Rabu, 11 April 2018

Arab Saudi Minta Pelaku Serangan Gas Suriah Bertanggung Jawab


Arab Saudi Minta Pelaku Serangan Gas Suriah Bertanggung Jawab
Arab Saudi mengatakan pihaknya dan sejumlah negara telah mendiskusikan respons atas serangan gas di Suriah dan meminta pelakunya bertanggung jawab. (AFP PHOTO / ABDULMONAM EASSA)



Jakarta, CB -- Arab Saudi mengatakan pihaknya dan sejumlah negara mengadakan komunikasi untuk menyikapi serangan gas kimia di Suriah yang terjadi pada akhir pekan lalu.

Negara Arab itu juga menyerukan kepada mereka yang bertanggung jawab untuk mengaku dan dibawa ke meja hijau.

"Ada konsultasi yang terjadi di antara sejumlah negara mengenai langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi masalah ini," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir kepada media di Paris, Selasa (10/4), usai bertemu dengan sejumlah pejabat Perancis.



"Posisi kami adalah pelaku harus bertanggung jawab dan dibawa ke pengadilan," lanjutnya.

Serangan gas yang terjadi di Suriah pada akhir pekan lalu menewaskan setidaknya 60 orang dan melukai lebih dari seribu orang di sejumlah lokasi di Douma, kota dekat Damaskus.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (9/4) menjanjikan tindakan yang cepat dan kuat sebagai tanggapan atas serangan tersebut.



Respons Trump kemudian dianggap sebagai isyarat respons secara militer.

Ketika ditanya media peluang melakukan respons serupa Amerika Serikat, Arab Saudi menolak berkomentar.

"Saya tidak akan masuk ke spekulasi tentang apa yang mungkin atau tidak akan terjadi. Namun yang bisa saya katakan adalah bahwa ada diskusi yang berkaitan dengan opsi yang tersedia untuk menangani masalah ini." kata al-Jubeir.



Credit  cnnindonesia.com




Tentara Israel Semringah Tembak Warga Palestina


Tentara Israel Semringah Tembak Warga Palestina
Ilustrasi tentara Israel. (REUTERS/Amir Cohen)



Jakarta, CB -- Dua menteri sayap kanan Israel membela tentara negaranya yang terekam semringah setelah menembak seorang warga Palestina. Video itu dilaporkan menyebar luas lewat media sosial.

Penembakan tampaknya terjadi di dekat perbatasan Jalur Gaza dan Israel. Salah satu suara yang terekam di video itu berkata dalam bahasa Ibrani: "Wow video yang luar biasa! Ya! Anak pelacur itu!"

Orang Palestina itu tampak berada di dekat pagar yang memisahkan Jalur Gaza dari Israel, tapi kelihatan tidak mengancam.


Militer Israel menyatakan insiden itu "tampaknya" terjadi beberapa bulan lalu dan pihaknya tengah menyelidiki hal tersebut.

Menteri Keamanan Publik Israel Gilad Erdan mengecilkan tindakan tentara dalam video yang mulai menyebar pada Senin malam itu.

"Kami beraksi biasa saja dengan video ini," kata Erdan yang juga anggota partai Likud, pengusung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

"Video itu tidak menunjukkan tembakan senjata ke arah sembarangan orang, tapi ke arah seorang teroris yang mendekati perbatasan di zona terlarang, datang dari area kekuasaan teroris Hamas," ujarnya sebagaimana dikutip AFP.

"Saya yakin semuanya oke," ujarnya. Dia pun menyebut tindakan tentara itu merupakan "tindakan manusiawi" saat seseorang dihadapkan pada "situasi menegangkan."

Menteri Pendidikan Naftali Bennett dari partai sayap kanan Rumah Yahudi juga membenarkan sikap yang ditunjukkan dalam video tersebut.

"Menilai tentara karena mereka tidak mengekspresikan diri dengan elegan sementara mereka mempertahankan perbatasan bukanlah hal yang serius," kata Bennett.
Situasi di Gaza saat demonstrasi.
Situasi di Gaza saat demonstrasi. (REUTERS/Mohammed Salem)
Dalam video tidak ditunjukkan apakah warga Palestina tersebut tewas akibat insiden itu. Surat kabar Israel Yediot Aharonot melaporkan rekaman itu diambil pada Desember lalu.

Video itu menyebar menyusul protes massal di sepanjang perbatasan Gaza sejak 30 Maret lalu. Aksi itu mengakibatkan bentrokan yang menewaskan 31 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya.

Tidak ada korban jatuh dari pihak Israel.

Israel dihadapkan pada kritik atas penggunaan peluru hidup dalam menangani demonstrasi itu. Sementara Uni Eropa dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyerukan investigasi independen.

Israel menyatakan pasukannya hanya melepas tembakan untuk menghentikan upaya perusakan pagar, penerobosan, upaya penyerangan dan pada mereka yang berniat melukai tentara.

Negara tersebut menuding Hamas, gerakan Islamis yang menguasai Jalur Gaza dan sempat berperang selama tiga tahun sejak 2008, mencoba menggunakan protes untuk melakukan tindak kekerasan.

Warga Palestina mengatakan para demonstran ditembaki meski tak mengancam tentara Israel.



Credit  cnnindonesia.com




OPCW segera kirim pemeriksa senjata kimia ke Suriah


OPCW segera kirim pemeriksa senjata kimia ke Suriah
Dokumen foto petugas kesehatan menolong korban senjata kimia di Iblib, Suriah, Selasa (4/4/2017). (Reuters)



Amsterdam (CB) - Pemeriksa dari Badan Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) segera dikirim ke kota Douma di Suriah untuk menyelidiki laporan tentang serangan, yang menewaskan sekitar 60 orang, kata badan tersebut, dalam pernyataan pada Selasa.

Suriah diminta "membuat pengaturan, yang diperlukan, terkait kedatangan tersebut," kata OPCW.

"Itu bertepatan dengan permintaan Republik Arab Suriah dan Federasi Rusia agar penyelidikan dilakukan terhadap dugaan penggunaan senjata kimia di Douma. Tim sedang bersiap-siap untuk segera dikirim ke Suriah," katanya.

Dugaan serangan senjata kimia pada Sabtu malam mencederai lebih dari 1.000 orang di berbagai tempat di Douma, kota di dekat ibu kota negara tersebut, Damaskus, kata Persatuan Organisasi Layanan Medis.

Pemerintah Suriah dan pendukungnya, Rusia, membantah terjadi penggunaan senjata kimia.

Sejumlah dokter dan saksi mata mengatakan bahwa para korban menunjukkan gejala-gejala terkena racun, kemungkinan zat saraf, dan melaporkan bahwa mereka mencium bau gas klorin.

OPCW memiliki mandat untuk menyelidiki serangan-serangan senjata kimia di Suriah. Misi pencari fakta yang dijalankannya akan menentukan apakah senjata-senjata terlarang telah digunakan namun tidak akan menentukan siapa yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata terlarang.

Amerika Serikat pada Selasa akan membawa rancangan resolusi ke ajang pemungutan suara di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa. Rancangan resolusi itu berisi permintaan pembentukan penyelidikan baru untuk mengetahui pihak-pihak yang berada di balik penggunaan senjata kimia secara sistematis di dalam konflik Suriah.

Sejumlah diplomat mengatakan resolusi itu kemungkinan ditolak Rusia, yang menghadang upaya serupa pada masa lalu, demikian Reuters.




Credit  antaranews.com






Rusia minta PBBB tentukan dua resolusi soal Suriah


Rusia minta PBBB tentukan dua resolusi soal Suriah
Arsip - Penduduk sipil menolong seorang pria dari sebuah tempat berlindung di Kota Douma yang terkepung di Ghouta Timur, Damaskus, Suriah, Kamis (22/2/2018). (REUTERS/BASSAM KHABIEH)



Perserikatan Bangsa-bangsa (CB) - Rusia mengatakan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa pihaknya akan mengajukan dua rancangan resolusi tentang Suriah untuk dibawa ke pemungutan suara pada Selasa.

Langkah itu ditempuh karena Rusia tidak setuju dengan rancangan resolusi Amerika Serikat tentang pembentukan penyelidikan baru untuk mencari pihak yang harus dipersalahkan atas serangan senjata kimia di Suriah, kata diplomat.

Dewan Keamanan, yang beranggotakan 15 negara, dijadwalkan melakukan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi buatan AS itu pada Selasa sore.

Rusia meminta Dewan untuk juga melakukan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi yang disusunnya. Resolusi buatan Rusia itu berisi desakan soal pembentukan penyelidikan baru terhadap serangan senjata kimia di Suriah, kata diplomat.

Rusia mengatakan pihaknya kemudian akan mengajukan sebuah rancangan resolusi lainnya untuk dilakukan pemungutan suara terhadapnya.

Rancangan resolusi kedua itu akan secara rinci mendukung pengiriman penyelidik dari badan pengawas senjata kimia dunia ke tempat terjadi kemungkinan serangan maut pada Sabtu itu, demikian Reuters.





Credit  antaranews.com





Iran kecam dugaan serangan Israel ke pangkalan udara Suriah


Iran kecam dugaan serangan Israel ke pangkalan udara Suriah
Ilustrasi - Seorang pria terlihat berlari setelah serangan udara di desa terkepung Douma di bagian timur Ghouta di Damaskus, Suriah, Selasa (6/2/2018). (REUTERS/BASSAM KHABIEH)




Teheran (CB - Wakil menteri luar negeri Iran pada Selasa mengecam dugaan serangan oleh Israel ke sebuah pangkalan udara Suriah.

