc. Ilustrasi: Sebuah bintang berpotensi menyerempet Tata Surya, mengakibatkan gangguan pada Awan Oort sehingga Bumi berpotensi dipermak ulang.


CB - Sebuah bintang bakal menyerempet Tata Surya kita. Hal itu menurut perhitungan Coryn Bailer-Jones, astronom dari Max Planck Institute of Astronomy di Heidelberg, Jerman.

Si bintang yang bernama HIP 85605 itu dibilang bakal menyerempet Tata Surya sebab akan melintas pada jarak 0,04 parsecs atau kira-kira 8.000 satuan astronomi (SA) atau kali 8.000 jarak Bumi-Matahari. Jauh sekali dari Bumi.

Jadi, daerah Tata Surya yang bakal disenggol sangat pinggiran. Wilayah Tata Surya sendiri mencakup area yang maha luas, dari Matahari hingga 100.000 SA (ke batas terluar awan komet Opik-Oort).

Berdasarkan kalkulasi Bailer-Jones, bintang yang berjarak 16 tahun cahaya dari konstelasi Hercules itu bakal melintasi rumah besar umat manusia 240.000 - 470.000 tahun dari saat ini. Ya, masih sangat lama.

Lalu, apa yang bakal terjadi? Tata Surya tak akan hancur, semua planet termasuk Bumi akan tetap pada orbitnya. Bailer-Jones berpendapat, wilayah yang akan terdampak adalah Awan Oort, gudang komet di pinggiran Tata Surya.

Dengan jarak Awan Oort 20.000 - 50.000 SA dari Matahari, bintang HIP 85605 bakal lewat sangat dekat. Akibatnya, seperti diberitakan Universe Today, Jumat (2/1/2015), adalah kekacauan.

Akibat kekacauan di Awan Oort, benda-benda seperti komet yang ada di dalamnya bisa terlempar ke luar. Bila mengarah ke bagian dalam Tata Surya, benda-benda langit itu juga berpotensi menghantam Bumi.

Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo, Senin (5/1/2014), mengungkapkan, gangguan pada Awan Oort bisa menimbulkan tumbukan benda langit besar-besaran di Bumi. "Muka Bumi bakal dipermak ulang oleh ribuan kawah meteor besar di sana-sini," katanya.

Seberapa akurat perhitungan Boiler-Jones? Dia sendiri mengklaim, peluang HIP 85605 menyerempet Tata Surya 90 persen. Namun, hingga kini hasil penelitian yang baru diunggah di arXiv itu masih menjadi perdebatan.

Ma'rufin mengungkapkan, dalam astronomi, prediksi bahwa suatu benda langit akan menabrak benda langit lainnya biasa. Prediksi itu bisa berubah seiring ilmuwan mendapatkan lebih banyak data. Bisa saja, dari semula diprediksi tabrakan menjadi hanya melintas dekat.

Contoh nyata adalah komet Siding Spring. Semula, komet sempat diprediksi bakal menabrak Mars. Namun, kalkulasi dan kenyataannya kemudian menunjukkan bahwa komet hanya melintas dekat.

Prediksi tabrakan benda langit yang benar dan menjadi kenyataan antara lain tumbukan antara komet Shoemaker-Levy 9 dengan Jupiter pada Juli 1994. Prediksi dibuat dua tahun sebelumnya.

Tanpa gangguan pada Awan Oort akibat HIP 85605, Bumi pun selalu berpotensi ditumbuk benda langit lain. Contoh nyata adalah peristiwa ledakan Chelyabinsk pada tahun 2013 akibat asteroid kecil yang memasuki atmosfer Bumi.



Credit KOMPAS.com

Bangunan Hidrolik Kuno dari Masa Majapahit Ditemukan



 
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Pengunjung di Candi Kedaton di Kecamatan Trowulan, Majokerto, Jawa Timur, Selasa (27/11/2012). Candi Kedaton merupakan satu dari sekian banyak situs peninggalan Kerajaan Majapahit yang ditemukan di Trowulan dan bisa dijadikan sumber pelajaran sejarah.


