Tampilkan postingan dengan label PAKISTAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PAKISTAN. Tampilkan semua postingan

Senin, 25 Maret 2019

Pakistan Pasang Rudal Anti-Serangan Udara, Incar Jet Tempur India




Pilot Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, tertangkap mliter Pakistan setelah pesawat MIG-21 Bison tertembak jatuh F-16. 92newshd
Pilot Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, tertangkap mliter Pakistan setelah pesawat MIG-21 Bison tertembak jatuh F-16. 92newshd

CBKarachi – Militer Pakistan telah mengerahkan sistem rudal jarak menengah anti-serangan udara buatan Cina di sejumlah kota dan markas militer.

Ini dilakukan untuk mencegah aksi serangan udara lintas batas oleh angkatan udara India, yang pernah melakukan ini pada Februari 2019 ke Kota Balakot untuk menyasar kamp pelatihan milisi Jaish-e-Mohammed.
Ada lima unit sistem rudal darat ke udara LY-80 (HQ-16) dan unit radar pemantauan serangan udara IBIS – 150, yang diaktifkan.

“Sistem rudal anti-serangan udara ini dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah dan menembak jatuh target begerak dalam radius 40 kilometer,” begitu dilansis media DNA India dan dikutip RT pada Sabtu, 23 Maret 2019.
Mengutip seorang pejabat intelijen India, media DNA India melansir militer Pakistan mengerahkan sistem anti-serangan udara untuk mengantisipasi serangan yang lebih besar dari India di masa depan.
Sistem HQ-16 itu diproduksi oleh China Precision Machinery Import and Export Corporation atau CPMIEC.

Sistem anti-serangan udara LY-80 ini dilengkapi dengan baterai radar IBIS – 150, yang merupakan sistem radar pelacak 3 dimensi.

“Sistem ini bisa melacak target bergerak dari jarak 150 kilometer,” begitu dilansir DNA India. Tiap radar bisa melacak enam target bergerak sekaligus.

Mengutip sumber intelijen India, media ini juga melansir Cina bakal memperkuat dukungan kepada Pakistan dengan menjual drone jarak jauh Rainbow CH-4 dan CH-5. Drone ini bakal digunakan untuk pemantauan di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan dan perbatasan line of control.
Drone CH-4 dapat membawa 400 kilogram bahan peledak dan terbang selama 40 jam dan menjangkau wilayah sejauh 5000 kilometer. Sedangkan CH-5 dapat membawa 1000 kilogram bahan peledak dan terbang selama 60 jam diketinggian 17 ribu kaki. Saat ini, India dan Pakistan mulai menurunkan ketegangan. 




Credit  tempo.co





Pakistan Sebar Sistem Pertahanan Udara di Dekat Perbatasan India



Pakistan Sebar Sistem Pertahanan Udara di Dekat Perbatasan India
Pakistan sebar sistem pertahanan udara LY-80 buatan China di perbatasan dengan India. Foto/Istimewa


ISLAMABAD - Pakistan sebar sejumlah rudal pertahanan udara jarak menengah buatan China di beberapa kota dan pangkalan militer untuk mencegah serangan Angkatan Udara India (IAF). India sebelum melancarkan serangan terhadap sebuah kamp teroris di Pakistan pasca serangan bom bunuh diri di wilayah Kashmir.

Pertahanan udara, yang dilaporkan dikerahkan di dekat perbatasan India, termasuk lima unit rudal permukaan-ke-udara LY-80 (HQ-16). Pakistan juga mengerahkan baterai radar IBIS-150 yang mampu melacak dan menghancurkan berbagai target udara pada jarak lebih jauh yang terbang di ketinggian rendah dan menengah.

Selain itu, militer Pakistan dilaporkan mengerahkan drone Rainbow CH-4 dan CH-5 buatan China untuk melakukan pengawasan dan potensi serangan di sepanjang Garis Kontrol Kashmir seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (24/3/2019).

Perkembangan ini terjadi setelah Presiden Pakistan Arif Alvi menuduh India memiliki sikap tidak bertanggung jawab dan memuji tanggapan langsung dan efektif Islamabad atas apa yang ia sebut sebagai agresi India.

“Setelah serangan Pulwama, India menyalahkan Pakistan tanpa bukti. India tidak mematuhi hukum internasional dan melanggar wilayah udara Pakistan,” kata Alvi, pada Sabtu kemarin.

Alvi merujuk pada serangan 14 Februari terhadap konvoi keamanan India di daerah yang dikuasai India di Kashmir oleh militan Islam yang berbasis di Pakistan. Serangan tersebut merenggut nyawa setidaknya 40 orang petugas keamanan.

Serangan bunuh diri itu diikuti oleh serangan IAF pada 26 Februari terhadap sebuah kamp yang diduga dijalankan oleh kelompok teroris yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammed. Tembak menembak terjadi sehari kemudian antara pesawat-pesawat tempur India dan Pakistan.


Dalam perkembangan terpisah awal pekan ini, Beijing bergerak untuk mendukung Islamabad dengan latar belakang meningkatnya ketegangan India-Pakistan.

"Tidak peduli bagaimana keadaan berubah di dunia dan di kawasan ini, China akan dengan tegas mendukung Pakistan dalam menegakkan kemerdekaan kedaulatannya, integritas wilayah dan martabat wilayah," kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi. 





Credit  sindonews.com




Kamis, 21 Maret 2019

Pakistan Kerahkan Semua Jet Tempur F-16 di Dekat India



Pakistan Kerahkan Semua Jet Tempur F-16 di Dekat India
Pesawat-pesawat jet tempur F-16 Angkatan Udara Pakistan. Foto/REUTERS


NEW DELHI - Angkatan Udara India (IAF) meminta pemerintah untuk segera membeli amunisi baru. Permintaan itu muncul setelah Pakistan mengerahkan semua jet tempur F-16 di dekat perbatasan India.

Islamabad juga dilaporkan telah memindahkan kamp-kamp teror keluar dari jangkauan serangan pesawat tempur IAF ke ujung barat di Wilayah Suku yang Dikelola Pemerintah Federal (FATA).