Dengan menyerang pangkalan udara Homs di Suriah, Israel sedang berupaya meningkatkan ketegangan di kawasan, kata Abbas Araqchi.

Araqchi memuji pemerintah Suriah untuk apa yang disebutnya sebagai kemenangan atas kelompok-kelompok garis keras.

Kemajuan yang dicapai militer Suriah telah merugikan musuh-musuh negara Arab, karena itu "mereka berupaya memunculkan kembali ketegangan," katanya.

Araqchi memperingatkan masyarakat internasional untuk mewaspadai langkah-langkah Israel di kawasan Timur Tengah.

Pada Senin, sebanyak 14 orang, termasuk beberapa anggota pasukan Iran yang bersekutu dengan pemerintah Suriah, tewas dalam serangan yang diduga dilancarkan jet-jet tempur F-15 milik Israel ke pangkalan udara T-4 di Suriah tengah.

Pada hari itu, laporan-laporan berbagai media Iran mengatakan empat penasihat militer Iran tewas dalam serangan tersebut.

Sementara itu, laman berita Asr Iran melaporkan pada Selasa bahwa jenazah tujuh warga Iran yang tewas dalam serangan dibawa ke tanah air pada Selasa pagi.

Seorang pembantu Pemimpin Agung Iran mengatakan, Selasa, bahwa serangan Israel baru-baru ini ke pangkalan udara di Suriah itu tidak akan dibiarkan tanpa pembalasan, menurut Press TV.

"Tentu saja, kejahatan ini tidak akan dibiarkan tanpa ada balasan," kata Ali Akbar Velayati, penasihat senior Ayatullah Ali Khamenei untuk urusan hubungan internasional.

Iran akan dengan kuat membela kesatuan wilayah dan kedaulatan nasional Suriah, tambahnya, demikian Xinhua.



Credit  antaranews.com





Rusia: Tindakan Israel Terhadap Demonstran Palestina Tidak Dapat Diterima


Rusia: Tindakan Israel Terhadap Demonstran Palestina Tidak Dapat Diterima
Moskow menyebut apa yang dilakukan tentara Israel terhadap demonstran Palestina sebagai tindakan yang sangat keterlaluan dan tidak dapat diterima. Foto/Reuters


MOSKOW - Rusia turut angkat bicara mengenai serangan yang dilakukan Israel terhadap demonstran Palestina di Gaza. Moskow menyebut apa yang dilakukan Israel keterlaluan dan tidak dapat diterima.

Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa Moskow mendesak semua pihak, tanpa terkecuali untuk menahan diri dari melakukan tindakan yang hanya akan memperburuk situasi di kawasan tersebut.

"Rusia menganggap bahwa penggunaan kekuatan yang tidak pandang bulu terhadap penduduk sipil di perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza menjadi tidak dapat diterima," kata Kemlu Rusia dalam sebuah pernyataan.

"Kami menyerukan kepada warga Palestina dan Israel untuk menahan diri dari langkah-langkah yang akan meningkatkan ketegangan yang berbahaya ini," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Senin (9/4).

Moskow kemudian menuturkan, sebagai akibat dari tindakan keras tentara Israel pada tanggal 6 dan 7 April, setidaknya 10 orang Palestina terbunuh, termasuk satu wartawan dan dua remaja. Hal ini membuat jumlah korban tewas sejak demonstrasi pertama kali digelar akhir Maret lalu mencapai 31 orang.

"Sekali lagi kami menyerukan kepada orang Palestina dan Israel untuk menahan diri dari langkah-langkah yang akan dapat meningkatkan ketegangan," tukasnya. 





Credit  sindonews.com


Merudal Suriah, Israel Bahayakan Hubungannya dengan Rusia


Merudal Suriah, Israel Bahayakan Hubungannya dengan Rusia
Pesawat jet tempur F-15 Angkatan Udara Israel. Foto/REUTERS/Amir Cohen


MOSKOW - Serangan delapan rudal oleh dua jet tempur F-15 Israel terhadap pangkalan udara T-4 Suriah dinilai sebagai kesalahan strategis yang akan sulit dijelaskan kepada Rusia. Tindakan militer Tel Aviv ini juga dianggap bisa membahayakan hubungannya dengan Moskow.

Penilaian itu disampaikan pakar politik terkemuka Vyacheslav Matuzov. Menurutnya, apa yang dilakukan Tel Aviv bisa ditafsirkan Moskow sebagai tindakan menolong teroris. Sebab, militer Moskow yang berada di pangkalan T-4 sedang menjalankan misi memberangus kelompok teroris.

"Orang-orang Israel, saya pikir, telah membuat kesalahan strategis, karena dengan mengambil peran sebagai klien penghasut perang Amerika Serikat, mereka mempertanyakan seluruh hubungan Israel-Rusia," kata Matuzov kepada Russia Today.

"Lapangan terbang T-4 yang dibom oleh Angkatan Udara Israel menjadi tuan rumah sejumlah pesawat Rusia, termasuk Mi-8, helikopter Ka-52. Ada prajurit Rusia, pilot Rusia di sana," ujarnya, yang dilansir Selasa (10/4/2018).

Militer Israel tidak menyangkal serangan rudal tersebut, tetapi menolak untuk mengomentarinya."Ini sama dengan mengakuinya," kata Matuzov, yang juga menjabat sebagai kepala Persahabatan dan Kerja Sama Bisnis Masyarakat Rusia-Arab.

"Tetapi militer Rusia, yang memiliki semua alat khusus, dengan jelas mengidentifikasi siapa yang menembakkan rudal," papar dia.

Kementerian Pertahanan Rusia telah mengumumkan bahwa dua pesawat jet tempur F-15 Israel telah menargetkan pangkalan udara T-4 Suriah di dekat Provinsi Homs. Dua jet tempur itu menembakkan delapan peluru kendali, dengan tiga di antaranya lolos daro sistem pertahanan udara Suriah dan menghantam area darat pangkalan T-4.

Serangan dilakukan dari atas wilayah udara Lebanon. Beirut sendiri mengonfirmasi bahwa wilayah udaranya dilanggar oleh dua jet tempur Israel.

Serangan dua jet tempur itu menewaskan 14 orang, termasuk beberapa di antaranya dari personel militer Iran. Jumlah korban tewas itu dilaporkan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

"Fakta bahwa tidak ada personel dan perangkat keras Rusia yang hilang dalam serangan itu tidak membuat situasi lebih mudah bagi Israel, karena ketika sebuah lapangan terbang diserang seperti ini, apa pun bisa terjadi," kata Matuzov.

"Sekarang mekanisme konsultasi diplomatik dan militer—yang secara tradisional dipelihara antara Rusia dan Israel—telah diluncurkan. Saya pikir akan sulit bagi Israel untuk menjelaskan tindakan agresif ini. Tentara Suriah memerangi terorisme dan apa yang Israel tidak bisa diklasifikasikan dengan cara lain (selain) sebagai kategori membantu para teroris, yang hampir kalah di Ghouta Timur," imbuh dia.

"Saya memiliki keraguan besar atas pernyataan oleh beberapa ahli politik Rusia, yang mengatakan bahwa Israel adalah satu-satunya sekutu terpercaya Rusia di Timur Tengah, bukan negara-negara Arab. Saya pikir sudut pandang ini tidak tahan terhadap kritik."

Matuzov mengatakan sulit untuk berspekulasi jika Israel melakukan serangan udara karena AS mendelegasikan "pekerjaan kotor"-nya kepada Tel Aviv. Namun, spekulasi seperti itu bisa saja tidak salah karena Presiden Donald Trump sudah mengancam akan menyerang Suriah atas tuduhan melakukan serangan kimia di Douma.








Credit  sindonews.com

Selasa, 10 April 2018

Rencana Strategis TNI AU untuk Memperkuat Pertahanan Udara Indonesia


https: img-k.okeinfo.net content 2018 04 09 337 1884133 rencana-strategis-tni-au-untuk-memperkuat-pertahanan-udara-indonesia-gMI9mlvjTG.jpg
KSAU Marsekal Yuyu Sutisna mengecek pasukan saat upacara HUT ke 72 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur (Galih/Antara)


JAKARTA - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Yuyu Sutisna mengatakan, TNI AU merencanakan terus membangun kekuatan udara pada rencana strategis (Renstra) IV pertahanan 2020-2024.
"Kita akan mengganti pesawat Hawk 100/200 dengan pesawat tempur yang lebih modern, pengadaan pesawat tanker dan pesawat Awacs, serta melanjutkan pengadaan radar GCI dan membangun Network Centric Warfare," kata KSAU dalam amanatnya pada Peringatan HUT Ke-72 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (9/4/2018).