CB - Para peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan struktur bangunan hidrolik kuno bercorak Majapahit di Situs Ngurawan, Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Madiun, Jawa Timur, dalam ekskavasi selama enam hari, 15-20 Desember 2014. Di situs tersebut terdapat umpak dari batuan andesit bertuliskan tahun 1320 Saka atau 1398 Masehi.

Hery Priswanto, peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, mengungkapkan, keberadaan struktur bangunan teknologi keairan (hidrolik) bercorak Majapahit itu terindikasi saat tim mengekskavasi empat kotak galian di sektor Ngurawan II. Di tempat ini terdapat bangunan yang tersusun dari 20 lapis batu bata dengan sisa endapan lapisan pasir halus di bagian bawahnya.

”Dugaan sementara kami, ini adalah bangunan hidrolik. Namun, spesifikasinya sendiri belum ketemu, apakah itu semacam petirtaan, segaran, atau penampungan air. Yang jelas, ada bekas aliran air di tempat itu,” kata Hery saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (4/1/2014).

Melihat ukurannya, batu bata penyusun struktur bangunan hidrolik itu mirip dengan batu bata peninggalan era Majapahit. Setiap batu bata memiliki ketebalan sekitar 7 sentimeter dengan lebar 20 sentimeter dan panjang 42 sentimeter.

Ciri-ciri Majapahit semakin dikuatkan dengan ditemukannya batu umpak (batu penyangga tiang kayu rumah) di sektor Ngurawan I yang bertuliskan tahun 1320 Saka atau 1398 Masehi. Jika ditilik dari sejarah, angka tahun tersebut menunjuk periode beberapa tahun setelah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk. Selain umpak, di tempat ini ditemukan pula arca dan yoni.

Di sektor Ngurawan IV atau Kedaton, tim peneliti kembali menemukan artefak-artefak tipikal Majapahit, seperti fragmen tembikar, terakota, dan koin. Beberapa contoh pecahan dari tanah liat yang ditemukan, antara lain periuk, genteng, dan ukel.

”Koin yang kami temukan diperkirakan sebuah mata uang asing dari Tiongkok. Pada masa itu, Majapahit memang sudah memasuki era perdagangan terbuka dengan luar negeri,” ujar Hery.

Selain Situs Ngurawan, di sekitar Madiun terdapat 12 lokasi lain yang potensial memiliki tinggalan arkeologis. Arkeolog senior Mundardjito mengatakan, belajar dari kasus-kasus perusakan dan pencurian benda-benda bersejarah di sejumlah situs, penemuan situs-situs baru harus segera ditindaklanjuti dengan upaya penyelamatan dan pelestarian.



Credit KOMPAS.com

Rudal Rusia SS-18, Ancaman Terbesar bagi AS



Rudal Rusia SS-18, Ancaman Terbesar bagi AS
Lima puluh tahun setelah pertama kali dikerahkan, SS-18 tetap siap untuk digunakan. Foto: mil.ru


CB - Sepanjang sejarah, belum ada senjata yang lebih merusak dibanding rudal balistik antarbenua SS-18 milik Rusia. Untuk memahami kekuatan sesungguhnya dari senjata maut ini, bandingkan dengan hulu ledak nuklir yang digunakan Amerika Serikat untuk meluluhlantakkan Hiroshima.

Bom Hiroshima memiliki daya ledak ‘hanya’ 15 kilo ton (KT) atau setara 15.000 ton TNT. Bom tersebut mampu menghilangkan 70.000 nyawa. Sementara, sebuah SS-18 dapat membawa hingga sepuluh buah hulu ledak nuklir terpisah yang masing-masing berdaya ledak sekitar 750 KT. Beberapa rudal juga dilengkapi senjata hulu ledak raksasa 20.000 KT.


Dulu, Amerika Serikat lebih unggul dari Rusia dalam hal teknologi dan jumlah rudal. Namun, pada awal 1970-an ketika SS-18 mulai siap digunakan dalam jumlah besar, Moskow mengejar ketertinggalan itu dan langkah Moskow mulai tak terbendung. Pada 1990, Moskow memiliki sekitar 40.000 stok hulu ledak nuklir, dan AS hanya memiliki 28.000 buah. Hanya dengan menggunakan 3.000 hulu ledak SS-18, Rusia dapat memusnahkan semua manusia di daratan Amerika Serikat hanya dalam waktu 30 menit.