Laporan yang diterbitkan Economic Times, Rabu (20/3/2019) mengatakan ada aktivitas penerbangan yang sibuk di kedua sisi perbatasan, termasuk di malam hari. India terus mempertahankan kewaspadaan operasional yang tinggi dengan menerbangkan beberapa sorti tambahan dari sejumlah jet tempurnya.

“Rudal-rudal ini memiliki (masa) kehidupan tertentu. Ketika disimpan di dalam tabung, itu dihitung dalam hal usia sistem yang bertahun-tahun, tetapi ketika jet-jet tempur dikerahkan secara operasional, kehidupan rudal tergantung pada jumlah serangan yang dilakukan. Jadi kita perlu pengisian baru," kata sumber pejabat tinggi pemerintah India.

Amunisi yang dibutuhkan sebagian besar adalah rudal air-to-air (udara ke udara) yang dibawa jet-jet tempur yang sedang berpatroli untuk melawan pasukan udara Pakistan.

Apa yang membuat pihak India semakin kesal adalah bahwa terlepas dari semua konsultasi yang sibuk dengan Amerika Serikat setelah serangan di Balakot, Angkatan Udara Pakistan telah mengerahkan semua jet tempur F-16 di pangkalan-pangkalan terdepan di sepanjang perbatasan dengan India. Wilayah udara Pakistan juga belum sepenuhnya dibuka untuk lalu lintas sipil meskipun penerbangan normal telah dibuka kembali di pihak India.

Ketika serangan di Balakot mengejutkan Pakistan, yang mengantisipasi serangan di markas Jaish-e-Mohammad di Bahawalpur, input intelijen India menunjukkan bahwa setelah serangan "non-militer", kamp-kamp teror telah dipindahkan ke wilayah FATA. Tujuannya, untuk membawa mereka keluar dari jangkauan jet tempur India yang beroperasi dari dekat Garis Kontrol (Line of Control/LoC) Kashmir.

“F-16 telah didistribusikan di seluruh pangkalan udara Pakistan. Mereka terus melakukan penerbangan malam dan memiliki jaringan pertahanan udara dalam keadaan siaga," lanjut sumber tersebut kepada Economic Times. Sedangkan jet-jet tempur India juga masih dalam posisi untuk mencegah kesalahan atau agresi apapun.

Di pihak India, jet-jet tempur berada garis depan, termasuk Su-30MKI dan Mirage 2000. Dua jenis jet tempur itu ditempatkan untuk reaksi cepat dan kekuatan tempur telah meningkat di pangkalan udara di Jammu dan Kashmir. 

Militer maupun pemerintah kedua pihak secara resmi belum berkomentar atas laporan media tersebut.



Credit  sindonews.com


Rabu, 20 Maret 2019

Tegang dengan Pakistan, India Kerahkan Kapal Induk





Tegang dengan Pakistan, India Kerahkan Kapal Induk
Kapal induk INS Vikramaditya milik Angkatan Laut India. Foto/REUTERS


NEW DELHI - Angkatan Laut India telah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mengerahkan kapal selam nuklir, kelompok tempur kapal induk dan puluhan kapal angkatan laut lainnya ke Laut Arab Utara. Pengerahan puluhan kapal itu berlangsung di tengah ketegangan dengan Pakistan yang sedang memanas.

Pengerahan puluhan kapal militer itu untuk latihan perang skala besar di lepas pantai India di Laut Arab Utara.

Ketegangan kedua negara bersenjata nuklir itu dipicu serangan bom bunuh diri terhadap konvoi polisi paramiliter India wilayah Kashmir pada 14 Februari 2019. Serangan tersebut menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter dan memicu aksi saling serang kedua negara.

Angkatan Laut India mengatakan serangan pada Februari lalu telah mendorong Angkatan Laut untuk dengan cepat memindahkan kapal-kapalnya ke penyebaran operasional. Pengerahan puluhan kapal itu dimulai sejak hari Minggu.

"Pengerahan itu terdiri dari kapal selam nuklir, kelompok kapal induk INS Vikramaditya dan sejumlah kapal, kapal selam, dan pesawat terbang," bunyi pernyataan Angkatan Laut India, dikutip Bloomberg, Selasa (19/3/2019).

Pernyataan itu juga mencakup rincian tentang mobilisasi militer India setelah serangan teroris. "Sekitar 60 kapal angkatan laut, 12 kapal penjaga pantai dan 60 pesawat terlibat dalam latihan perang TROPEX," lanjut pernyataan itu.

Serangan di Kashmir mendorong India untuk meluncurkan serangan udara terhadap kamp pelatihan di Pakistan milik Jaish-e-Mohammed, sebuah kelompok yang berbasis di Pakistan yang mengklaim serangan bom bunuh diri di Kashmir.


Dalam serangan mendadak yang terpisah, Islamabad mengirim jet tempur untuk menyerang sasaran di India dan menembak jatuh sebuah pesawat Angkatan Udara India di wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan. Seorang pilot India ditangkap, tetapi kemudian dilepaskan lagi.

Abhijit Singh, mantan perwira Angkatan Laut India dan peneliti senior di kelompok think tank Observer Research Foundation di New Delhi mengatakan India mengikuti prosedur operasi standar dan tidak melakukan sesuatu yang luar biasa dengan memobilisasi kapalnya. 

"(Yang) sedang dibuat, Angkatan Laut India berada tepat di depan pintu Pakistan, tetapi tidak seperti itu, itu bukan eskalasi dari pihak India," kata Singh, yang menambahkan bahwa kapal-kapal yang berpartisipasi dalam latihan Angkatan Laut biasanya hanya membawa pasokan dan persenjataan yang minim.

India sebelumnya mengatakan angkatan bersenjatanya dalam kondisi siaga setelah Perdana Menteri Narendra Modi menyalahkan Pakistan atas serangan di Kashmir. Pada saat itu, para pejabat India membantah pernyataan Islamabad bahwa mereka telah mendeteksi dan mengusir kapal selam India dari perairan teritorial.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri India dan seorang juru bicara Angkatan Laut Pakistan tidak dapat segera berkomentar.