Saat ini, TNI AU berada pada dua tahun diakhir Renstra III (2015-2019) dan kebijakan MEF Tahap II, TNI AU terus berusaha mewujudkan terpenuhinya pengadaan alutsista, seperti pesawat tempur pengganti F-5 dengan pesawat tempur generasi 4,5, pesawat angkut berat, pesawat multipurpose amphibious, pesawat helikopter angkut berat, pesawat tanpa awak (UAV), radar GCI, senjata udara dan rudal penangkis serangan udara serta fasilitas sarana dan prasarana lainnya.
"Dengan demikian, di penghujung Renstra IV, TNI AU akan mampu memantapkan jatidiri sebagai tentara profesional dengan peralatan dan alutsista modern, untuk siap dihadirkan dimana saja dan kapan saja," kata Yuyu.
Menurut KSAU, membangun kekuatan udara tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap dan tidak mungkin menunggu sampai musuh datang menyerang atau mengeksplorasi potensi yang ada di wilayah dirgantara Indonesia.
Mantan Pangkoopsau I ini menjelaskan perlu sebuah konsep strategis dengan elemen yang terkait dengan tujuan, kepentingan dan sasaran kebijakan, komitmen dan program yang realisti serta berkesinambungan.
"Kebijakan minimum essential force (MEF) merupakan jawaban yang tepat dan terus dilaksanakan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, KSAU mengutip pernyataan Presiden Soekarno pada peringatan lima tahun AURI, 9 April 1951. Soekarno mengatakan, "Jika Angkatan Perang kita hendak berdiri setaraf, setinggi, sederajat dengan angkatan perang dunia internasional, kita harus mempunyai Angkatan Udara yang sebaik-baiknya".
"Pernyataan Presiden pertama tersebut, menggambarkan keberadaan Angkatan Udara dalam angkatan bersenjata yang bertugas menjaga kedaulatan negara, memiliki makna strategis dan penting dalam "effect ditterent" di bidang pertahanan sebuah negara," kata Yuyu.
Ia menambahkan, perkembangan lingkungan strategis dan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan, memicu bentuk ancaman baru dan menyebabkan tantangan yang dihadapi TNI AU kedepan makin berat.
Oleh karena itu, kata Yuyu, seluruh personel TNI AU dalam melaksanakan tugas agar membuat perencanaan yang baik, saling bersinergi dan bekerja sama dengan segenap komponen bangsa dan rakyat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

"Tunjukkan bahwa personel TNI AU adalah insan dirgantara yang mengerti dan memahami akan tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga pertahanan negara di udara," ucapnya.





Credit  okezone.com




Donald Trump Kembali Ditinggal Pejabat Gedung Putih


Gedung Putih

Gedung Putih
Foto: wordpress.com


Trump kini ditinggal pergi Juru Bicara Kemanan Nasional Gedung Putih, Michael Anton.



CB,  WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali ditinggal seorang pejabat di Gedung Putih. Trump kini ditinggal pergi Juru Bicara Kemanan Nasional Gedung Putih, Michael Anton.

Anton merupakan pejabat Gedung Putih yang telah bekerja sejak pemerintahan Presiden George W. Bush dengan menigisi posisis yang sama. Anton memilih angkat kaki dari Gedung Putih setelah bekerja satu tahun di bawah kepemimpinan Donald Trump.

"Michael adalah sosok yang cerdas dan individu penuh talenta yang pernah bekerja sama dengan saya, kami semua akan merindukannya," kata Juru Bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders.

Meski demikian, Gedung Putih tidak menyertakan alasan spesifik pengunduran diri Michael Anton. Kendati, kepergian Anton diduga merupakan rangkaian perubahan dalam staf kepemerintahan Presiden Donald Trump.

Presiden ke-45 AS itu sebelumnya telah memecat Penasehat Keamanan Negara H.R. McMaster dan menggantinya dengan John Bolton yang segera menjabat aktif dalam waktu dekat. Trump juga mencopot Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri AS. Posisi Tillerson akan digantikan oleh Direktur CIA Mike Pompeo.

Sementara, Michael Anton juga belum mengungkapkan alasan meninggalkan Trump. Namun, dia sempat mengatakan akan beralih profesi menjadi penulis dan pengajar. Meski demikian, hal tersebut hingga kini masih belum bisa dikonfirmasi.

"Trump juga sudah mengucapkan terima kasih kepada Anton atas dedikasinya selama ini," kata pejabat Gedung Putih.



Credit  republika.co.id





Klaim Lihat UFO saat ke Bulan, Astronaut Buzz Aldrin Lolos Tes Kebohongan


Klaim Lihat UFO saat ke Bulan, Astronaut Buzz Aldrin Lolos Tes Kebohongan
Buzz Aldrin, astronaut legendaris Amerika Serikat yang injakkan kaki di Bulan dalam misi Apollo 11 tahun 1969. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Astronaut legendaris Buzz Aldrin lulus uji kebohongan atas klaim bahwa dia melihat pesawat antariksa alien atau dikenal sebagai UFO (unidentified flying object) saat perjalanan ke Bulan.

Tak hanya Aldrin yang lolos uji kebohongan melalui "lie detector" yang terkenal ketat. Tiga asronaut lain, Al Worden, Edgar Mitchell, dan Gordon Cooper, juga lolos dalam tes yang jadi bagian dari studi yang dilakukan oleh Institute of BioAcoustic Biology di Albany, Ohio.

Aldrin, 88, yang merupakan awak Apollo 11 Amerika Serikat (AS). Dia bersama Neil Armstrong dikenal sebagai manusia yang pernah menginjakkan kaki di Bulan tahun 1969.

Aldrin mengklaim melihat sebuah pesawat ruang angkasa dalam perjalanannya ke Bulan."Ada sesuatu di luar sana yang cukup dekat untuk diamati....semacam L-shaped," katanya.

Hasil uji kebohongan, yang dikutip dari Daily Star, Senin (9/4/2018), menunjukkan Aldrin mengatakan yang sebenarnya.

Worden awak Apollo 15, Mitchel awak Apollo 14 juga mengklaim telah melihat UFO. Sedangkan Cooper mengatakan bahwa dia benar-benar mencoba mengejar sekelompok UFO.

Buzz Aldrin  pada Minggu lalu melayani sesi tanya jawab dengan para penggemarnya di di situs Reddit. Dalam salah satu posting dia berkata; "Mungkin ada alien di galaksi Bima Sakti kita, dan ada miliaran galaksi lain. Probabilitas hampir pasti bahwa ada kehidupan di suatu tempat di ruang angkasa."

"Itu bukan luar biasa, itu istimewa, tidak biasa, bahwa kehidupan di sini di Bumi berevolusi secara bertahap, perlahan, ke tempat kita hari ini," paparnya.

Pada 21 Juli 1969, Neil Armstrong membuat sejarah dengan menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di Bulan. "Ini adalah satu langkah kecil manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia," kata Amstrong yang terkenal ketika menginjakkan kaki di Bulan.

Aldrin berada di misi yang sama, Apollo 11, mengikuti jejak Armstrong dan menjadi manusia kedua yang menginjak Bulan.

Secara total, Armstrong dan Aldrin berada di permukaan bulan selama 21 jam, 36 menit, dan 21 detik. 




Credit  sindonews.com






Cina Menentang Penjualan Senjata Amerika Serikat ke Taiwan



Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden AS, Donald Trump. REUTERS
Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden AS, Donald Trump. REUTERS

CB, Jakarta - Cina akan menentang penjualan senjata oleh Amerika Serikat ke Taiwan. Pernyataan itu disampaikan Beijing setelah pemerintahan Presiden Donald Trump menyetujui izin marketing yang dibutuhkan manufaktur-manufaktur Amerika untuk menjual teknologi ke Taiwan sehingga memungkinkan Taiwan membangun kapal-kapal selam.
“Militer Cina memiliki kemampuan dan kebulatan tekad untuk mengalahkan seluruh upaya yang ingin memecah-belah negara kami. Kami akan mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan agar secara tegas bisa mempertahankan kedaulatan nasional,” kata Juru bicara Kementerian Pertahanan Cina, Wu Qian, Selasa, 10 April 2018.


Pengunjuk rasa memprotes pertemuan antara Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping di Taipei, Taiwan, 7 November 2015. Pertemuan bersejarah antara Presiden Ma Ying-jeou dan Presiden Xi Jinping berlangsung di Singapura. REUTERS/Pichi Chuang
Dikutip dari Reuters pada Selasa, 10 April 2018, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan telah mengkonfirmasikan bahwa Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat sudah setuju memberikan izin yang diperlukan untuk menjual teknologi ke Taiwan supaya wilayah otonomi Cina itu bisa membangun sendiri kapal selamnya.
Kementerian Pertahanan Cina menuntut Amerika Serikat agar menghentikan segala bentuk hubungan antara Amerika Serikat dengan Taiwan, termasuk segala bentuk penjualan senjata ke Taiwan. Atas permintaan Beijing tersebut, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menolak berkomentar.
Taiwan adalah salah satu masalah paling sensitif bagi Cina. Pulau itu di klaim oleh Beijing sebagai teritorial suci milik Cina. Beijing tak pernah meninggalkan kekuatan militernya untuk membuat Taiwan berada dalam kendalinya. Sikap ini disebut Beijing sebagai cara untuk membuat sebuah provinsi patuh.





Credit  tempo.co





Perwakilan 46 Negara Afrika akan Kunjungi Bali


Peta Benua Afrika.
Peta Benua Afrika.
Foto: Libweb5.princeton.edu/ca


IAF akan mendorong kerja sama konkret Indonesia dan negara Afrika.



CB, DENPASAR -- Perwakilan dari 46 negara Afrika akan menghadiri Forum Indonesia-Afrika (Indonesia-Africa Forum/IAF) 2018 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 10-11 April.

"Sudah ada perwakilan dari 46 negara Afrika yang menyatakan untuk hadir dalam IAF besok (Selasa, 10/4)," kata Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri, Daniel Simanjuntak saat ditemui di Bali Nusa Dua Convention Center pada Senin malam (9/4).

Beberapa perwakilan negara Afrika yang akan hadir dalam IAF 2018, antara lain Menteri Luar Negeri Niger, Menteri Luar Negeri Madagaskar, Menteri Luar Negeri Kamerun, Menteri Perkeretaapian Senegal, Menteri Perdagangan dan Industri Mozambik, Menteri Pertambangan Nigeria, Menteri Perdagangan Niger, Menteri Pertanian Gabon, Menteri Perdagangan Lesotho, Utusan Presiden Aljazair, Wakil Menteri Perdagangan Mauritania, dan Wakil Menteri Luar Negeri Maroko.

