Sjaak Rijke diculik di Mali tiga tahun lalu ketika sedang berlibur dengan istrinya. (via Reuters TV)
Jakarta, CB --
Prajurit Prancis membebaskan seorang sandera warga
negara Belanda dari kelompok al-Qaidah di Mali pada Senin (6/4), lebih
dari tiga tahun setelah ia ditawan saat berlibur dengan istrinya, kata
para pejabat Perancis dan Belanda.
Sjaak Rijke, masinis kereta
berusia 54 tahun yang diculik di Timbuktu pada November 2011, dibebaskan
dalam serangan menjelang fajar dan telah dipindahkan dengan "aman dan
sehat" ke basis sementara di Tessalit, di utara-timur Mali. Istrinya
telah melarikan diri kelompok bersenjata itu, yang menawan tiga sandera.
Pasukan
Perancis menewaskan dua militan dan menangkap dua orang lainnya dalam
operasi itu, kata Letnan Kolonel Michel Sabatier, juru bicara Barkhane,
operasi kontra-terorisme Perancis di wilayah tersebut.
Meski
demikian, Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan serangan
terhadap kelompok militan Islam itu tidak dirancang untuk membebaskan
sandera dan mereka menemukannya secara kebetulan.
"Itu adalah kejutan bagi kami, bagi pasukan kami, dapat membebaskan
sandera ini karena kita tidak memiliki informasi tentang keberadaannya,”
kata Hollande. "Pertempuran kami melawan terorisme di Mali belum
berakhir."
Menteri Luar Negeri Belanda, Bert Koenders, mengatakan
Rijke berada dalam kondisi yang baik dan saat ini menerima perawatan
medis. Dia mengatakan Rijke akan segera bertemu kembali dengan
keluarganya. Di kota asalnya, Woerden, para warga mengibarkan bendera
Belanda untuk menandai pembebasannya.
"Belanda telah
terus-menerus bekerja dalam beberapa tahun terakhir untuk mengakhiri
penyanderaan ini,” kata sebuah pernyataan dari pemerintah Belanda. "Ini
adalah berita fantastis bagi Sjaak dan keluarganya."
Pada
November, penculik Rijke, kelompok al-Qaidah Afrika Utara, AQIM,
mengeluarkan video Rijke bersama dengan warga negara Perancis, Serge
Lazarevic, yang berisi permintaan bantuan dari para sandera pada
pemimpin mereka.
Lazarevic, ditahan di Sahara selama tiga tahun,
dibebaskan pada bulan berikutnya dalam pertukaran untuk empat militan
Islam yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda di Afrika Utara.
Campur
tangan Perancis terhadap militan al-Qaidahg di bekas koloninya, Mali,
dimulai sejak Januari 2013. Perancis membentuk Barkhane, basis kekuatan
yang teridiri dari 3.000 pasukan untuk melacak militan Islam di gurun
Sahara yang membentang di lima negara dari Chad di timur ke Mauritania
di sebelah barat.
Pasukan Belanda dikerahkan di Mali sebagai bagian dari keamanan dan perdamaian misi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Credit
CNN Indonesia