Utusan PBB soal Suriah memperingatkan eskalasi
bisa tak terkendali di tengah kemungkinan serangan militer AS terkait
dugaan serangan senjata kimia di Douma. (REUTERS/Bassam Khabieh)
Jakarta, CB -- Utusan khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura memperingatkan bahaya situasi menjadi tak terkendali di Suriah
saat ini. Di hadapan Dewan Keamanan PBB, de Mistura menyatakan
perkembangan di Suriah baru-baru ini lebih membahayakan dari sebelumnya.
"Dewan
tidak bisa membiarkan situasi eskalasi tak terkendali berkembang di
Suriah, di front manapun," kata de Mistura di DK PBB, Senin (9/4).
De
Mistura menyatakan dia harus meredam pidatonya lantaran yang dia
bicarakan adalah isu keamanan internasional, tidak hanya kawasan atau
Suriah semata.
Situasi Suriah memanas dalam beberapa hari terakhir yang bisa
menyeret para pelaku internasional, nasional dan kawasan ke dalam bahaya
konfrontasi.
"Ada keperluan bagi Dewan untuk menemukan cara mengatasi situasi dengan persatuan dan tujuan," kata de Mistura.
Dewan
Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat terkait situasi di Suriah,
khususnya setelah dilaporkan penggunaan senjata kimia pada akhir pekan
di wilayah yang dikuasai pemberontak di Douma, dekat Ibu Kota Damaskus.
Kantor berita China,
Xinhua,
mengingatkan bahwa pada 2003, Amerika Serikat menginvasi Irak
nerdasarkan informasi intelijen yang belakangan diketahui salah.
Kesalahan informasi itu menyeret Irak ke dalam perang.
"Pada
2018, AS kembali mengancam untuk menyerang Suriah, sekali lagi atas
tuduhan senjata kimia berdasarkan foto dan video yang belum
diverifikasi," tulis
Xinhua, Senin (9/4).
Setelah tahun lalu Donald Trump menyerang Suriah atas tuduhan
serangan kimia oleh tentara Suriah di wilayah yang dikuasai pemberontak
di barat laut Suriah, Amerika Serikat kembali mengancam langkah serupa
sambil menuduh tentara Suriah melakukan serangan gas klorin di Distrik
Douma, dekat Damaskus.
Pemerintah Suriah berulang kali membantah
tuduhan dan menyatakan tidak memiliki senjata tersebut. Pemerintah
menyatakan bahwa tentara Suriah sedikit demi sedikit mencapai kemenangan
dan tidak memerlukan senjata kimia.
Dalam pertemuan darurat DK
PBB soal dugaan serangan senjata kimia di Distrik Douma, ketegangan
terjadi antara duta besar Amerika Serikat dan Rusia.
Duta besar
Rusia Vassily Nebenzia mengatakan foto-foto serangan kimia di Douma
direkayasa, dan mengajukan usulan untuk mengirim tim penyelidik ke Douma
untuk memeriksa klaim tersebut.
Tetapi Duta Besar AS untuk PBB,
Nikki Haley langsung menuding Rusia dengan menyatakan tangan Rusia
bersimbah darah anak-anak Suriah.
"Bagaimanapun, Amerika Serikat
bakal merespond atas dugaan serangan kimia, apakah DK PBB bertindak atau
tidak," kata Haley seperti dilansir Xinhua.
Trump memanaskan tetabuhan hasrat berperang dengan menyatakan bahwa
keputusan besar soal Suriah akan diambil dalam 48 jam ke depan. Dia
menyatakan negaranya masih menyelidiki kemungkinan keterlibatan Iran dan
Rusia terkait dugaan serangan itu.
"Jika itu Rusia, jika Suriah, jika Iran, jika semua mereka bersama, kita akan cari tahu," kata dia.
Sehari
sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Suriah merespons klaim pemberontak
soal penggunaan senjata kimia di Distrik Douma, dekat Damaskus sebagai
'dalih yang telah direncanakan sebelumnya.'
Dilansir kantor berita pemerintah Suriah,
SANA,
Kemlu Suriah mengatakan tuduhan penggunaan senjata kimia direncanakan
untuk memperpanjang hidup para 'teroris' di Douma. Menurut Kemlu Suriah,
para pemberontak kerap melontarkan tuduhan itu tiap kali tentara
permintah meraih kemenangan.
Dalam wawancara dengan kantor berita
Xinhua
bulan lalu, Al Haidar, Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah menyatakan
Amerika Serikat memiliki niat terencana untuk menyerang Suriah dan
sedang mempelajari kemungkinan hasil dari agresi semacam itu.
"Agresi
AS bukanlah hal yang baru, itu bukan yang pertama, tapi perbedaan dari
sebelumnya dimana mereka menyerang dan menyebut itu sebagai sebuah
kesalahan, kali ini mereka memiliki niat terencana untuk melakukan
agresi," kata Haidar.
Dia menambahkan Amerika Serikat seharusnya juga memperhitungkan
'keseimbangan kekuasaan di kawasan dan reaksi Suriah atas serangan itu,
juga posisi Rusia," kata Haidar.
Menurut kantor berita
AFP,
Duta Besar Rusia untuk PBB, Nebenzia mengkhawatirkan Amerika Serikat
bakal mengambil opsi militer untuk Suriah. "Dari apa yang saya dengar
sekarang, saya khawatir mereka berupaya mengambil opsi militer, yang
sangat-sangat berbahaya," kata Nebenzia kepada wartawan.
Tahun
lalu, Trump melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer Suriah
setelah dugaan gas sarin digunakan dalam serangan ke kota Khan Sheikhun.
Tim medis di Douma mengatakan lebih dari 40 orang tewas setelah
serangan gas klorin di Ghouta Timur, Suriah, Sabtu pekan lalu.
Credit
cnnindonesia.com