Selanjutnya, beberapa menteri dan pejabat tinggi Indonesia pun akan turut hadir dalam rangkaian pertemuan IAF 2018, Menteri Koordinator Kemaritiman, Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri Perhubungan, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Menurut Daniel, beberapa acara sampingan sudah mulai dilaksanakan dalam rangkaian IAF, salah satunya Forum Konsultasi Bilateral (BKF) pertama antara Indonesia dan Ethiopia di Bali pada Senin (9/4).

"Pertemuan FKB antara Indonesia dan Ethiopia hari ini salah satunya membahas upaya penguatan kerja sama ekonomi, misalnya pemerintah Ethiopia membahas pembangunan infrastruktur di negara tersebut," ujar dia.

Selain itu, kata Daniel, ada pertemuan antara PT Wijaya Karya (Wika) dengan beberapa mitranya dari negara-negara Afrika untuk menjajaki upaya kerja sama yang terkait dengan proyek pembangunan infrastruktur. IAF akan menjadi acara bersejarah yang diadakan untuk pertama kalinya oleh pemerintah Indonesia sebagai dasar atau platform untuk mendorong kerja sama ekonomi konkret antara Indonesia dengan negara-negara Afrika, khususnya untuk mengincar pasar nontradisional.

IAF itu sejalan dengan dorongan Presiden Joko Widodo agar Indonesia segera memasuki pasar-pasar nontradisional, terutama Afrika. Pemerintah RI berupaya untuk mengonversi kedekatan hubungan politik Indonesia dengan negara-negara Afrika menjadi kedekatan hubungan ekonomi.

Presiden Joko Widodo sebelumnya di sela-sela pertemuan G20 menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan hubungan politik dengan Afrika menjadi hubungan kerja sama ekonomi yang konkret. Dalam IAF 2018 diharapkan akan ada beberapa terobosan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan beberapa negara Afrika, seperti penandatanganan kesepakatan bisnis.





Credit  republika.co.id




Pangkalan PBB di Afrika Tengah Diberondong Tembakan


Logo PBB (ilustrasi)
Logo PBB (ilustrasi)
Foto: VOA


Satu warga sipil tewas dalam penyerangan terhadap pangkalan PBB.


CB, BANGUI -- Pangkalan PBB di ibu kota Republik Afrika Tengah, Bangui, diberondong tembakan oleh orang tak dikenal pada Ahad (8/4) malam waktu setempat. Insiden tersebut menewaskan satu warga sipil dan menyebabkan puluhan lainnya luka-luka.

Juru bicara PBB Vladimir Monteiro mengatakan, orang tak dikenal itu menembaki bagian pangkalan yang menampung pasukan pemukim Mesir dan Yordania. Aksi baku tembak sempat terjadi antara pasukan yang berada di pangkalan dan pelaku penembakan.

"Kami membalas tembakan dan mengirim bala bantuan, dan tenang kembali setelah setengah jam (baku tembak berlangsung)," kata Monteiro menerangkan. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas aksi penyerangan tersebut.

Ribuan warga di Republik Afrika Tengah tewas sejak pemberontak Muslim Seleka menggulingkan presiden Francois Bozize pada 2013. Kekerasan di negara tersebut meningkat ketika mantan kekuatan kolonial Prancis mengakhiri misi pemeliharaan perdamaiannya pada 2016.

Sejak saat itu, misi PBB Afrika Tengah atau lebih dikenal dengan MINUSCA berupaya memulihkan dan mengembalikan ketertiban serta stabilitas di negara tersebut. Kendati demikian, personel MINUSCA kerap menjadi sasaran serangan kelompok milisi di sana.



Credit  republika.co.id







Israel Tuduh Massa Demonstran di Gaza Dibayar Hamas


Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Foto: AP Photo/Adel Hana


Semua warga Palestina dituduh berhubungan dengan Hamas.



CB, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman, pada Ahad (8/4), mengatakan,tidak ada warga yang tidak bersalah di Gaza. Hal itu ia ungkapkan merespons tewasnya puluhan warga Palestina yang berdemonstrasi di perbatasan Gaza-Israel sejak dua pekan lalu.

"Tidak ada orang yang tidak bersalah di Jalur Gaza. Semua orang terhubung dengan Hamas, semua orang mendapat bayaran dari Hamas, semua aktivis yang mencoba menantang kami dan melanggar perbatasan adalah aktivis sayap militer Hamas," kata Lieberman, dikutip laman Al Araby.

Menurutnya, karena semua warga Palestina di perbatasan Gaza-Israel memiliki hubungan dengan Hamas, maka tentara Israel tidak melakukan kesalahan saat membunuh mereka. Sebab, Hamas sedari dulu telah dianggap sebagai kelompok teror oleh Israel.

Sejak akhir Maret lalu, ribuan warga Palestina di Gaza menggelar aksi demonstrasi di dekat pagar perbatasan Israel. Aksi itu digelar guna menuntut Israel mengembalikan tanah-tanah yang direbutnya saat perang Arab-Israel pada 1948 kepada para pengungsi Palestina.

Namun aksi tersebut direspons secara represif oleh pasukan keamanan Israel. Mereka tak ragu menyerang, bahkan menembak mati warga Palestina yang berpartisipasi dalam aksi itu.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 31 warga Palestina telah tewas oleh pasukan Israel sejak aksi dimulai pada akhir Maret lalu. Sedangkan lebih dari 1.400 orang lainnya mengalami luka-luka.

Israel telah membantah mengerahkan kekuatan berlebihan ketika menghadapi para demonstran Palestina. Israel mengklaim setiap tindakan yang diambil pasukannya diperlukan guna menjaga keamanan warganya. Selain itu, Israel menganggap sebagian besar massa yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi merupakan simpatisan Hamas.

Pada Ahad (8/4), jaksa kepala Pengadilan Pidana Internasional Fatou Bensouda mengatakan dirinya membuka penyelidikan awal guna menentukan apakah terdapat cukup bukti untuk menginvestigasi penuh dugaan kejahatan yang dilakukan Israel atau Hamas.





Credit  republika.co.id






PBB Peringatkan Eskalasi di Suriah Bisa Tak Terkendali


PBB Peringatkan Eskalasi di Suriah Bisa Tak Terkendali
Utusan PBB soal Suriah memperingatkan eskalasi bisa tak terkendali di tengah kemungkinan serangan militer AS terkait dugaan serangan senjata kimia di Douma. (REUTERS/Bassam Khabieh)



Jakarta, CB -- Utusan khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura memperingatkan bahaya situasi menjadi tak terkendali di Suriah saat ini. Di hadapan Dewan Keamanan PBB, de Mistura menyatakan perkembangan di Suriah baru-baru ini lebih membahayakan dari sebelumnya.

"Dewan tidak bisa membiarkan situasi eskalasi tak terkendali berkembang di Suriah, di front manapun," kata de Mistura di DK PBB, Senin (9/4).

De Mistura menyatakan dia harus meredam pidatonya lantaran yang dia bicarakan adalah isu keamanan internasional, tidak hanya kawasan atau Suriah semata.


Situasi Suriah memanas dalam beberapa hari terakhir yang bisa menyeret para pelaku internasional, nasional dan kawasan ke dalam bahaya konfrontasi.

"Ada keperluan bagi Dewan untuk menemukan cara mengatasi situasi dengan persatuan dan tujuan," kata de Mistura.

Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat terkait situasi di Suriah, khususnya setelah dilaporkan penggunaan senjata kimia pada akhir pekan di wilayah yang dikuasai pemberontak di Douma, dekat Ibu Kota Damaskus.

Kantor berita China, Xinhua, mengingatkan bahwa pada 2003, Amerika Serikat menginvasi Irak nerdasarkan informasi intelijen yang belakangan diketahui salah. Kesalahan informasi itu menyeret Irak ke dalam perang.

"Pada 2018, AS kembali mengancam untuk menyerang Suriah, sekali lagi atas tuduhan senjata kimia berdasarkan foto dan video yang belum diverifikasi," tulis Xinhua, Senin (9/4).



Setelah tahun lalu Donald Trump menyerang Suriah atas tuduhan serangan kimia oleh tentara Suriah di wilayah yang dikuasai pemberontak di barat laut Suriah, Amerika Serikat kembali mengancam langkah serupa sambil menuduh tentara Suriah melakukan serangan gas klorin di Distrik Douma, dekat Damaskus.

Pemerintah Suriah berulang kali membantah tuduhan dan menyatakan tidak memiliki senjata tersebut. Pemerintah menyatakan bahwa tentara Suriah sedikit demi sedikit mencapai kemenangan dan tidak memerlukan senjata kimia.

Dalam pertemuan darurat DK PBB soal dugaan serangan senjata kimia di Distrik Douma, ketegangan terjadi antara duta besar Amerika Serikat dan Rusia.

Duta besar Rusia Vassily Nebenzia mengatakan foto-foto serangan kimia di Douma direkayasa, dan mengajukan usulan untuk mengirim tim penyelidik ke Douma untuk memeriksa klaim tersebut.

Tetapi Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley langsung menuding Rusia dengan menyatakan tangan Rusia bersimbah darah anak-anak Suriah.

"Bagaimanapun, Amerika Serikat bakal merespond atas dugaan serangan kimia, apakah DK PBB bertindak atau tidak," kata Haley seperti dilansir Xinhua.


Trump memanaskan tetabuhan hasrat berperang dengan menyatakan bahwa keputusan besar soal Suriah akan diambil dalam 48 jam ke depan. Dia menyatakan negaranya masih menyelidiki kemungkinan keterlibatan Iran dan Rusia terkait dugaan serangan itu.