Credit  sindonews.com



Kematian pria di dalam tahan di Kashmir India picu unjuk rasa




Polisi India berusaha memblokir pendukung partai oposisi utama di Kashmir Partai Demokratik Rakyat (PDP) saat aksi unjuk rasa menentang pembatasan penjualan elpiji bersubsidi di Jammu, India, Jumat (12/10). Pemerintah India bulan lalu membatasi penjualan elpiji menjadi enam tabung gas per orang per tahunnya. (REUTERS/Mukesh Gupta )




Srinagar (CB) - Aksi-aksi unjuk rasa pecah di sejumlah bagian Kashmir yang dikuasai India pada Selasa, setelah polisi mengatakan seorang pria yang sedang diinterogasi terkait dengan penyelidikan keamanan meninggal dalam tahanan.

Protes tersebut merupakan gangguan-gangguan terbaru di salah satu kawasan yang dijaga paling ketat oleh militer di dunia.

Pria itu bernama Rizwan Asad Pandit, lulusan perguruan tinggi yang menekuni kimia dan mengajar di sekolah swasta, menurut keluarganya, telah ditahan sebagai bagian dari "investigasi kasus teror", kata seorang juru bicara polisi.

Menurut jubir itu, sebab-sebab kematiannya sedang diselidiki.

Zulkarnain Asad Pandit, saudara Rizwan, ragu bahwa investigasi akan mengungkap kebenaran.

"Kami menginginkan investigasi atas perkara itu tetapi kami tidak tahu apa-apa yang akan terjadi," katanya kepada Reuters. "Kami semua melihat investigasi-investigasi selama 20 tahun terakhir."

Para pemrotes melempar batu-batu ke arah polisi di beberapa bagian kawasan yang mayoritas berpenduduk Muslim setelah kabar mengenai kematian Rizwan. Toko-toko tutup di beberapa bagian kota utama Srinagar. Polisi menanggapi aksi-aksi itu dengan menembakkan gas air mata.

Ketegangan antara India dan Pakistan, dua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir, meningkat setelah serangan bom bunuh diri dengan menggunakan mobil yang menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India pada 14 Februari. India dan Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayah mereka tetapi memerintahnya masing-masing sebagian.

Satu kelompok militan yang berkedudukan di Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pakistan membantah keterlibatan tetapi India yang sudah lama menuding negara tetangganya itu mendukung para militan separatis memerangi pasukan keamanan di bagiannya di Kashmir.

India dan Pakistan sudah berperang tiga kali sejak tahun 1947, dua kali menyangkut wilayah Himalaya, yang terbagi itu.

Rizwan berasal dari keluarga yang mempunyai hubungan dengan Jamaat-e-Islami (JeI), kelompok politik yang menginginkan kemerdekaan Kashmir dari India. kata Zulkarnain.

Pemerintah India baru-baru ini melarang kelompok itu yang menuduhnya memiliki hubungan dengan organisasi-organisasi militan.

Pasukan keamanan telah menangkap ratusan anggota Jel sejak serangan bom 14 Februari. Kelompok tersebut membantah terkait dengan para militan.

"Dia sama sekali tak bersalah dan tak punya afiliasi dengan organisasi militan," kata Zulkarnain.

Beberapa tokoh politik terkemuka di Kashmir mengutuk kematian pria tersebut.

"Hukuman harus dijatuhkan kepada para pembunuh anak muda ini," cuit Omar Abdullah, mantan menteri besar negara itu di Twitter.





Credit  antaranews.com


Senin, 18 Maret 2019

Sumber: India dan Pakistan Saling Ancam Hujani Rudal



Sumber: India dan Pakistan Saling Ancam Hujani Rudal
Seorang perwira polisi India menembakkan gas air mata ke arah demonstran selama protes terhadap pembunuhan di Kashmir, di Srinagar 8 Mei 2018. Foto/REUTERS/Danish Ismail/File Photo


NEW DELHI - Konflik singkat antara India dan Pakistan pada bulan lalu berlanjut pada aksi saling ancam untuk menghujani rudal satu sama lain. Lima sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan hanya intervensi para pejabat Amerika Serikat, termasuk Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, yang bisa mencegah konflik menjadi lebih besar.

Pada satu tahap, India mengancam akan menembakkan setidaknya enam rudal ke Pakistan, dan Islamabad mengatakan akan menanggapi dengan serangan rudal tiga kali lipat. Hal itu dipaparkan diplomat Barat, sumber-sumber pemerintah di New Delhi, Islamabad dan Washington, yang dilansir Reuters, Senin (18/3/2019).

Cara di mana ketegangan tiba-tiba memburuk dan mengancam akan memicu perang antar-negara bersenjata nuklir itu menunjukkan bagaimana wilayah Kashmir—yang diklaim keduanya dan merupakan inti dari permusuhan mereka—tetap menjadi salah satu titik api paling berbahaya di dunia.

Perseteruan itu belum melampaui ancaman, dan tidak ada pernyataan bahwa misil yang terlibat itu tidak lebih dari senjata konvensional, tetapi kedua negara itu menciptakan kekhawatiran di kalangan resmi di Washington, Beijing dan London.

Kantor berita Reuters telah menyatukan semua peristiwa yang menyebabkan krisis militer paling serius di Asia Selatan sejak 2008 itu, serta upaya diplomatik bersama untuk membuat kedua pihak mundur.

Pertikaian yang mendidih pecah menjadi konflik akhir bulan lalu ketika pesawat-pesawat tempur India dan Pakistan terlibat dalam pertempuran udara di Kashmir pada 27 Februari, sehari setelah serangan oleh para jet tempur India yang diklaim ditargetkan terhadap sebuah kamp militan di Pakistan. Islamabad membantah ada kamp militan di daerah itu dan mengatakan bom-bom India meledak di lereng bukit yang kosong.


Dalam bentrokan pertama mereka sejak perang terakhir antara kedua negara pada tahun 1971, Pakistan menembak jatuh sebuah pesawat jet tempur India dan menangkap pilotnya setelah sang pilot terlontar dari pesawatnya di Kashmir yang dikuasai Pakistan.

Beberapa jam kemudian, video-video pilot India yang berdarah, diborgol dan ditutup matanya, muncul di media sosial. Dalam video itu, sang pilot mengidentifikasi dirinya dengan para interogator Pakistan, yang memperdalam kemarahan di New Delhi.