SS-18 yang diberi nama kode Satan oleh NATO ini memiliki berat 209.000 kilogram dan panjang 31 meter. Rudal Rusia yang sangat akurat tersebut tidak hanya dapat menembus dan menghancurkan silo-silo rudal AS, yang diperkuat hingga 300 psi, tetapi silo-silonya sendiri diperkuat secara luar biasa hingga 6.000 psi. Hal itu membuat rudal-rudal tersebut tidak terkalahkan. Hebatnya, dengan ukuran seberat dan sepanjang itu, rudal ini dapat melakukan gerakan sidewinding, yakni serangkaian gerakan melengkung berbentuk S untuk menghindari pertahanan antirudal. Selain itu, peralatan elektronik mikronya bisa diperkuat sehingga dapat berfungsi bahkan ketika terkena serangan nuklir.

Menyasar Setan

SS-18 memberi ancaman eksistensial bagi Amerika Serikat, sehingga rudal ini menjadi isu fokus dalam pembicaraan tentang persenjataan di antara dua negara adidaya. AS bersedia menyingkirkan rudal strategis mereka yang ditempatkan di Eropa jika Rusia setuju mengurangi kekuatan roketnya secara signifikan. Dari peluncuran SS-18 sebanyak 308 silo pada 1991, Moskow telah mengurangi jumlahnya hingga 154 buah untuk mematuhi perjanjian START I.

START II bertujuan mengeliminasi semua rudal SS-18, namun perjanjian itu tidak diberlakukan sehingga rudal-rudal itu tetap aktif. Dari sudut pandang Rusia, penundaan tersebut jelas menguntungkan. Seiring terus memburuknya hubungan Rusia dengan AS setelah NATO berekspansi hingga mendekati perbatasan Rusia, Moskow memutuskan untuk menyiapkan senjata supernya. Sekarang, setelah romansa palsu Rusia-AS tahun 1991 lama berlalu, jelas Kremlin merasa rudal balistik antarbenua yang ditempatkan di silo yang berlapisan keras wajib dimiliki untuk menjaga wibawa negara tersebut.

Kini mendadak SS-18 kembali ramai dibicarakan karena terjebak dalam perang sanksi. Terkait sanksi Barat yang diberlakukan untuk Rusia, Moskow hendak menghentikan penjualan mesin roket pada Amerika Serikat jika mesin itu digunakan untuk tujuan militer. Beberapa anggota Kongres AS pun mengusulkan langkah yang berbahaya.

Para anggota legislatif AS menghendaki pemerintahan mereka memulai pembicaraan dengan pemerintah Ukraina untuk mengakhiri kerja sama antara Kiev dan Moskow yang telah lama terjalin terkait perawatan SS-18.

AS tampaknya harus menelan pil pahit. Rudal ini memang merupakan produk kompleks industrial militer yang berbasis di Biro Desain Yuzhnoye milik Ukraina, tetapi Federasi Ilmuwan AS menyatakan perusahaan-perusahaan Rusia memberi layanan perawatan untuk SS-18 yang saat ini berada di dalam inventaris mereka.

AS Tak Perlu Khawatir

Kampanye yang nyaring untuk menentang SS-18 di Washington disebabkan oleh ketakutan masa lalu AS terhadap senjata maut pamungkas yang berada dalam kendali lawan. Namun, pada abad ke-21 ketika Rusia tidak lagi menjadi musuh bebuyutan AS, ketakutan itu tidak berdasar. Sebuah laporan Departemen Pertahanan AS tentang Persenjataan nuklir Rusia, yang disusun melalui kerja sama dengan Direktur Intelejen Nasional, menyatakan bahwa bahkan skenario terburuk dari serangan pertama Rusia hanya akan memberi “dampak kecil” bagi AS.