"Jika itu Rusia, jika Suriah, jika Iran, jika semua mereka bersama, kita akan cari tahu," kata dia.

Sehari sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Suriah merespons klaim pemberontak soal penggunaan senjata kimia di Distrik Douma, dekat Damaskus sebagai 'dalih yang telah direncanakan sebelumnya.'

Dilansir kantor berita pemerintah Suriah, SANA, Kemlu Suriah mengatakan tuduhan penggunaan senjata kimia direncanakan untuk memperpanjang hidup para 'teroris' di Douma. Menurut Kemlu Suriah, para pemberontak kerap melontarkan tuduhan itu tiap kali tentara permintah meraih kemenangan.

Dalam wawancara dengan kantor berita Xinhua bulan lalu, Al Haidar, Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah menyatakan Amerika Serikat memiliki niat terencana untuk menyerang Suriah dan sedang mempelajari kemungkinan hasil dari agresi semacam itu.

"Agresi AS bukanlah hal yang baru, itu bukan yang pertama, tapi perbedaan dari sebelumnya dimana mereka menyerang dan menyebut itu sebagai sebuah kesalahan, kali ini mereka memiliki niat terencana untuk melakukan agresi," kata Haidar.


Dia menambahkan Amerika Serikat seharusnya juga memperhitungkan 'keseimbangan kekuasaan di kawasan dan reaksi Suriah atas serangan itu, juga posisi Rusia," kata Haidar.

Menurut kantor berita AFP, Duta Besar Rusia untuk PBB, Nebenzia mengkhawatirkan Amerika Serikat bakal mengambil opsi militer untuk Suriah. "Dari apa yang saya dengar sekarang, saya khawatir mereka berupaya mengambil opsi militer, yang sangat-sangat berbahaya," kata Nebenzia kepada wartawan.

Tahun lalu, Trump melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer Suriah setelah dugaan gas sarin digunakan dalam serangan ke kota Khan Sheikhun. Tim medis di Douma mengatakan lebih dari 40 orang tewas setelah serangan gas klorin di Ghouta Timur, Suriah, Sabtu pekan lalu.





Credit  cnnindonesia.com






Putin Ingatkan Merkel Soal Provokasi Serangan Gas di Suriah


Putin Ingatkan Merkel Soal Provokasi Serangan Gas di Suriah
Dalam perbincangan telepon, Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan Kanselir Jerman Angela Merkel soal 'provokasi' di sekitar kasus serangan gas di Suriah. (Yuri Kadobnov/POOL via Reuters)


Jakarta, CB -- Presiden Rusia Vladimir Putin diketahui memperingatkan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam percakapan telepon, Senin (9/4), soal spekulasi dan provokasi yang muncul atas dugaan serangan senjata kimia di Douma, Suriah.

"Para pemimpin bertukar pendapat tentang situasi di Suriah temasuk tuduhan terhadap Damaskus oleh sejumlah negara Barat atas penggunaan senjata kimia," kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Kremlin.

"Pihak Rusia menekankan tidak bisa menerima provokasi dan spekulasi mengenai masalah ini," lanjutnya.



Juru bicara Pemerintah Jerman Steffen Seibert dalam pernyataannya menegaskan situasi di Suriah memang dibahas dalam percakapan telepon tersebut.

Seibert juga mengatakan Merkel mengutuk serangan gas yang terjadi di Douma, Suriah, akhir pekan lalu.

Juru bicara Putin, Dmitry Peskov sebelumnya memperingatkan bahwa membuat kesimpulan dini terkait serangan gas beracun tersebut merupakan kesalahan dan berbahaya.

Peskov menduga pemberontak dapat melakukan serangan tersebut untuk menyalahkan Damaskus. Hal ini pernah diperingatkan oleh Rusia, beberapa waktu lalu.



"Baik presiden maupun menteri pertahanan, mengutip sumber-sumber intelijen, telah berbicara tentang provokasi yang sedang dipersiapkan," kata Peskov.

Dia menambahkan bahwa ini dapat berarti para pemberontak sengaja melakukan serangan kimia atau pun menyebarkan desas-desus serangan sejenis itu.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan tim ahli negaranya tidak menemukan jejak serangan kimia di Douma, kota terbesar di wilayah Ghouta timur di luar Damaskus.

Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin merilis pernyataan yang mengatakan sejumlah pejabat termasuk dokter militer telah berada di Suriah untuk memeriksa lokasi yang disebut jadi target penyerangan dan mengunjungi sejumlah rumah sakit setempat.

"Tidak adanya jejak kandungan senyawa racun di daerah tersebut," kata pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

Rusia kemudian menuduh lembaga yang bekerja di wilayah pemberontak di Suriah, White Helmet, telah menyebarkan berita palsu.

"Seluruh tuduhan dari 'White Helmets' dan juga video serta foto dari dugaan korban serangan kimia, yang disebarkan oleh mereka di media sosial adalah palsu dan sebuah upaya menggagalkan gencatan senjata," kata Kementerian Pertahanan.





Credit  cnnindonesia.com




Dua Jet F-15-nya Dituduh Merudal Suriah, Israel Bungkam


Dua Jet F-15-nya Dituduh Merudal Suriah, Israel Bungkam
Jet-jet tempur F-15 Angkatan Udara Israel. Foto/REUTERS/Amir Cohen


TEL AVIV - Tel Aviv tidak berkomentar setelah Suriah dan Rusia menuduh dua jet tempur F-15 Israel sebagai pelaku serangan delapan peluru kendali (rudal) terhadap pangkalan militer T-4 Suriah di dekat Homs.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan, serangan rudal tersebut menewaskan 14 orang.

Dalam sebuah pernyataan resmi, Kementerian Pertahanan Rusia merinci kronologi serangan yang berlangsung pada Senin dini hari.

"Pada tanggal 9 April, dari pukul 03.25 hingga pukul 03.53 waktu Moskow, dua jet Angkatan Udara Israel F-15 melakukan serangan udara dengan peluru kendali terhadap lapangan terbang T-4 dari wilayah Lebanon dan tanpa memasuki wilayah udara Suriah," kata kementerian tersebut.

Ada delapan rudal yang ditembakkan oleh dua jet tempur F-15 Israel, lima di antaranya ditembak jatuh oleh sistem rudal pertahanan udara Suriah. "Tiga rudal mencapai bagian barat lapangan udara. Tidak ada penasihat militer Rusia di antara mereka yang terluka," lanjut kementerian tersebut.

Tak hanya pemerintah Israel di Tel Aviv dan Yerusalem yang bungkam. Kedutaan Besar Israel di Rusia saat dikonfirmasi Sputnik juga menolak berkomentar."Tidak ada komentar," kata atase pers misi diplomatik Alex Gandler.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga menolak membuat pernyataan untuk merespons komentar dari Moskow dan Damaskus.

Moskow telah meminta Tel Aviv untuk memberikan penjelasan atas serangan udara tersebut. Sedangkan Damaskus menyatakan serangan udara pada Senin dini hari itu sebagai agresi.

Fakta-fakta tentang Pangkalan Т-4
Pangkalan udara T-4, juga dikenal sebagai Pangkalan Militer Tiyas, terletak di provinsi Homs, sebelah barat kota kuno Palmyra. Basis ini merupakan pangkalan udara terbesar di Suriah.

Sebagai fasilitas penting yang strategis, pangkalan Tiyas telah berulang kali mengalami serangan.

Pada Mei 2016, perusahaan intelijen swasta Stratfor mempresentasikan citra satelit yang menunjukkan bahwa kelompok Daesh atau ISIS menyerang pangkalan militer Tiyas dan menghancurkan empat helikopter Rusia dan 20 truk logistik.

Kelompok Daesh kala itu mengklaim telah mengebom peralatan tempur Rusia, namun Kementerian Pertahanan Moskow menolak klaim tersebut dan menganggapnya sebagai propaganda.

Pada Februari 2018, Israel melancarkan serangan terhadap pangkalan udara di Tiyas dengan klaim menggempur target militer Iran di sana. Sebelum meluncurkan serangan udara, Tel Aviv melaporkan bahwa sebuah helikopter Israel telah mencegat sebuah pesawat tak berawak Iran yang menyeberang ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. 


IDF menuduh Iran mengendalikan pangkalan udara Tiyas sebagai asal penerbangan pesawat nirawak yang dicegat dan ditembak jatuh di atas udara Israel utara.

Sebagai respons, militer negara Yahudi itu meluncurkan 12 serangan udara di pangkalan Tiyas dan ditanggapi dengan tembakan rudal dari sistem pertahanan udara Suriah. Satu jet tempur Israel waktu itu terkena tembakan rudal, namun pilotnya berhasil menyelamatkan diri.



Credit  sindonews.com


Kata Rusia, 2 Jet Tempur Israel yang Merudal Suriah


Kata Rusia, 2 Jet Tempur Israel yang Merudal Suriah
Jet tempur F-15 milik Angkatan Udara Israel. Foto/REUTERS/Amir Cohen


MOSKOW - Militer Rusia menyatakan dua pesawat jet tempur F-15 Israel sebagai pelaku serangan peluru kendali (rudal) terhadap pangkalan udara T-4 Suriah dekat Homs, Senin dini hari.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, total ada delapan rudal yang ditembakkan. Lima rudal ditembak jatuh oleh sistem rudal pertahanan udara Suriah, namun tiga sisanya berhasil menghantam target.

"Dua jet F-15 Angkatan Udara Israel menembakkan delapan peluru kendali di lapangan terbang T-4," bunyi pernyataan kementerian itu, pada Senin (9/4/2018).

Dalam serangannya, pesawat tempur Israel tidak memasuki wilayah udara Suriah. Serangan diluncurkan kedua jet tempur itu terbang di atas wilayah udara Lebanon.

"Pasukan pertahanan udara Suriah telah menembak jatuh lima peluru kendali," lanjut pernyataan kementerian pertahanan Rusia."Tiga rudal menghantam bagian barat lapangan terbang."

Media Lebanon, Al-Mayadeen, sebelumnya melaporkan bahwa ada pesawat yang melintas di atas wilayah udara Lebanon selama serangan di Suriah terjadi. Pesawat itu melepaskan peluru kendali yang melintasi wilayah udara Keserwan dan Bekaa di Lebanon sebelum menuju ke Suriah.

Kantor berita negara Suriah, SANA, sempat menduga Amerika Serikat (AS) sebagai pelaku serangan. Dugaan ini wajar karena Presiden Donald Trump sudah mengancam akan melakukan serangan militer terhadap rezim Suriah atas tuduhan melakukan pembantaian warga sipil di Douma dengan senjata kimia.

Beberapa orang tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan di pangkalan udara T-4.

Namun, Pentagon atau Departemen Pertahanan AS membantah bahwa delapan rudal yang menyerang pangkalan militer Suriah merupakan rudal Tomahawk. Melalui pernyataan resmi, militer Washington itu juga membantah sebagai pelaku serangan.

"Pada saat ini, Departemen Pertahanan tidak melakukan serangan udara di Suriah," bunyi pernyataan Pentagon kepada Reuters.

"Namun, kami terus memantau situasi dan mendukung upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk menahan mereka yang menggunakan senjata kimia, di Suriah dan sebaliknya, yang bertanggung jawab," lanjut pernyataan itu. 





Credit  sindonews.com





Trump Ancam Rezim Suriah: Kami Punya Banyak Opsi Militer!



Trump Ancam Rezim Suriah: Kami Punya Banyak Opsi Militer!
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (tengah) bertemu Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton (kanan) membahas respons terhadap dugaan serangan kimia di Suriah. Foto/REUTERS/Carlos Barria


WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump kembali mengancam akan menyerang rezim Suriah atas tuduhan serangan senjata kimia di Douma. Trump mengatakan, Washington memiliki banyak opsi militer untuk rezim Damaskus.

Pemimpin Gedung Putih telah bertemu dengan komandan militer AS untuk membahas kemungkinan "respons yang kuat" terhadap dugaan serangan kimia di Suriah. Washington bahkan siap bertindak meski tanpa mandat atau persetujuan PBB.

"Serangan kimia yang diduga terjadi di Suriah akan ditanggapi dan itu akan ditanggapi dengan paksa," kata Trump kepada wartawan pada Senin malam.

"Kami tidak dapat membiarkan kekejaman seperti yang kita semua saksikan. Kami tidak dapat membiarkan itu terjadi di dunia kita," ujar Trump."Terutama jika karena kekuatan AS, kita dapat menghentikannya."

"Kami mendapatkan kejelasan yang sangat baik tentang siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu," imbuh sang presiden. "Kami memiliki banyak opsi militer, dan kami akan segera memberi tahu Anda."

Sebelumnya pada hari yang sama, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan bahwa serangan kimia di Douma, pinggiran Damaskus, pada hari Sabtu sebagai fakta yang terbukti. Haley menyalahkan Rusia dan Presiden Bashar al-Assad yang dia sebut "monster" atas serangan tersebut.

Serangan Kimia Rekayasa?
Sementara itu, pasukan Rusia dan Suriah memeriksa area Douma yang dilaporkan jadi lokasi serangan kimia. Area yang telah dibersihkan dari kelompok militan Jaysh al-Islam tidak ditemukan jejak agen atau racun kimia. Tidak ada pasien di rumah sakit setempat dengan tanda-tanda adanya keracunan zat kimia.

"Semua fakta ini menunjukkan bahwa tidak ada senjata kimia yang digunakan di kota Douma, seperti yang diklaim oleh White Helmets," kata Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah dalam sebuah pernyataan, mengacu pada kelompok yang kerap melaporkan serangan kimia di Suriah, seperti dikutip Russia Today, Selasa (10/4/2018).

Pernyataan itu itu menyebut foto-foto yang disutradarai White Helmets dari dugaan serangan kimia adalah berita palsu.

Sebelumnya, Presiden Trump telah melontarkan kata-kata kasar terkait dugaan serangan kimia di Suriah. Dia menyebut Assad sebagai "binatang" dan bersumpah bahwa rezim Assad akan membayar "harga mahal" atas serangan tersebut.

Ancaman Trump ini mengigatkan kata-katanya setahun lalu, ketika AS meluncurkan rudal-rudal jelajah Tomahawk terhadap pangkalan udara Suriah setelah kelompok  militan anti-pemerintah Assad menuduh Damaskus melakukan serangan kimia di kota Khan Shaykhun. 




Credit  sindonews.com




Tiga orang Iran tewas dalam serangan udara di Suriah


Tiga orang Iran tewas dalam serangan udara di Suriah
Arsip: Warga berjalan melewati bangunan-bangunan yang rusak setelah serangan udara di kota Douma, Ghouta Timur, Damaskus, Suriah, Jumat (23/2/2018) (REUTERS/BASSAM KHABIEH)



London (CB) - Tiga orang Iran tewas dalam serangan udara di pangkalan udara Suriah di dekat Homs pada Minggu, kata kantor berita Iran Fars, dengan Suriah dan sekutu utamanya, Rusia, menuding Israel melakukan serangan itu.

Israel tidak memastikan atau membantah melakukan serangan itu, tapi pejabat Israel menyatakan pangkalan udara Tiyas, atau T-4, digunakan oleh pasukan dari Iran dan bahwa Israel tidak dapat menerima kehadiran musuh bebuyutannya itu di Suriah.

Garda Revolusi, tentara paling kuat Iran, bertempur untuk mendukung presiden Suriah Bashar al-Assad selama beberapa tahun belakangan. Lebih dari 1.000 orang Iran tewas di Suriah, termasuk anggota penting pasukan itu.

Kantor berita setengah resmi Fars pada Senin menyatakan dua pembela kuil itu, Seyed Ammar Mousavi dan Akbar Zavar Jannati, tewas dalam serangan udara jet tempur rezim Zionis.

Iran menyebut pejuangnya di Suriah pembela kuil seperti yang dikatakannya bahwa pasukan itu berada di sana untuk melindungi Kuil Zeinab, tempat suci Syiah di dekat Damaskus.

Dalam laporan selanjutnya, Fars menyatakan pejuang ketiga bernama Mehdi Lotfi Niasar tewas dalam serangan itu.

Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah, yang bermarkas di Inggris, menyatakan setidak-tidaknya 14 orang tewas, termasuk beberapa pejuang dari berbagai kebangsaan.

Serangan itu terjadi beberapa jam sesudah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperingatkan tentang "harga besar harus dibayar" menyusul laporan tentang serangan gas beracun di kota Douma, yang dikuasai pemberontak, yang menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak, demikian Reuters.





Credit  antaranews.com




Iran klaim laporan serangan gas Suriah "alasan" aksi militer



Iran klaim laporan serangan gas Suriah "alasan" aksi militer
Dokumentasi seorang petugas sipil bernafas melalui botol oksigen, setelah apa yang menurut regu penyelamat digambarkan sebagai dugaan serangan gas di kota Khan Sheikhoun, di kota yang dikuasai pemberontak Idlib, Suriah, Selasa (4/4/2017). (REUTERS/Ammar Abdullah)

... menunjukkan rencana baru melawan pemerintah dan rakyat Suriah, dan merupakan alasan untuk melakukan tindakan militer melawan mereka...



Dubai, UEA (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, laporan tentang serangan gas di Suriah, Minggu, tidak berdasarkan fakta dan merupakan "alasan" Amerika Serikat dan negara-negara Barat untuk melakukan tindakan militer terhadap Damaskus, kata Kantor berita Iran, IRNA.

"Klaim dan tuduhan seperti itu oleh Amerika dan beberapa negara-negara Barat menunjukkan rencana baru melawan pemerintah dan rakyat Suriah, dan merupakan alasan untuk melakukan tindakan militer melawan mereka," kata IRNA melaporkan pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qasemi.

IRNA juga mengutip Qasemi yang mengatakan, laporan tentang serangan gas "tidak cocok dengan fakta."

Iran telah menjadi pendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad, melawan gerilyawan di sepanjang konflik.

Milisi yang didukung Iran mula-mula membantu pasukannya membendung kemajuan gerilyawan dan, setelah masuknya Rusia ke dalam perang di 2015, kemudian mendukung al-Asaad.

Dalam pertemuan dengan komandan militer pada Minggu, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan keyakinan dia, musuh akan gagal dalam konfrontasi dengan Iran.

"Terlepas dari semua konspirasi... dari musuh, kekuatan dari sistem Islam akan meningkat dari hari ke hari, " menurut Khamenei sebagaimana dikutip IRNA.





Credit  antaranews.com




Senin, 09 April 2018

Melihat Prajurit TNI AL Beraksi di Kapal Selam KRI Ardadedali-404


Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404.
Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404. (Foto: Dok. Puspen TNI)
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengunjungi Kapal Selam KRI Ardadedali-40 di Galangan DSME, Okpo, Korea Selatan. Pada kesempatan itu Hadi meninjau sejumlah prajurit TNI AL yang mengawaki kapal selam tersebut.
Menurut Hadi prajurit-prajurit TNI Angkatan Laut yang menjadi awak kapal selam tersebut merupakan prajurit pilihan, sebab tidak semua prajurit TNI AL memiliki kesempatan untuk bisa melaksanakan operasi bawah laut.
Hadi menyampaikan, prajurit TNI AL yang terpilih menjadi awak kapal selam perlu kualifikasi yang benar-benar mumpuni terutama memiliki ketabahan.
"Moto Kapal Selam RI 'Tabah Sampai Akhir'. Moto itu mudah diucapkan namun susah dilaksanakan pada saat melaksanakan operasi bawah laut yang dapat memakan waktu cukup lama,” ujar Hadi pada saat memberikan pengarahan kepada prajurit TNI AL yang mengawaki Kapal Selam KRI Ardadedali-404 dalam rangkaian kunjungan kerja di Galangan DSME, Okpo, Korea Selatan, Jumat (6/4) dalam keterangan dari Puspen TNI.
Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404.
Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404. (Foto: Dok. Puspen TNI)
Selain itu, Hadi menambahkan prajurit di Kapal Selam RI mempunyai ketabahan luar biasa, karena berpisah dengan keluarga selama berbulan bulan.
“Ketabahan yang dimiliki oleh awak Kapal Selam RI memiliki satu tujuan utama dalam rangka melaksanakan tugas menegakkan kedaulatan NKRI,” kata Hadi.

Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404.
Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404. (Foto: Dok. Puspen TNI)
Panglima TNI juga menyampaikan bahwa kapal selam memiliki nilai yang sangat strategis dan sekaligus memberi efek deterens yang sangat kuat bagi negara.
"Oleh karena itu kita harus memiliki prajurit terlatih untuk mengawaki kapal selam dalam rangka memperkuat Armada TNI AL,” katanya.
Hadi mengatakan pemerintah RI mengapresiasi seluruh prajurit yang menjadi awak Kapal Selam RI dengan memberikan perhatian kesejahteraan serta memberikan tunjangan khusus kepada mereka.
Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404.
Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404. (Foto: Dok. Puspen TNI)
Hadi dalam kesempatan tersebut mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan profesionalisme seluruh awak KRI Ardadedali-404 yang telah menjalani pelatihan selama 12 bulan dalam rangka mengoperasikan kapal selam.
Rencananya pelayaran penyeberangan dari Korea Selatan ke Indonesia akan dimulai pada tanggal 23 April 2018 mendatag. KRI Ardadedali-404 di bawah Komandan Letkol Laut (P) Widya Poerwandanu beserta awak kapal sejumlah 9 Perwira, 16 Bintara dan 15 Tamtama.
Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404.
Panglima TNI di Kapal Selam KRI Ardadedali-404. (Foto: Dok. Puspen TNI)
Turut hadir dalam rangkaian kunjungan kerja Panglima TNI, Asintel Panglima Mayjen Benny Indra Pujihastono, Aslog Panglima Laksda Bambang Naryono, Kapuspen TNI Mayjen M Sabrar Fadhilah, Kapuskersin Laksma Tatit Eko Witjaksono, Kadisadal Laksma Prasetya Nugraha, dan Marsma TNI Khairil Lubis.
Dalam rangkaian kunjungan kerja Panglima TNI di Korea Selatan ini juga didampingi oleh Duta besar Luar Biasa RI H.E. Mr. Umar Hadi dan Atase Pertahanan RI untuk Korea Selatan Kolonel Laut (E) Oka Wirayudha serta, Komandan Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal Selam Laksma TNI Iwan Isnurwanto.





Credit  kumparan.com




AS: Tak Benar Rudal Tomahawk Gempur Militer Suriah


AS: Tak Benar Rudal Tomahawk Gempur Militer Suriah
Pangkalan militer T-4 Suriah di dekat Homs dierang delapan rudal. Serangan terjadi setelah AS ancam menyerang rezim Suriah. Foto/Sputnik/Illiya Pitalev


DAMASKUS - Amerika Serikat (AS) membantah menyerang pangkalan militer Angkatan Udara Suriah di dekat Homs pada Minggu malam atau Senin  (9/4/2018) dini hari. Serangan ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengancam akan menggempur rezim Bashar al-Assad atas tuduhan membantai warga sipil di Douma dengan senjata kimia.

Pejabat pemerintah Trump kepada CNN mengatakan, laporan serangan rudal Tomahawk terhadap militer rezim Bashar al-Assad tidak benar.


Sebelumnya, kantor berita negara Suriah, SANA, melaporkan serangan delapan rudal menghantam pangkalan udara T-4 di dekat Homs."Dihantam oleh beberapa rudal, kemungkinan serangan oleh AS," tulis media pemerintah tersebut mengutip sumber militer Damaskus.

Serangan tiba-tiba itu memakan korban jiwa. "Ada beberapa martir dan beberapa terluka," imbuh laporan SANA.

Militer Assad merespons serangan itu dengan mengaktifkan sistem rudal pertahanan udara.

Al Masdar News, media Timur Tengah lainnya menyebut ada jet tempur misterius telah memasuki wilayah udara Suriah dari Lebanon. Media tersebut berspekulasi bahwa jet tempur itu kemungkinan berasal dari Israel. 




Credit  sindonews.com






Pangkalan Militer Suriah Dirudal, Diduga oleh AS




BREAKING: Pangkalan Militer Suriah Dirudal, Diduga oleh AS
Pangkalan militer T-4 Suriah di dekat Homs dierang delapan rudal. Serangan terjadi setelah AS ancam menyerang rezim Suriah. Foto/Ilustrasi/SINDOnews



DAMASKUS - Sebuah pangkalaan militer Angkatan Udara Suriah di dekat Homs diserang rudal, pada Senin (9/4/2018). Media pemerintah setempat menduga serangan rudal diluncurkan Amerika Serikat (AS).

Serangan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengancam meluncurkan serangan militer terhadap rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad atas tuduhan membantai warga sipil di Douma dengan senjata kimia.

Kantor berita negara Suriah, SANA, melaporkan setidaknya delapan serangan rudal menghantam pangkalan udara T-4 Suriah. Laporan ini mengutip sumber militer Damaskus.

Pangkalan udara T-4 Suriah yang diserang berada sebelah timur provinsi Homs.

Media Lebanon, Al Mayadeen, melaporkan bahwa tembakan beberapa rudal tersebut berasal dari Laut Mediterania, melalui wilayah udara Lebanon.

Departemen Pertahanan AS mengaku sudah mendengar laporan tentang serangan rudal terhadap basis militer rezim Assad. Namun, seorang pejabat Pentagon kepada Sputnik, menolak mengonfirmasi bahwa Amerika sebagai pelaku serangan.

Al Masdar News, media Timur Tengah lainnya menyebut ada jet tempur misterius telah memasuki wilayah udara Suriah dari Lebanon. Media tersebut berspekulasi bahwa jet temour itu kemungkinan berasal dari Israel.

Rezim Assad tak tinggal diam melihat pangkalan militernya diserang. Pasukan Suriah menanggapi dengan mengaktifkan sistem rudal pertahanan udara di Pangkalan Udara Mezzeh.

Hingga saat ini belum diketahui tentang kemungkinan adanya korban jiwa maupun kerusakan akibat serangan delapan rudal terhadap basis militer rezim Suriah. 




Credit  sindonews.com



Serangan Rudal di Pangkalan Udara Suriah, Beberapa Tewas


Serangan Rudal di Pangkalan Udara Suriah, Beberapa Tewas
Insiden ini tepat setahun setelah AS menyerang satu pangkalan udara Suriah sebagai balasan atas serangan sarin di Khan Sheikhoun pada 2017. (Ford Williams/Courtesy U.S. Navy/Handout via Reuters)


Jakarta, CB -- Beberapa orang dilaporkan tewas akibat serangan rudal ke pangkalan udara Suriah di Kota Homs pada Senin (9/4).

"Ada yang tewas dan terluka akibat serangan rudal yang menghantam Bandara Tayfur," bunyi laporan kantor berita SANA sebagaimana dikutip AFP.

Kantor berita tersebut menyatakan pemerintah menduga serangan itu dilakukan oleh AS, tapi Washington mengonfirmasi bahwa militer mereka tak melakukan serangan udara.


Insiden ini terjadi tak lama setelah Presiden Donald Trump memperingatkan Suriah mengenai dugaan serangan senjata kimia yang menewaskan puluhan orang di daerah kekuasaan pemberontak di Kota Douma pada Sabtu (7/4).


"Banyak yang tewas, termasuk perempuan dan anak, dalam serangan kimia yang tak masuk akal di Suriah. Daerah itu tertutup dan dikepung Tentara Suriah, membuatnya benar-benar tak bisa diakses dunia luar," tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Melanjutkan pernyataannya, Trump menulis, "Presiden Putin, Rusia, dan Iran bertanggung jawab karena mendukung Binatang Assad."

Pernyataan ini disampaikan tepat setahun setelah AS menyerang satu pangkalan udara Suriah sebagai balasan atas serangan sarin di Khan Sheikhoun pada 2017.





Credit  cnnindonesia.com




Ulama Iran: Rudal Hizbullah Bisa Bikin Tel Aviv Israel Kota Hantu



Ulama Iran: Rudal Hizbullah Bisa Bikin Tel Aviv Israel Kota Hantu
Ulama senior Iran, Ayatollah Ahmad Khatami, klaim kota Tel Aviv Israel akan jadi kota hantu jika diserang rudal Hizbullah. Foto/REUTERS



TEHERAN - Ulama senior Iran, Ayatollah Ahmad Khatami, mengklaim kota Tel Aviv dan Haifa di Israel bisa menjadi kota hantu jika diserang rudal kelompok Hizbullah Lebanon yang berjarak tempuh 70km.

Komentar Khatami, yang juga anggota senior Majelis Ahli Iran, sebagai respons atas pernyataan militer Israel bahwa perang dengan Hizbullah berpotensi pecah pada tahun-tahun mendatang.

"Hizbullah akan mengubah Haifa dan Tel Aviv menjadi kota-kota hantu dengan rudal," kata Khatami dalam sebuah khotbah Jumat, seperti dilansir Jerusalem Post, Minggu (8/4/2018).

"Anda (Israel) sudah mencoba peluang Anda dua kali, dan gagal," kata Khatami."Terlepas dari kenyataan bahwa Hezbollah lebih kuat hari ini daripada sebelumnya, jika Anda ingin Tel Aviv dan Haifa diruntuhkan, cobalah kesempatan Anda lagi," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Operasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Mayor Jenderal Nitzan Alon mengatakan konflik dengan Hizbullah Lebanon bisa terjadi pada tahun-tahun mendatang.

"Tahun ini memiliki potensi eskalasi, dan tidak harus karena kedua pihak ingin memulai, tetapi karena kemunduran yang terjadi secara bertahap. Ini telah mendorong kami untuk meningkatkan tingkat kesiapsiagaan," kata Alon, seperti dikutip Army Radio.

Ulama Iran tersebut juga mengecam pembunuhan IDF terhadap para demonstran Palestina dalam protes "Great March of Return" yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. "Zionis hanya dapat dijawab dengan bahasa perlawanan dan kekuatan," katanya.

Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei juga pernah memprediksi bahwa Israel tidak akan bertahan hidup 25 tahun lagi. Khatami mendukung prediksi Khamenei."Mungkin itu adalah kehendak Tuhan, dengan semua kegilaan yang mereka sebabkan, (Israel) akan dihancurkan bahkan sebelum itu," ujarnya.

Hizbullah, menurut analisis militer Israel, pada saat ini memiliki gudang dengan sekitar 150.000 rudal.

Khatami juga mengecam Arab Saudi karena hubungannya yang semakin dekat dengan Israel. Terlebih, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman baru-baru ini membela hak orang-orang Israel untuk hidup di tanahnya sendiri. 




Credit  sindonews.com





Saudi Bangun Kanal, Qatar Terancam Jadi 'Sebuah Pulau'


Saudi Bangun Kanal, Qatar Terancam Jadi Sebuah Pulau
Qatar terancam menjadi sebuah pulau setelah Arab Saudi berencana untuk membangun kanal di sepanjang perbatasan kedua negara. Foto/Ilustrasi/Istimewa


RIYADH - Arab Saudi berencana membangun kanal di sepanjang perbatasan daratnya dengan Qatar. Proyek ini akan secara efektif membuat negara di semenanjung Arab itu menjadi sebuah pulau.

Surat kabar Saudi, Sabq, mengklaim bahwa para perencana masih menunggu izin resmi untuk memulai pembangunan kanal. Proyek itu dapat diselesaikan hanya dalam setahun dengan biaya USD750 juta.

Menurut desain, kanal itu akan mempunyai pajang 60 km, lebar 200 meter dan mempunyai kedalam antara 15-20 meter. Dengan begitu, kanal ini akan memotong wilayah perbatasan dengan Qatar di sebelah selatan.

Saluran maritim antara daerah Salwa dan Khawr al-Udayd di Arab Saudi akan secara efektif mengakhiri perdagangan darat dengan Qatar dan juga memungkinkan pengiriman untuk memotong jalur Qatar.

Arab Saudi meluncurkan blokade darat, laut dan udara terhadap Qatar pada Juni lalu. Aksi ini dilakukan bersama sekutu regionalnya - Uni Emirar Arab (UEA), Bahrain dan Mesir. Blokade ini secara luas dikutuk sebagai tindakan ilegal.

Proyek kanal ini tampak sebagai upaya untuk lebih memperketat blokade atas Qatar dan berusaha mengambil alih perdagangan dari negara kerajaan itu.

Kanal ini nantinya akan mampu menampung kapal tanker dan kapal kontainer dengan rencana untuk mengubah daerah tersebut menjadi pusat industri dan ekonomi yang "unik" dengan sejumlah pelabuhan yang melapisi jalur air.

Surat kabar itu juga mengatakan ada rencana untuk resor di sepanjang tepi kanal dan fasilitas untuk memungkinkan kapal pesiar berlabuh.

Anehnya, kawasan itu juga akan mencakup zona militer dengan zona pengecualian satu kilometer yang berjalan di sepanjang perbatasan dengan saingan regional Riyadh, Qatar.

"(Terusan) akan menghilangkan semua perbatasan darat, dan itu akan menjadi wilayah Saudi murni untuk panjang 1 km dari perbatasan resmi dengan Negara Qatar. Ini akan membuat wilayah terestrial yang berdekatan dengan Qatar menjadi zona militer untuk perlindungan dan pemantauan," tulis media Arab Saudi itu seperti dikutip Al Araby, Minggu (8/4/2018).

Surat kabar itu mengklaim proyek tersebut akan menelan biaya USD750 juta dan dapat diselesaikan hanya dalam waktu 12 bulan.

Sebagian besar analis melihat pembicaraan tentang kanal sebagai proyek propaganda untuk Riyadh. Arab Saudi dan UEA telah meluncurkan kampanye media yang berkelanjutan, tetapi tidak berhasil, terhadap Qatar sejak blokade Juni dimulai.

Pengamat lain menyatakan bahwa setiap upaya untuk mendesain ulang geografi Semenanjung Arab untuk mengisolasi Qatar akan dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional. 


Qatar telah menolak serangkaian tuntutan yang dipimpin oleh Saudi, termasuk menutup media seperti Al Jazeera dan The New Arab yang berbasis di London. Doha telah menyerukan dialog untuk mengakhiri krisis, yang ditolak oleh Arab Saudi dan mitranya.

Analis melihat blokade sebagai upaya untuk memaksa Qatar berada di bawah pengawasan Arab Saudi-UEA dan mengakhiri kebijakan luar negerinya yang independen.

Tahun lalu, sebuah museum di UEA menuai kritikan dan cemoohan setelah menampilkan peta wilayah Teluk yang mengecualikan Qatar.



Credit  sindonews.com




Eks Intel Ganda Rusia Skripal Ditawari Identitas Baru


Asisten Komisaris Kepolisian Metropolitan, Mark Rowley bersama dengan Chief Medical Officer Sally Davies, memberi pernyataan pers mengenai Sergei Skripal dan putrinya Yulia yang diracuni di pusat Salisbury, Inggris, 7 Maret 2018. REUTERS/Henry Nicholls
Asisten Komisaris Kepolisian Metropolitan, Mark Rowley bersama dengan Chief Medical Officer Sally Davies, memberi pernyataan pers mengenai Sergei Skripal dan putrinya Yulia yang diracuni di pusat Salisbury, Inggris, 7 Maret 2018. REUTERS/Henry Nicholls

CB, Jakarta - Agen intelijen Inggris dan Amerika Serikat berebut menawarkan mantan agen ganda mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal identitas baru. Keduanya ditawari pula untuk tinggal di negara-negara sekutu Amerika Serikat dan Inggris, namun negara Abang Sam tampaknya pilihan terbaik karena di negara itu kecil kemungkinan mereka akan dibunuh di sana.
“Mereka akan ditawari identitas baru. M16 dan CIA sedang mendiskusikan hal ini,” kata sumber di pemerintah Amerika Serikat, seperti dikutip dari rt.com pada Senin, 9 April 2018.


Manten intelijen Rusia dan Inggris, Sergei Skripal sekarat terkena zat tak dikenal di Inggris [Independent.co.uk/AP]
Sumber tersebut juga menjelaskan Skripal dan putrinya sudah berangsur-angsur pulih setelah mendapat serangan racun saraf di Inggris. Saat ini pemerintah Amerika Serikat sangat yakin keduanya bisa membantu Amerika Serikat secepatnya dengan apa yang telah terjadi. Keamanan Skripal dan keluarganya adalah salah satu alasan dilakukannya relokasi.

“Hidup mereka tampaknya tidak akan sama lagi karena mereka akan terus membutuhkan perawatan kesehatan dan otoritas Inggris memastikan mereka akan lebih aman berada di satu dari lima negara pengawas, yakni Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Jelas tempat paling sedikit risiko bagi mereka adalah Amerika Serikat dan lebih mudah melindungi mereka dibawah identitas baru,” kata sumber di sebuah agen mata-mata yang mengikuti proses negosiasi ini.
Skripal adalah mantan agen ganda. Dia bekerja selama beberapa tahun dengan agen intelejen militer Rusia. Pada 1999 dia pensiun karena kondisi kesehatannya. Namun pada 2004 saat dia sedang merintis karir di Kementerian Luar Negeri Rusia, dia ditahan karena terbongkar fakta dia bekerjasama dengan agen rahasia Inggris sejak 1995.
Atas kesalahannya itu, pada 2006 dia divonis hukuman 13 tahun penjara. Akan tetapi, pada 2010 dia dibebaskan atas pengampunan dari Presiden Dimitry Medvedev, yang berkuasa  saat itu. Pembebasannya juga sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan mata-mata. Selain Skripal, dia bersama tiga tahanan bekas mata-mata Rusia ditukar dengan 10 agen mata-mata yang ditangkap di Amerika Serikat. Tak lama setelah pertukaran itu, Skripal direlokasi ke Inggris dan tinggal di kota Salisbury hingga dia diracun pada awal Maret 2018.




Credit  TEMPO.CO