Perdana Menteri India Narendra Modi yang menghadapi pemilihan umum pada bulan April-Mei berada di bawah tekanan untuk merespons. 


Malam itu, Penasihat Keamanan Nasional India, Ajit Doval, berbicara mengenai jalur aman kepada kepala Intelijen Antar-Layanan Pakistan (ISI), Asim Munir, untuk memberitahunya bahwa India tidak akan mendukung kampanye baru "kontra terorisme" bahkan setelah enangkapan pilot. Hal itu diungkap sumber pemerintah India dan diplomat Barat yang mengetahui tentang percakapan tersebut kepada Reuters di New Delhi.

Menurut para sumber, Doval mengatakan kepada Munir bahwa pertarungan India dengan kelompok-kelompok militan yang bebas beroperasi dari tanah Pakistan siap untuk ditingkatkan.

Seorang menteri pemerintah Pakistan dan seorang diplomat Barat di Islamabad secara terpisah mengonfirmasi ancaman khusus India untuk menggunakan enam rudal pada sasaran di dalam wilayah Pakistan. Mereka tidak menentukan siapa yang memberikan ancaman atau siapa yang menerimanya, tetapi menteri itu mengatakan badan intelijen India dan Pakistan "berkomunikasi satu sama lain selama pertempuran, dan bahkan sekarang mereka berkomunikasi satu sama lain".

Pakistan mengatakan akan membalas serangan rudal India dengan lebih banyak hingga tiga kali lipat. Hal itu diungkap menteri tersebut kepada Reuters, yang berbicara dengan syarat anonim.

"Kami mengatakan jika Anda akan menembakkan satu rudal, kami akan menembakkan tiga. Apa pun yang akan dilakukan India, kami akan merespons tiga kali untuk itu, "kata menteri Pakistan itu.

Kantor Doval tidak menanggapi permintaan komentar. Seorang pejabat pemerintah mengatakan dalam menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar bahwa India tidak mengetahui adanya ancaman rudal yang dikeluarkan untuk Pakistan.

Militer Pakistan menolak berkomentar dan Munir tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar. Kementerian luar negeri Pakistan juga menolak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar.






Credit  sindonews.com





Empat tewas dalam ledakan kereta di Baluchistan Pakistan


Empat tewas dalam ledakan kereta di Baluchistan Pakistan

Ilustrasi - Pakistan (REUTERS/Akhtar Soomro/Files)




Quetta, Pakistan (CB) - Empat orang tewas dan 10 lainnya cedera di Pakistan, Minggu saat sebuah bom meledak di kereta yang tengah melaju di daerah kaya sumber daya alam, Baluchitta, tempat para pemberontak memerangi pasukan keamanan selama bertahun-tahun.

Belum segera ada yang mengaku bertanggungjawab, namun kelompok sempalan suku Baluch, yang memperjuangkan tindakan yang mereka sebut eksploitasi yang tidak adil atas gas dan sumber-sumber lain di provinsi mereka, pada masa lalu pernah melakukan serangan terhadap kereta api.

"Empat orang, seorang remaja putri dan ibunya dan dua orang lain terbunuh dalam ledakan," kata Irfan Bashir, kepala polisi di distrik Naseerabad, tempat ledakan terjadi, kepada Reuters.

Ledakan membuat enam rangkaian kereta anjlok, saat sedang melintas dari Peshawar di barat daya menuju Baluchistan, Ibu Kota Provinsi Quetta.

Kejadian ini merupakan serangan kedua dalam dua pekan di kawasan tersebut. Tidak ada korban jiwa dalam serangan sebelumnya, kata perwira polisi yang lain.

Baluchistan merupakan tempat penting bagi proyek-proyek energi dan transportasi yang merupakan bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan China, yang telah membawa investasi sebesar 57 miliar dolar ke Pakistan.

Kekerasan di provinsi tersebut yang berbatasan dengan Afghanistan dan Iran telah memicu kekhawatiran akan keamanan penanaman modal, khususnya yang terkait dengan jalur energi yang akan melayani dari China bagian barat menuju pelabuhan Gwadar di Pakistan selatan.




Credit  antaranews.com


Jumat, 15 Maret 2019

Eks Pejabat Militer India Sebut Jet Rafale Bisa Kalahkan Pakistan




Pilot Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, tertangkap mliter Pakistan setelah pesawat MIG-21 Bison tertembak jatuh F-16. 92newshd
Pilot Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, tertangkap mliter Pakistan setelah pesawat MIG-21 Bison tertembak jatuh F-16. 92newshd

CBNew Delhi – Bekas kepala staf angkatan udara India, Marsekal A. Y. Tipnis, mengatakan negaranya bisa mengalahkan jet tempur Pakistan jika telah mengoperasikan jet tempur buatan Prancis, Rafale.

India telah memulai pemesanan 36 jet tempur Rafale pada 2016. Namun, pengiriman jet tempur ini terhambat karena ada masalah pembayaran.
Tokoh oposisi Rahul Gandhi bahkan menuding PM India, Narendra Modi, terlibat korupsi dana pembelian jet tempur senilai US$8.7 miliar atau sekitar Rp124 triliun.

“Tujuan dari 24 jet tempur Pakistan adalah untuk menyerang Srinagar, pangkalan udara Awantipora. Jika India memiliki jet tempur Rafale saat itu, pilot angkatan udara dapat menghancurkan setidaknya 12 jet tempur Pakistan. Rafale akan menaikkan semangat pasukan,” kata Tipnis dalam sebuah forum seminar mengenai keamanan di New Delhi, India, pada Rabu, 13 Maret 2019.

Tipnis mengatakan ini terkait insiden pertempuran udara pada 27 Februari 2019 antara jet tempur MiG-21 Bison milik India dan Pakistan, yang diduga menggunakan F-26.

Pesawat tempur India menjatuhkan bom di wilayah Pakistan.[Aljazeera]


Pakistan mengklaim menembak jatuh dua jet tempur India dengan satu jet tempur mendarat di wilayah Kashmir yang dikontrol Islamabad. Satu pilot India berhasil ditahan dan kemudian dikembalikan ke New Delhi seperti dilansir Aljazeera.

Ini terjadi pasca serangan bom bunuh diri kelompok milisi ke pasukan paramiliter India di Kashmir, yang menewaskan sekitar 40 orang pada pertengahan Februari 2019. India menuding milisi itu berada di wilayah Pakistan dan mendapat perlindungan.
Baru-baru ini, dokumen mengenai kesepakatan pembelian jet tempur Rafale bocor ke publik setelah diberitakan oleh media The Hindu. Pemerintah India menuding media sengaja mempublikasikan informasi sensitif terkait kemampuan tempur jet Rafale.



Credit  tempo.co


Kamis, 14 Maret 2019

Pasukan India dan Pakistan Jual Beli Tembakan di Kashmir



Pasukan India dan Pakistan Jual Beli Tembakan di Kashmir
Pasukan India dan Pakistan terlibat baku tembak sengit di Jalur Kontrol (LoC), Kashmir. Foto/Ilustrasi


SRINAGAR - Pasukan India dan Pakistan kembali terlibat baku tembak sengit. Keduanya saling menargetkan posisi masing-masing di Jalur Kontrol (LoC), yang membagi wilayah Kashmir, kata para pejabat.

Kedua belah pihak terlibat baku tembak di distrik Poonch, sekitar 180 km barat daya Srinagar, Ibu Kota musim panas Kashmir yang dikuasai India.

"Pakistan hari ini kembali melepaskan tembakan tanpa sasaran yang menargetkan pos-pos terdepan pada pukul 10:00 waktu setempat di daerah Khari Karmara, sektor Gulpur," kata seorang pejabat. 

"Pihak kita juga memberikan balasan yang sesuai kepada pihak lain sebagai tanggapan," imbuhnya seperti dilansir dari Xinhua, Kamis (14/3/2019).

Baku tembak berlangsung selama beberapa jam dan kedua belah pihak menggunakan senjata kecil serta mortir untuk menargetkan posisi masing-masing.

Menurut para pejabat, sejauh ini tidak ada korban jiwa dalam pertempuran di kedua belah pihak.

Para pejabat mengatakan dua peluru, ditembakkan dari seberang LoC, mendarat di dekat pusat perdagangan di daerah Chakan da Bagh di Poonch, tetapi ledakan peluru itu tidak menyebabkan kerusakan.

Selama dua minggu terakhir, baku tembak kerap terjadi di LoC Kashmir. Aksi penembakan yang berlangsung setiap hari ini telah memaksa penduduk di kedua sisi untuk bermigrasi ke lokasi yang lebih aman.

Ketegangan terbaru antara New Delhi dan Islamabad tumbuh setelah India melakukan serangan udara di dalam Pakistan, memicu aksi balasan. Situasi ini telah menurun sampai batas tertentu setelah seruan untuk menahan diri dari beberapa negara.






Credit  sindonews.com






India Uji Coba Sistem Rudal Baru Dekat Perbatasan Pakistan



India Uji Coba Sistem Rudal Baru Dekat Perbatasan Pakistan
Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) dilaporkan telah melakukan uji coba sistem rudal Pinaka di wilayah dekat dengan perbatasan Pakistan. Foto/Istimewa


NEW DELHI - Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) dilaporkan telah melakukan uji coba sistem rudal Pinaka, di wilayah Pokharan di negara bagian Rajasthan, dekat dengan perbatasan Pakistan.

Senjata yang baru dikembangkan dan diuji ini dapat menghancurkan wilayah seluas 900 meter persegi pada jarak 20 hingga 90 kilometer. Sistem rudal Pinaka dapat menembakkan 12 roket dalam waktu 44 detik.

"Sistem senjata memengaruhi sasaran yang dituju dengan presisi tinggi dan mencapai akurasi yang diinginkan di semua misi. Sistem Telemetri melacak dan memantau kendaraan melalui jalur penerbangan. Semua tujuan misi telah dipenuhi," kata Kementerian Pertahanan India, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (13/3).

Sistem Pinaka ditenagai oleh motor berbahan bakar padat dan dapat dilengkapi dengan tiga hulu ledak, bahan peledak tinggi pra-terfragmentasi (PFHE), atau pembakar, atau hulu ledak ledak berkekuatan tinggi (RHE). Stabilisasi penerbangan disediakan oleh enam sirip sisi-lipatan-delta yang terpotong menuju bagian belakang roket.

Sistem Pinaka secara bertahap akan menggantikan SMERCH Rusia, yang dapat meratakan area seluas 1,1 kilometer persegi.

Dipercayai, meskipun tidak secara terbuka, bahwa sistem Pinaka mungkin telah dikembangkan untuk mengirimkan hulu ledak nuklir pada kisaran kecil. Waktu reaksi yang cepat dan laju tembakan yang tinggi memberikan keunggulan bagi tentara selama situasi konflik.

Menurut DRDO, kemampuan sistem untuk menggabungkan beberapa jenis hulu ledak membuatnya mematikan bagi musuh, karena bahkan dapat menghancurkan struktur padat mereka dan bunker yang tersebar di area seluas 900 meter persegi. 





Credit  sindonews.com



Rabu, 13 Maret 2019

Pakistan Tes 'Senjata Pintar' di Tengah Ketegangan dengan India



Pakistan Tes Senjata Pintar di Tengah Ketegangan dengan India
Jet tempur JF-17 Thunder milik Pakistan. Foto/Istimewa


ISLAMABAD - Angkatan Udara Pakistan berhasil menguji coba rudal jarak jauh terbaru buatan dalam negeri yang dikatakan sebagai senjata pintar. Pakistan juga menegaskan akan menanggapi dengan kekuatan penuh agresi asing.

Angkatan Udara Pakistan mengatakan senjata tersebut telah digunakan oleh JF-17 Thunder, jet tempur multirole buatan China-Pakistan. Senjata baru yang dimaksud tampaknya adalah sebuah rudal-ke-permukaan. Karakteristik rudal baru tersebut belum diketahui secara umum, namun digambarkan sebagai senjata pintar yang memiliki jangkauan "diperpanjang".

Sebuah video pendek dari tes tersebut telah dirilis, memperlihatkan sebuah jet tempur yang menembakkan rudal yang kemudian mengenai area yang telah ditargetkan di sebuah area latihan. Rekaman berakhir dengan masih menunjukkan kawah yang dibuat oleh rudal tersebut.

Pengembangan dan pengujian senjata baru yang sukses ini menuai pujian dari Kepala Staf Udara Pakistan, Mujahid Anwar Khan, yang memuji para insinyur dan ilmuwan negara atas capaian ini.

"Pakistan adalah negara yang cinta damai tetapi jika menjadi sasaran agresi oleh musuh, kami akan menanggapi dengan kekuatan penuh," pejabat itu memperingatkan seperti disitir dari RT, Rabu (13/3/2019).

Tes itu dilakukan di tengah-tengah perselisihan antara Pakistan dan India, yang berlanjut antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu sejak akhir Februari. Gejolak itu dipicu oleh bom bunuh diri mematikan di di wilayah Kashmir bagian India, yang menewaskan sekitar 40 polisi paramiliter. Serangan itu diklaim oleh kelompok militan yang bermarkas di Pakistan, mendorong India untuk melakukan serangan udara lintas perbatasan ke kamp-kamp militan. Pakistan merespons operasi New Delhi dengan menembaki dan membom sasaran di India.






Credit  sindonews.com




Berkonflik dengan India, Cina Sebut Pakistan 'Iron Brother'




PM Pakistan, Imran Khan (kiri) dan PM India, Narendra Modi (kanan), bertemu di rumah Modi pada 2015 sebelum Khan menjabat sebagai Perdana Menteri. Dailynews
PM Pakistan, Imran Khan (kiri) dan PM India, Narendra Modi (kanan), bertemu di rumah Modi pada 2015 sebelum Khan menjabat sebagai Perdana Menteri. Dailynews

CBBeijing – Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, menyebut Pakistan sebagai saudara yang kokoh atau ‘Iron Brother’ dan memintanya bekerja sama dengan India menurunkan eskalasi ketegangan.

“Cina memainkan peran vital dalam meredakan konflik antara Islamabad dan New Delhi, keduanya perlu bertemu untuk mendeeskalasi krisis,” kata Wang saat jumpa pers di sela-sela Kongres Nasional Rakyat ke – 13 seperti dilansir Sputnik News dan Samaa Tv pada Selasa, 12 Maret 2019.
Wang mengatakan Cina berharap Pakistan dan India mau memulai dialog untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dan menciptakan kerja sama lebih baik untuk masa depan.

“Cina berharap Pakistan dan India mau menggunakan krisis ini sebagai kesempatan untuk saling bertemu. Kami menyarankan kedua negara untuk segera membalik lembaran ini dan membangun hubungan fundamental jangka panjang yang lebih baik,” kata Wang.

Wang juga menegaskan naga Cina dan gajah India tidak bakal bertempur karena keduanya bakal saling berdansa.
Komentar Wang ini muncul beberapa hari setelah Wakil Menlu Cina, Kong Xuanyou, mengunjungi Islamabad pada 6 Maret 2019. Kong menyatakan dukungan Beijing kepada Paksitan untuk membangun perdamaian dan stabilitas di wilayah ini. Beijing juga mengakui upaya Pakistan dalam menangani aksi terorisme.
“Cina memperhatikan situasi saat ini antara Pakistan dan India, dan mengapresiasi sikap Pakistan yang tenang dan mengendalikan diri sejak awal, serta berupaya menurunkan temperatur dengan India lewat dialog,” kata Kong saat mengunjungi Islamabad.

Cina merupakan sekutu dekat Pakistan lewat investasi puluhan triliun dengan membangun Koridor Ekonomi Cina dan Pakistan. Ini merupakan proyek infrastruktur yang menghubungkan antara Provinsi Xinjiang dan Pelabuhan Laut Arab di Kota Gwadar di Provinsi Balochistan.


Seperti dilansir Reuters, hubungan Pakistan dan India sempat memanas pada Februari 2019 menyusul terjadinya serangan bom terhadap pasukan paramliter India di Kashmir, yang menewaskan sekitar 40 orang. India membalas dengan menyerang lokasi yang disebutnya sebagai kamp pelatihan milisi Jaish-e-Mohammed di perbukitan Kota Balakot, Pakistan.

Pakistan membalas dengan menyerang target non-militer di wilayah Kashmir, yang dikuasai India. Angkatan Udara Pakistan menyebut menembak dua jet tempur MiG-21 Bison milik India, yang menyebabkan satu jet tempur jatuh di wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan. Satu pilot ditahan dan telah dikembalikan sebagai gestur perdamaian.




Credit  tempo.co





Militer Diduga Kuasai Tambang Emas dan Tembaga Terbesar Pakistan



Parade militer Pakistan.[REUTERS / Faisal Mahmood]
Parade militer Pakistan.[REUTERS / Faisal Mahmood]

CB, Jakarta - Militer memiliki peran penting dalam pengembangan salah satu cadangan tembaga dan emas terbesar Pakistan yang belum dimanfaatkan, dan saat ini mandek oleh perselisihan multi-miliar dolar dengan perusahaan pertambangan asing.
Tambang emas dan tembaga Reko Diq menjadi ujian Perdana Menteri Imran Khan untuk menarik investasi asing ke Pakistan karena untuk mencegah krisis ekonomi yang memaksanya meminjam dana ke IMF.
Sepuluh pejabat pemerintah provinsi dan federal yang masih menjabat dan yang sudah purnabakti, serta sumber pertambangan yang akrab dengan proyek di wilayah Baluchistan mengatakan, militer telah menjadi suara paling penting tentang masa depan Reko Diq, yang dipandang sebagai aset nasional yang strategis, seperti dikutip dari Reuters, 12 Maret 2019.

Militer tidak hanya akan berada dalam posisi untuk memutuskan investor mana yang mengembangkan tambang, tetapi sebuah perusahaan teknik yang dikontrol tentara, Frontier Works Organization (FWO), memposisikan dirinya untuk menjadi anggota konsorsium yang terlibat, kata sumber.
"(tambang) ini telah diambil alih oleh GHQ," kata seorang pejabat senior pemerintah Baluchistan, merujuk pada Markas Besar Jenderal Angkatan Darat Pakistan di kota garnisun Rawalpindi.
"(Militer) hanya dapat berpartisipasi dalam rencana pengembangan pemerintah Reko Diq, sesuai dengan persyaratan nasional," kata kantor juru bicara militer menanggapi laporan ini.

Tetapi pihaknya mengakui bahwa FWO, yang terkenal karena membangun jalan melalui wilayah perbatasan Pakistan yang ekstrem dan tak terjangkau hukum, telah mengembangkan kemampuan penambangan "substansial" dalam beberapa tahun terakhir dan akan tertarik untuk mengambil peran dalam proyek tersebut.
"Jika ada peluang untuk berpartisipasi dalam mengembangkan Reko Diq, FWO dapat bekerja sama dengan perusahaan pesaing lainnya (atau) asalkan proyek tersebut layak secara finansial (atau) sesuai," kata jubir militer.

Reko Diq, aset cadangan emas terbesar Pakistan.[The Express Tribune]
Menteri Informasi dan Komunikasi Pakistan Fawad Chaudhry mengatakan, otoritas sipil di provinsi Baluchistan barat daya yang dilanda pemberontakan bertanggung jawab atas Reko Diq dan, bersama dengan PM Khan, akan mengambil keputusan. Namun, ia menambahkan bahwa militer dan semua pemangku kepentingan lainnya jelas merupakan pemain penting.

FWO mengajukan pertanyaan ke kantor juru bicara militer. Juru bicara Khan Iftikhar Durrani mengatakan provinsi Baluchistan bertanggung jawab atas Reko Diq, dan mengajukan pertanyaan kepada pemerintah provinsi dan kantor juru bicara militer.

Manuver di belakang proyek ini menunjukkan bagaimana militer, yang secara historis mendikte keamanan dan kebijakan luar negeri Pakistan, meningkatkan kekuasaannya atas pemerintah sipil di tingkat federal dan provinsi untuk mengukir peran yang tumbuh dalam urusan ekonomi negara.Polemik penguasaan tambang emas Reko Diq, menunjukkan bagaimana militer telah memerintah negara yang memiliki senjata nuklir selama hampir setengah sejarah Pakistan dan dianggap memiliki pengaruh besar terhadap pemerintahan Imran Khan yang baru terpilih.





Credit  tempo.co




Selasa, 12 Maret 2019

Pemilu India, PM Modi Diuntungkan dari Konflik India - Pakistan


Perdana Menteri India Narendra Modi saat berbicara dalam pembukaan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 23 Januari 2018. REUTERS
Perdana Menteri India Narendra Modi saat berbicara dalam pembukaan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 23 Januari 2018. REUTERS

CB, Jakarta - Inkumben Perdana Menteri Narendra Modi diperkirakan meraup keuntungan dari ketegangan antara India dengan Pakistan soal Kashmir dalam pemilu tahun ini. Pemilu India yang dimulai pada 11 April mendatang akan menjadi pesta demokrasi terbesar di dunia karena 900 juta warga India akan menggunakan hak pilih. Selain itu. 15 juta di antaranya berusia 18 dan 19 tahun akan memberikan hak pilihnya untuk pertama kali.

"Untuk pertama kalinya saya akan memilih Narendra Modi, karena saya menyukai apa yang telah ia lakukan terhadap Pakistan," kata Anjali Tivari ketika ia menjemput putranya dari sekolah di Mumbai.
"Saya terkesan. Dia memberikan jawaban yang tepat untuk Pakistan," dikutip dari Reuters, Senin, 11 Maret 2019.

Ketua KPU Sunil Pemilu kepada wartawan mengatakan, pemilu akan digelar selama satu bulan lebih karena ini merupakan pemilu terbesar.
Sampai beberapa minggu lalu, lapangan pekerjaan langka dan turunnya harga pertanian membuat popularitas Modi menjadi kurang baik. Namun dari hasil jajak pendapat menunjukkan Partai BJP yang saat ini berkuasa memiliki keuntungan yang jelas setelah kontak senjata terjadi antara angkatan bersenjata India dengan Pakistan. Hal tersebut dikatakan memicu semangat patriotik India.
Inkumben Perdana Menteri Narendra Modi diperkirakan meraup keuntungan dari ketegangan India dengan Pakistan soal Kashmir dalam pemilu kali ini

Alhasil, sebanyak 543 kursi parlemen yang diperebutkan, 241 kursi di antaranya bisa beralih ke aliansi yang berkuasa yakni Modi, dibandingkan dengan 141 kursi aliansi oposisi yang dipimpin partai Kongres.
Pada survey yang dirilis pada Januari lalu sebelum ketegangan terjadi dengan Pakistan menunjukkan, BJP tidak mampu meraup jumlah suara mayoritas.
Pada pemilu 2014, BJP memenangkan 282 dari 543 kursi yang diperebutkan.Ini merupakan pertunjukan terkuat dalam tiga dekade pemilu parpol.

Partai oposisi utama, Kongres pada akhir tahun lalu mampu mengalahkan BJP di tiga daerah pedesaan dan sedang mencoba untuk menyatukan partai-partai tingkat regional dan berbasis kasta untuk menggulingkan Modi.
Partai Kongres yang dikendalikan oleh dinasti Nehru-Gandhi, mengandalkan kebencian pemilih untuk mendorong aliansi oposisi untuk mendapatkan kemenangan dalam pemilu India April mendatang.






Credit  tempo.co



Pakistan: MiG-21 Tembak Jatuh Jet F-16, Klaim India Menyesatkan



Pakistan: MiG-21 Tembak Jatuh Jet F-16, Klaim India Menyesatkan
Pesawat jet tempur F-16 buatan Amerika Serikat. Foto/REUTERS


ISLAMABAD - Pemerintah Pakistan secara resmi telah menolak klaim India bahwa pesawat jet tempur MiG-21 Bison New Delhi menembak jatuh jet tempur F-16 Islamabad, 16 Februari lalu. Menurut Islamabad, klaim itu sudah menyesatkan demi kepentingan politik domestik.

Bantahan itu disampaikan Kantor Kementerian Luar Negeri Pakistan. Bantahan itu muncul tak lama setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri India Raveesh Kumar mengatakan pada konferensi pers di New Delhi hari Sabtu bahwa sebuah jet tempur MiG-21 Bison, yang dipiloti Komandan Sayap Abhinandan Varthaman, menembak jatuh jet tempur F-16 Pakistan. Menurut Kumar ada saksi mata serta bukti elektronik atas klaim tersebut.

"Pemerintah dan media India terus menyebarkan disinformasi untuk menyesatkan komunitas internasional, dan orang-orang India, demi keuntungan politik dalam negeri, sambil berusaha menutupi kegagalannya dan memalukan," kata Kantor Kementerian Luar Negeri Pakistan, yang dilansir New Indian Express, Senin (11/3/2019).

"Klaim palsu tentang pesawat India yang menembak jatuh pesawat F-16 Pakistan sama sekali tidak berdasar, yang dimaksudkan hanya untuk memuaskan penonton domestik India, tetapi dalam prosesnya mereka juga membongkar kebohongan mereka satu demi satu," lanjut kementerian itu.

New Delhi pada hari Sabtu juga mengatakan bahwa mereka telah meminta Amerika Serikat (AS) untuk turut memeriksa apakah penggunaan F-16 terhadap India sesuai dengan syarat dan ketentuan penjualan pesawat tempur ke Islamabad.

Kementerian Luar Negeri Pakistan juga menolak klaim India bahwa kelompok Jaish-e-Mohammed (JeM) yang berbasis di Pakistan berada di belakang serangan teror Pulwama. Serangan, lanjut kementerian tersebut, berasal dari "pribumi", termasuk penggunaan bahan peledak dan kendaraan lokal, yang jaraknya beberapa mil dari Garis Kontrol (LoC) Kashmir.

Serangan bom itu menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter India yang sedang konvoi.

Versi India, serangan pada 14 Feburari 2019 itu diklaim dilakukan seorang pembom bunuh diri kelompok Jaish-e-Mohammed.

Serangan itu memicu kemarahan India, di mana jet-jet tempurnya membombardir kamp-kamp pelatihan Jaish-e-Mohammed di Balakot, Pakistan, pada 26 Februari. 

Pada hari berikutnya, Angkatan Udara Pakistan membalas dan menjatuhkan MiG-21 dalam pertempuran udara dan menangkap pilot India Abhinandan Varthaman. Pilot tersebut sudah diserahkan ke India pada 1 Maret sebagai langkah nyata Pakistan untuk perdamaian.




Credit  sindonews.com



Erdogan-Modi bahas peristiwa perbatasan Pakistan-India


Erdogan-Modi bahas peristiwa perbatasan Pakistan-India

Presiden Turki Tayyip Erdogan. ((Bozoglu/Pool via Reuters))




Ankara (CB) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membahas perkembangan terkini di sepanjang perbatasan Pakistan-India dengan perdana menteri India melalui telepon, kata beberapa sumber Turki pada Senin.

Di dalam satu pernyataan, Direktorat Komunikasi Presiden Turki mengatakan percakapan telepon antara Edogan dan Narendra Modi tersebut juga membahas hubungan bilateral, demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam.

Pada penghujung Februari, Erdogan mengadakan pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan guna membahas peristiwa saat ini antara kedua negara bertetangga itu.

Pada 8 Maret, Erdogan juga membahas ketegangan Pakistan-India dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui telepon.





Credit antaranews.com



Senin, 11 Maret 2019

Otoritas India Sebut Pakistan Sembunyikan Informasi ke Jurnalis



Citra satelit menunjukkanmMadrasah yang didirikan Jaish-e-Muhammad berdiri tegak tanpa mengalami kerusakan saat pesawat tempur India menjatuhkan bom di wilayah perbatasan Pakistan yang didiami etnis Kashmir. [Al Jazeera]
Citra satelit menunjukkanmMadrasah yang didirikan Jaish-e-Muhammad berdiri tegak tanpa mengalami kerusakan saat pesawat tempur India menjatuhkan bom di wilayah perbatasan Pakistan yang didiami etnis Kashmir. [Al Jazeera]

CBNew Delhi – Pemerintah India mengatakan otoritas Pakistan menyembunyikan banyak hal dengan mencegah jurnalis mendatangi lokasi yang menjadi serangan udara pesawat jet tempur India di wilayah Pakistan.

Otoritas Pakistan telah melarang rombongan jurnalis dari Reuters yang ingin mengunjungi kawasan perbukitan di Pakistan timur laut dengan alasan adanya gangguan keamanan. Ada sejumlah gedung madrasah dan sekelompok gedung lain dibangun di kawasan perbukitan di Kota Balakot ini.
“Fakta bahwa Pakistan sekarang menolak akses jurnalis untuk mengunjungi lokasi itu menunjukkan mereka menyembunyikan banyak hal,” kata juru bicara kemenlu India, Raveesh Kumar, kepada media seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 9 Maret 2019.

Otoritas India sebelumnya mengklaim telah berhasil menghancurkan kamp pelatihan milisi Jaish-e-Mohammed di kawasan perbukitan ini. Namun, foto satelit menunjukkan bangunan fisik tetap utuh. Dan otoritas Pakistan menunjukkan jet tempur India menjatuhkan bom di kawasan hutan.

Penampakan lokasi yang diyakini tempat dijatuhkannya bom pesawat militer India di Balakot, Pakistan 26 Februari 2019. [Inter Service Public Relation (ISPR) / REUTERS]
Kumar tetap berkukuh klaim India sebelumnya yang menyatakan serangan tempur berhasil menewaskan sekitar 300 teroris sebagai hal yang benar. Dia mengatakan ini setelah salah satu jurnalis bertanya mengenai bukti foto satelit yang menunjukkan gedung madrasah dan bangunan di perbukitan Kota Balakot utuh.

Hubungan India dan Pakistan sempat menegang setelah terjadinya bom bunuh diri terhadap paramiliter di Kashmir yang menewaskan sekitar 40 orang tentara India.

Seperti dilansir India Today, India membalas dengan menyerang kamp JeM di Kota Balakot karena milisi itu mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kashmir. