Selasa, 10 April 2018

PBB Peringatkan Eskalasi di Suriah Bisa Tak Terkendali


PBB Peringatkan Eskalasi di Suriah Bisa Tak Terkendali
Utusan PBB soal Suriah memperingatkan eskalasi bisa tak terkendali di tengah kemungkinan serangan militer AS terkait dugaan serangan senjata kimia di Douma. (REUTERS/Bassam Khabieh)



Jakarta, CB -- Utusan khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura memperingatkan bahaya situasi menjadi tak terkendali di Suriah saat ini. Di hadapan Dewan Keamanan PBB, de Mistura menyatakan perkembangan di Suriah baru-baru ini lebih membahayakan dari sebelumnya.

"Dewan tidak bisa membiarkan situasi eskalasi tak terkendali berkembang di Suriah, di front manapun," kata de Mistura di DK PBB, Senin (9/4).

De Mistura menyatakan dia harus meredam pidatonya lantaran yang dia bicarakan adalah isu keamanan internasional, tidak hanya kawasan atau Suriah semata.


Situasi Suriah memanas dalam beberapa hari terakhir yang bisa menyeret para pelaku internasional, nasional dan kawasan ke dalam bahaya konfrontasi.

"Ada keperluan bagi Dewan untuk menemukan cara mengatasi situasi dengan persatuan dan tujuan," kata de Mistura.

Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat terkait situasi di Suriah, khususnya setelah dilaporkan penggunaan senjata kimia pada akhir pekan di wilayah yang dikuasai pemberontak di Douma, dekat Ibu Kota Damaskus.

Kantor berita China, Xinhua, mengingatkan bahwa pada 2003, Amerika Serikat menginvasi Irak nerdasarkan informasi intelijen yang belakangan diketahui salah. Kesalahan informasi itu menyeret Irak ke dalam perang.

"Pada 2018, AS kembali mengancam untuk menyerang Suriah, sekali lagi atas tuduhan senjata kimia berdasarkan foto dan video yang belum diverifikasi," tulis Xinhua, Senin (9/4).



Setelah tahun lalu Donald Trump menyerang Suriah atas tuduhan serangan kimia oleh tentara Suriah di wilayah yang dikuasai pemberontak di barat laut Suriah, Amerika Serikat kembali mengancam langkah serupa sambil menuduh tentara Suriah melakukan serangan gas klorin di Distrik Douma, dekat Damaskus.

Pemerintah Suriah berulang kali membantah tuduhan dan menyatakan tidak memiliki senjata tersebut. Pemerintah menyatakan bahwa tentara Suriah sedikit demi sedikit mencapai kemenangan dan tidak memerlukan senjata kimia.

Dalam pertemuan darurat DK PBB soal dugaan serangan senjata kimia di Distrik Douma, ketegangan terjadi antara duta besar Amerika Serikat dan Rusia.

Duta besar Rusia Vassily Nebenzia mengatakan foto-foto serangan kimia di Douma direkayasa, dan mengajukan usulan untuk mengirim tim penyelidik ke Douma untuk memeriksa klaim tersebut.

Tetapi Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley langsung menuding Rusia dengan menyatakan tangan Rusia bersimbah darah anak-anak Suriah.

"Bagaimanapun, Amerika Serikat bakal merespond atas dugaan serangan kimia, apakah DK PBB bertindak atau tidak," kata Haley seperti dilansir Xinhua.


Trump memanaskan tetabuhan hasrat berperang dengan menyatakan bahwa keputusan besar soal Suriah akan diambil dalam 48 jam ke depan. Dia menyatakan negaranya masih menyelidiki kemungkinan keterlibatan Iran dan Rusia terkait dugaan serangan itu.

"Jika itu Rusia, jika Suriah, jika Iran, jika semua mereka bersama, kita akan cari tahu," kata dia.

Sehari sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Suriah merespons klaim pemberontak soal penggunaan senjata kimia di Distrik Douma, dekat Damaskus sebagai 'dalih yang telah direncanakan sebelumnya.'

Dilansir kantor berita pemerintah Suriah, SANA, Kemlu Suriah mengatakan tuduhan penggunaan senjata kimia direncanakan untuk memperpanjang hidup para 'teroris' di Douma. Menurut Kemlu Suriah, para pemberontak kerap melontarkan tuduhan itu tiap kali tentara permintah meraih kemenangan.

Dalam wawancara dengan kantor berita Xinhua bulan lalu, Al Haidar, Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah menyatakan Amerika Serikat memiliki niat terencana untuk menyerang Suriah dan sedang mempelajari kemungkinan hasil dari agresi semacam itu.

"Agresi AS bukanlah hal yang baru, itu bukan yang pertama, tapi perbedaan dari sebelumnya dimana mereka menyerang dan menyebut itu sebagai sebuah kesalahan, kali ini mereka memiliki niat terencana untuk melakukan agresi," kata Haidar.


Dia menambahkan Amerika Serikat seharusnya juga memperhitungkan 'keseimbangan kekuasaan di kawasan dan reaksi Suriah atas serangan itu, juga posisi Rusia," kata Haidar.

Menurut kantor berita AFP, Duta Besar Rusia untuk PBB, Nebenzia mengkhawatirkan Amerika Serikat bakal mengambil opsi militer untuk Suriah. "Dari apa yang saya dengar sekarang, saya khawatir mereka berupaya mengambil opsi militer, yang sangat-sangat berbahaya," kata Nebenzia kepada wartawan.

Tahun lalu, Trump melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer Suriah setelah dugaan gas sarin digunakan dalam serangan ke kota Khan Sheikhun. Tim medis di Douma mengatakan lebih dari 40 orang tewas setelah serangan gas klorin di Ghouta Timur, Suriah, Sabtu pekan lalu.





Credit  cnnindonesia.com