Laporan tersebut menyimpulkan bahwa Rusia tidak dapat memperoleh keuntungan militer yang signifikan melalui segala ekspansi yang dilakukan terhadap persenjataan rudal strategisnya, bahkan dengan skenario curang atau menyimpang menurut perjanjian START yang baru.

Anggota Kongres AS sepertinya menyebarkan retorika tersebut karena mendapat informasi yang keliru, kurang jelas, dan mudah naik darah.

Setan Tak Pernah Mati


Sementara itu, 50 tahun setelah pertama kali dikerahkan, SS-18 tetap siap untuk digunakan. Persenjataan rudal strategis Rusia akan bertambah sebanyak 400 rudal baru dalam sepuluh tahun mendatang, tapi sang Setan tampaknya akan terus bertahan hingga periode 2040-an setelah di-upgrade.

Strategy Page melaporkan, sebagian besar penembakan uji coba selama dekade sukses, dan tes kendali mutu lain juga menunjukkan hasil positif. Meski militer Rusia telah runtuh pasca-Perang Dingin, anggaran dan personel berkualitas tetap dikerahkan untuk pengembangan persenjataan rudal, yang merupakan pertahanan terakhir dari sang negeri Beruang Merah.


Credit RBTH Indonesia

Kisah Heroik KRI Bung Tomo Mengantar Korban Tragedi AirAsia

Para awak KRI Bung Tomo telah menemukan dan mengevakuasi 10 jenazah.
Tim dari KRI Bung Tomo evakuasi serpihan pesawat AirAsia. (Dispen Armatim)
 
 
CB - Nama Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Bung Tomo menjadi satu dari sekian banyak kapal yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia selama berlangsungnya operasi pencarian dan evakuasi pesawat Air Asia QZ 8501 yang jatuh di Selat Karimata.

Bagaimana tidak, KRI yang dikomandai, Kolonel Laut Yayan Sofyan itu merupakan kapal pertama yang menemukan lokasi jatuhnya Air Asia dan juga kapal pertama yang berhasil mengevakuasi jasad dan serpihan pesawat.

Di balik semua itu, tak terbayangkan bagaimana perjuangan awak dan KRI Bung Tomo dalam operasi SAR itu.
"Kami yang ada di KR Bung Tomo siap menghadapi apapun meski nyawa kami kerap dipertaruhkan dalam setiap melakukan evakuasi baik orang maupun serpihan Air Asia," papar Kolonel Laut Yayan Sofyan saat diwawancarai tvOne.
Yayan mengisahkan, saat pertama kali KRI Bung Tomo terjun dalam operasi SAR
gabungan pada 30 Desember 2014 lalu, seluruh awak KRI Bung Tomo
menyatakan akan menemukan dan memulangkan seluruh penumpang Air Asia yang mereka temukan.

"Kita lelah tapi kita akan kembali bersemangat tatkala membayangkan bagaimana jenazah korban terombang ambing di lautan," kata Yayan.

Bagi Yayan dan awak KRI Bung Tomo, pengalaman SAR Air Asia telah membuka mata hati mereka tentang bagaiman arti sebuah kehidupan dan kematian.

"Haru, kita terharu, kita iba dengan orang-orang yang menjadi korban. Siapa yang tega melihat saudara kita terombang ambing terikat di kursi," katanya.

Awak KRI Bung Tomo tak pernah lelah dan tak pernah dilanda rasa takut ketika harus turun dengan sekoci menghadapi gelombang tinggi dan cuaca ekstrem demi mengevakuasi jenazah dan serpihan Air Asia.

"Turun dengan sekoci dan mengevakuasinya ke Bung Tomo itulah yang bisa kita lakukan demi menghantar mereka pulang," ujar Yayan.

Selama operasi SAR Air Asia digelar, KRI Bung Tomo telah menemukan dan mengevakuasi 10 jenazah serta serpihan Air Asia.

KRI Bung Tomo diterjunkan ke Selat Karimata karena kapal ini p eralatan dan teknologi sonar dan survei untuk mendeteksi keberaan Air Asia.

KRI Bung Tomo diciptakan sebagai kapal perang dan juga kapal kemanusiaan.

Credit VIVAnews

AS-Rusia Terancam Kembali ke Era Persaingan Nuklir


AS-Rusia Terancam Kembali ke Era Persaingan Nuklir  
 Pesawat tanpa awak X-47B di atas kapal induk bertenaga nuklir USS George H.W. Bush (14/5). Test terbang dilakukan di pantai Virginia. AP/US Navy, Specialist 2nd Class Timothy Walter

CB, London - Lebarnya celah antara Washington dan Moskow soal teknologi rudal jelajah dan semakin beraninya patroli kapal selam Rusia yang berkemampuan nuklir mengancam akan mengakhiri era pengawasan senjata mematikan. Hal penting lainnya, ini akan membawa kembali kedua negara adikuasa itu pada persaingan berbahaya antara dua negara besar pemilik nuklir dunia.

Ketegangan keduanya mencapai tingkat yang baru setelah Amerika Amerika Serikat mengancam akan melakukan hal serupa karena melihat Rusia mengembangkan rudal jelajah baru. Washington menuduh Moskow melanggar salah satu perjanjian pengawasan senjata utama di era perang dingin yang ditandatangani keduanya dan ini akan meningkatkan kemungkinan Amerika Serikat untuk menempatkan rudal jelajahnya di Eropa setelah tak ada di sana selama sekitar 23 tahun.

Salah satu yang dianggap sebagai tanda paling terlihat dari kegelisahan AS itu adalah saat militer negara itu meluncurkan yang pertama dari dua percobaan "balon udara" di atas Washington. Sistem, yang dikenal sebagai JLENS, dirancang untuk mendeteksi rudal jelajah yang masuk ke negara itu.

Komando Pertahanan Udara Amerika Utara (The North American Aerospace Command - Norad) tidak menyebutkan sifat ancaman yang akan mereka hadapi. Namun percobaan ini dilakukan sembilan bulan setelah Komandan Norad, Jenderal Charles Jacoby, mengatakan bahwa Departemen Pertahanan AS menghadapi "beberapa tantangan yang signifikan" menghadapi rudal jelajah, yang itu mengacu kepada ancaman serangan dari kapal selam Rusia.

Kapal selam Rusia itu menyelinap, melintasi Atlantik, secara rutin dan membawa rudal jelajah berkemampuan nuklir. Di tengah retorika agresif dari Pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap negara Barat dan berakhirnya pembatasan pengembangan senjata berdasarkan perjanjian antara dua negara adikuasa itu, ada ketidakpastian apakah rudal-rudal Rusia itu sekarang membawa hulu ledak nuklir atau tidak.

Naiknya ketegangan AS dan Rusia ini terjadi saat upaya pengawasan senjata yang dihasilkan pasca-perang dingin kehilangan momentum. Jumlah hulu ledak nuklir strategis yang digunakan oleh AS dan Rusia juga benar-benar meningkat tahun lalu, dan kedua negara menghabiskan miliaran dolar per tahun untuk memodernisasi persenjataan mereka.

Dengan latar belakang perang di Ukraina dan ekonomi dalam negerinya yang mulai goyah, Vladimir Putin menempatkan peningkatan kemampuan senjata nuklirnya sebagai penjamin dan simbol dari pengaruh Rusia terhadap dunia. Dalam pidato, terutama tentang konflik di Ukraina pada musim panas lalu, Putin secara tegas menyebut senjata nuklir negaranya dan menyatakan negara-negara lain "harus memahami lebih baik dan tidak main-main dengan kami".

Pravda, yang sebelumnya kerap menjadi juru bicara pemerintah Uni Soviet, menerbitkan sebuah artikel November 2014 lalu berjudul "Rusia mempersiapkan kejutan nuklir untuk NATO." Artikel itu membanggakan keunggulan Rusia atas Barat, khususnya dalam soal senjata nuklir taktis. "Orang Amerika sangat menyadari hal ini," kata komentar dalam artikel itu. "Mereka yakin sebelumnya bahwa Rusia tidak akan pernah bangkit lagi. Sekarang sudah terlambat (bagi mereka menyadarinya)."

Menurut Julian Borger dalam The Guardian edisi 4 Januari 2015, beberapa retorika dari artikel itu tampaknya hanya sekadar menggertak. Versi baru dari doktrin militer Rusia, yang diterbitkan 25 Desember 2014, mengindikasikan bahwa kebijakan senjata nuklir negara itu tidak berubah dari empat tahun sebelumnya. Senjata mematikan itu akan digunakan hanya jika terjadi serangan menggunakan senjata pemusnah massal atau senjata serangan konvensional yang "dimasukkan ke dalam kategori membahayakan keberadaan negara".

Namun, nada agresif baru pemerintah Rusia bertepatan dengan peningkatan secara luas kemampuan senjata nuklirnya. Ini sepertinya mencerminkan tekad baru Moskow untuk mengimbangi kemampuan persenjataannya dengan AS. Ini akan melibatkan peningkatan substansial dalam jumlah hulu ledak yang dimuat pada kapal selam, sebagai hasil dari pengembangan Bulava, rudal balistik multi-hulu ledak yang bisa diluncurkan dari laut.

Modernisasi ini juga melibatkan sistem pengiriman baru, atau dihidupkan kembali sistem yang sudah ada. Bulan lalu Rusia mengumumkan akan memperkenalkan kembali kereta rudal nuklir, yang memungkinkan rudal balistik antarbenua negaranya dipindahkan di dalam negara itu dengan kereta api sehingga mereka akan lebih sulit untuk jadi target serangan.



Hal lain yang juga memicu kecemasan negara Barat adalah penjualan Rusia ke luar negeri atas rudal jelajah yang disebut Club-K. Rudal ini dapat disembunyikan, lengkap dengan peluncurnya, dalam sebuah kontainer pengiriman yang hanya tampak saat akan ditembakkan.

Namun, perkembangan yang paling mengkhawatirkan Washington adalah pengujian Rusia terhadap rudal jelajah jarak menengah yang oleh pemerintahan Obama dianggap sebagai pelanggaran nyata dari Kesepakatan Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) tahun 1987, perjanjian yang mengakhiri perselisihan berbahaya antara AS dan Rusia soal penempatan rudal jelajah di Eropa.

Dengan kontur yang seperti memeluk bumi, rudal jelajah Rusia itu dapat menghindari radar pertahanan dan mencapai target strategis dengan sedikit atau tanpa pemberitahuan.

Dalam sidang kongres pada 10 Desember 2014, Partai Republik mengkritik dua negosiator pengawasan senjata terkemuka pemerintahan Barack Obama, yaitu Gottemoeller dari Departemen Luar Negeri dan Brian McKeon dari Departemen Pertahanan. Keduanya dianggap tidak menanggapi secara dini dugaan pelanggaran kesepakatan pengawasan senjata itu oleh Rusia.

Gottemoeller mengatakan ia sudah menyampaikan kekhawatiran AS atas rudal baru Rusia itu "lusinan kali" kepada rekan-rekannya di Moskow dan Obama telah menulis surat kepada Vladimir Putin tentang masalah tersebut. Dia mengatakan bahwa rudal jelajah baru Rusia tampaknya siap untuk disebarkan.

Gottemoeller tidak menyebut jenis rudal jelajah itu, tetapi kemungkinan yang dimaksudnya adalah rudal Iskander-K, yang memiliki jangkauan 500-5,500 km --yang sebenarnya dilarang oleh perjanjian antara AS dan Rusia. Rusia sendiri membantah keberadaan rudal itu dan justru menuding Amerika yang justru melangar --tuduhan yang juga dibantah Washington.

McKeon mengatakan, Pentagon sedang mempertimbangkan berbagai tanggapan militer soal rudal Rusia, termasuk dengan penempatan senjata serupa milik Amerika. "Kami tidak memiliki rudal jelajah yang diluncurkan dari darat di Eropa sekarang, karena dilarang oleh perjanjian itu. Tapi itu jelas akan menjadi salah satu pilihan yang akan dieksplorasi."

Menempatkan kembali rudal jelajah AS di Eropa memang akan memicu perdebatan tersendiri, namun politisi Republik di Kongres mendorong agar AS menanggapi serius ancaman rudal Rusia.

Militer AS juga dinilai was-was oleh kebangkitan armada kapal selam Rusia. Moskow embangun generasi baru kapal selam rudal balistik raksasa, yang dikenal sebagai "boomer". Kapal selam jenis penyerang ini memiliki kemampuan sama, sama atau lebih unggul, dari rekan-rekan mereka di AS dalam soal kinerja dan kemampuan silumannya.

Ada laporan sporadis di media AS tentang kapal selam Rusia yang mencapai pantai timur Amerika, yang itu dibantah oleh militer AS. Tapi tahun lalu Jacoby, Kepala Norad dan Komandan Utara AS saat itu, mengakui kepeduliannya untuk menanggapi investasi baru Rusia dalam teknologi rudal jelajah dan kapal selam canggih. "Mereka baru saja mulai memproduksi kelas baru kapal selam nuklir siluman yang dirancang untuk mengangkut rudal jelajah," kata Jacoby kepada Kongres AS.

Peter Roberts, pensiun AL Kerajaan Inggris tahun lalu mengatakan penyusupan kapal selam Rusia kelas penyerang, Akula, berlangsung rutin, setidaknya sekali atau dua kali setahun. Roberts, yang kini peneliti senior untuk studi maritim di Royal United Services Institute, mengatakan penampakan periskop di lepas pantai barat Skotlandia, yang memicu perburuan oleh kapal selam NATO bulan lalu, adalah tanda terbaru dari adanya kapal selam Rusia itu.

Kapal selam Akula kini digantikan oleh kapal selam yang lebih tak terlihat, yaitu Yasen. Keduanya serbaguna: pemburu-penghancur yang dirancang untuk melacak dan menghancurkan kapal selam musuh dan kelompok kapal tempur. Keduanya juga dipersenjatai dengan rudal jelajah penyerang daratan, yang jenis terbarunya adalah Granat, yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

AS dan Rusia menghapus rudal jelajah dari kapal selam mereka setelah adanya Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (Start) 1991, tapi itu berakhir pada akhir tahun 2009. Penerusnya, New Start, yang ditandatangani oleh Obama dan Presiden Rusia mitry Medvedev tahun 2010 tidak mencakup pembatasan tersebut, juga bahkan tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertukaran informasi tentang nomor rudal jelajah.

Pavel Podvig, seorang peneliti senior di Institut PBB untuk Penelitian Perlucutan Senjata dan analis independen terkemuka kekuatan nuklir Rusia, mengatakan: "Intinya adalah bahwa kita tidak tahu. Tapi cukup aman untuk mengatakan bahwa sangat mungkin bahwa kapal selam Rusia membawa SLCMs nuklir (kapal selam berpeluncur rudal jelajah).

Jeffrey Lewis, seorang ahli pengendalian senjata di Monterey Institute of International Studies dan pendiri penerbit ArmsControlWonk.com, percaya balon udara JLENS terutama sebagai respon terhadap langkah Rusia untuk mulai mempersenjatai kembali kapal selam penyerangnya dengan senjata nuklir.

"Untuk waktu yang lama, Rusia telah mengatakan mereka akan melakukan ini dan sekarang sepertinya mereka milikinya," kata Lewis. Dia menambahkan, fakta bahwa pertukaran data pada rudal jelajah dibiarkan berakhir di bawah perjanjian New Start tahun 2010 sebagai kegagalan utama dua negara yang meningkatkan ketidakpastian.

Dengan kedua Amerika Serikat dan Rusia memodernisasi persenjataan mereka dan Rusia berinvestasi pada penangkal nuklirnya, Hans Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, mengatakan, kita sedang menghadapi periode "mendalamnya kompetisi militer". Dia menambahkan: "Ini akan membawa sedikit keamanan tambahan, tapi lebih banyak orang-orang yang gugup di kedua sisi."



Credit TEMPO.CO

Menkeu: Tak Perlu Lagi Ada APBN-P Jika Ada Subsidi Tetap



Wamenkeu Bambang Brodjonegoro
(Foto: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)
CB, Jakarta - Desain asumsi makro ekonomi maupun pagu yang sudah disusun pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun kerap mengalami perubahan besar akibat kondisi rupiah dan harga minyak melemah. Hal ini biasa terjadi pada belanja subsidi energi.

Atas dasar itu, pemerintah harus kembali menghitung dan mengajukan APBN Perubahan guna merespons perkembangan kondisi dan situasi ekonomi terkini. Pengajuan APBN-P tentu melibatkan DPR agar disahkan menjadi Undang-undang (UU) APBN-P.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro berharap dapat menghilangkan kebiasaan pengajuan APBN-P kepada anggota dewan melalui sebuah kebijakan tepat terkait anggaran subsidi energi.

"Jadi kita terapkan subsidi tetap supaya mengurangi risiko fiskal dan meminimalkan dampak dari APBN-P. Jadi nggak perlu APBN-P," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Selasa (6/1/2015).

Sebagai contoh subsidi tetap pada BBM jenis Solar. Pemerintah telah mematok besaran subsidi tetap bagi BBM subsidi tersebut sebesar Rp 1.000 per liter. Sehingga harga jual Solar akan mengikuti mekanisme pasar.

Dengan kebijakan tersebut, jika asumsi konsumsi Solar pada tahun ini sama dengan tahun lalu sebanyak 17 kiloliter (kl), maka anggaran subsidi Solar pada APBN-P 2015 sebesar Rp 17 triliun.

"Jadi ke depannya buat rencana awal yang lebih bagus. Sehingga nantinya nggak ada perencanaan dadakan di penghujung tahun yang bikin (belanja) nggak terserap pada akhirnya," tegas Bambang.

Tanpa APBN-P, menurut dia, akan menghilangkan atau mengurangi penumpukan belanja pada akhir tahun. Seperti diketahui, belanja pemerintah pusat Kementerian dan Lembaga jor-joran terlaksana pada pertengahan sampai penutupan tahun.

"Karena Kementerian dan Lembaga membuat pengadaan barang dan jasa setelah APBN-P disahkan, seperti bulan Juli, Agustus dan September. Jadi numpuk di bulan-bulan itu," ujar Bambang.

Untuk itu, tambah Bambang, Presiden Joko Widodo menerbitkan Instruksi Presiden yang mengharuskan lelang pengadaan barang dan jasa paling lambat selesai di akhir Maret pada tahun berjalan.

"Revisi ini mencegah lelang berlarut-larut dan membuat pencairan anggaran lebih merata. Jangan sampai lelang baru dilakukan Agustus atau September, dan anggaran pun cair di bulan itu sampai Desember," pungkas dia.

Credit Liputan6.com

Pemerintah Akan Bayar Utang ke Pertamina Rp25 T


Pemerintah Akan Bayar Utang ke Pertamina Rp25 T 
 Ilustrasi utang. (Foto: Antara)
 
 
JAKARTA (CB) - Pemerintah akan menganggarkan Rp25 triliun untuk melakukan carry over atau pengalihan pembayaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Pertamina. Anggaran ini, merupakan sisa kewajiban pembayaran pemerintah pada 2014 sebesar Rp33 triliun.
"Dari ruang fiskal Rp230 triliun itu kita anggarkan Rp25 triliun untuk carry over Pertamina," kata Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro saat ditemui di kantornya, Senin (5/1/2014).
Menurutnya, kewajiban utang pemerintah kepada Pertamina sebelumnya sebesar Rp46 triliun. Pada 2014 pemerintah telah melakukan pembayaran sebesar Rp13 triliun. Sehingga, sisanya tinggal Rp33 triliun. "Dengan pembayaran Rp13 triliun itu, beban Pertamina jadi berkurang," kata dia.
Sekadar informasi, untuk menjaga stok BBM selalu ada di pasaran, maka Pertamina harus melakukan pengadaan BBM Subsidi. Namun untuk membelinya Pertamina harus membiayai lebih dahulu. Kerugian pada 2011 tercatat sebesar Rp940 miliar, pada 2012 Rp842 miliar, dan 2013 Rp331 miliar. Kerugian ini dikarenakan pemerintah membayar subsidi dengan cara mengutang terlebih dahulu.

Credit Okezone