Rapat
pertahanan: Pejabat pertahanan Tiongkok dan Korea Selatan bertemu di
Seoul pada tanggal 4 Februari. Pejabat Tiongkok menekan Korea Selatan
agar mempertimbangkan tidak membeli sistem rudal anti-balistik canggih.
[AFP]
Para pemimpin Tiongkok menekan Korea Selatan agar mempertimbangkan
tidak membeli sistem rudal anti-balistik AS yang canggih untuk
melindungi diri dari serangan Korea Utara.
Tetapi tekanan itu menjadi bumerang, membawa gelombang dukungan yang
kuat di seluruh Korea Selatan agar memasang sistem tersebut.
Sistem Pertahanan pada Jarak Ketinggian Penghabisan [Terminal High Altitude Air Defense atau THAAD]
adalah sistem rudal anti-balistik Angkatan Darat AS yang dirancang
untuk menghancurkan rudal balistik jarak pendek, menengah, dan jauh pada
tahap terminal [saat rudal mulai turun atau jarak penghabisan]. Sistem
itu menggunakan pendekatan tembak-untuk-membunuh, menggunakan energi
kinetik dari senjata itu sendiri alih-alih hulu ledak untuk
menghancurkan sasaran.
Menteri Pertahanan Tiongkok Chang Wanquan mengunjungi Korea Selatan
dan secara terbuka berkeberatan dengan Seoul memasang sistem pertahanan
anti-balistik Amerika, THAAD, StrategyPage.com melaporkan pada tanggal 4
Februari.
“Pihak Tiongkok tidak mau berterus terang, tetapi mereka menyatakan
keberatan terutama karena THAAD juga akan mengurangi kerentanan Korea
Selatan terhadap intimidasi dari rudal balistik Tiongkok,” kata situs
web tersebut.
Korea Selatan menolak secara terbuka untuk menuruti permintaan
Tiongkok dan pendapat publik Korsel menjadi semakin antusias tentang
sistem teknologi tinggi itu.
“Tiongkok lebih memandang Korea Selatan sebagai sekutu Amerika
Serikat dan berpotensi menjadi lawan perang daripada sebagai sekutunya
sendiri untuk berupaya mencegah Korea Utara melakukan hal-hal yang dapat
menciptakan masalah ekonomi dan diplomatik besar,” kata website
tersebut.
Tiongkok mempersenjatai Korea Utara
Penulis Gordon G. Chang, ahli bidang keamanan Asia Timur, berkata
kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa Tiongkok telah memaksakan
langkahnya, dan malah menciptakan hasil yang mereka sebenarnya ingin
cegah.
“Mereka semestinya tidak perlu terkejut dengan hasilnya,” katanya.
“Lancang sekali. Tiongkok sudah bertahun-tahun mempersenjatai Korea
Utara dengan rudal balistik dan sekarang mereka main perintah agar Korea
Selatan tidak memasang pertahanan rudal.”
Upaya Menteri Pertahanan Chang untuk membujuk Korea Selatan dalam
kunjungannya ini bukanlah upaya pertama Tiongkok dalm mencoba menghadang
kemungkinan Korsel mendapatkan pertahanan THAAD.
Dalam pertemuannya pada bulan Juli 2014, Presiden Tiongkok Xi Jinping meminta Presiden Korea Selatan Park Geun-hye agar
menolak permintaan AS untuk mengirimkan sistem rudal anti-balistik ke
negaranya, dikatakan seorang pejabat senior pertahanan Korsel kepada
surat kabar
JoongAng Ilbo.
Ini pertama kalinya seorang pejabat tinggi Tiongkok mengungkit THAAD
di hadapan sosok senior pemerintah Korea Selatan, tulis kantor berita
resmi Korsel, Yonhap, pada tanggal 4 Februari.
THAAD memiliki sistem radar dengan liputan lebih dari 1.000 kilometer
[620 mil]. Maka dari itu, “pengiriman baterai THAAD ke Korea menjadi
persoalan sensitif selama ini. Baik Tiongkok maupun Rusia mengklaim hal
itu bertentangan dengan kepentingan keamanan mereka dan dapat digunakan
sebagai metode pengintaian terhadap mereka,” kata
JoongAng Ilbo.
“Beijing dan Moskwa mungkin sangat sensitif terhadap AN/TPY-2 – radar X-Band beresolusi
tinggi dan mudah dikirim cepat, yang dirancang untuk mendeteksi,
melacak, dan mengidentifikasi ancaman rudal balistik pada jarak jauh dan
sangat tinggi, termasuk luar angkasa, untuk sistem THAAD. Hal ini
dapat membuat Tiongkok dan Rusia dalam jangkauan liputannya,” katanya.
Korea Selatan membangun program pertahanan rudal sendiri
Korea Selatan juga bergerak membangun program Pertahanan Udara & Rudal Korea sendiri.
“Permintaan Xi kepada Park diajukan tidak lama setelah
Jenderal Curtis Scaparrotti,
komandan Pasukan AS di Korea, mengatakan bahwa dia telah mengusulkan
pengiriman rudal untuk membidas ancaman Korea Utara. Komentar ini
dilakukan di sebuah ceramah yang diselenggarakan oleh Institut Korea
untuk Analisis Pertahanan pada tanggal 3 Juni 2014,” kata
JoongAng Ilbo.
Di dalam KTT bulan Juli 2014, Park berusaha meyakinkan Xi bahwa
sistem pertahanan rudal Korea Selatan berbeda dengan pertahanan rudal AS
dan ditujukan untuk membidas ancaman Korea Utara, bukan Tiongkok,
dilaporkan surat kabar tersebut.
Karena kedekatan jarak antara kedua negara tersebut, rudal jarak
dekat Korea Utara, bukan rudal balistik, merupakan ancaman bagi Korea
Selatan.
Diskusi dengan AS belum dimulai
Di dalam pertemuan tanggal 4 Februari, Menteri Pertahanan Korea
Selatan Han Min-koo juga “meyakinkan Chang bahwa Seoul belum membahas
persoalan ini dengan Washington dan belum dikeluarkan keputusan, tetapi
kontroversi terkait sistem pertahanan rudal ini dipastikan akan
membesar,” lapor
JoongAng Ilbo.
Langkah yang baru-baru ini dibuat oleh Kongres AS memudahkan Seoul mendapatkan sistem THAAD.
“UU Wewenang Pertahanan Nasional untuk Tahun Anggaran 2015, yang
diloloskan oleh Senat AS dan Komisi Angkatan Bersenjata DPR pada bulan
Desember, menyatakan bahwa menteri pertahanan harus membentuk komisi
survei independen untuk membuat laporan tentang langkah-langkah kerja
sama pertahanan rudal dengan Korea Selatan dan Jepang dan menyerahkannya
kepada Kongres sebelum akhir tahun ini,” kata
JoongAng Ilbo.
Namun, perundingan untuk itu belum dimulai.
“Amerika Serikat menjelaskan ulang bahwa mereka belum melakukan
pembicaraan dengan Korea Selatan tentang kemungkinan pengiriman sistem
pertahanan rudal THAAD ke Semenanjung Korea,” dilaporkan media Korsel, Arirang News, pada tanggal 14 Februari.
Korea Herald menyinggung pada tanggal 23 Februari bahwa reaksi
berlebihan Chang mengungkit persoalan ini dalam kunjungannya ke Seoul
menuai pantulan panjang di Korea Selatan, yang meragukan kebijakan
jangka panjang Tiongkok terhadap Korsel.
“Perlawanan keras kepala dari Tiongkok terhadap potensi pengiriman
aset pertahanan rudal AS tambahan ke Korea Selatan menuai pertanyaan
atas niat sejati Beijing, mengingat bahwa sistem pencegat ini tidak
menimbulkan ancaman keamanan serius bagi Tiongkok,” kata surat kabar
tersebut.
Memang pantas dipertanyakan, karena “THAAD sepenuhnya merupakan
sistem pertahanan yang hanya mampu membidik rudal-rudal Korea Utara yang
diarahkan ke Korea Selatan,” kata
Korea Herald.
Credit
APDForum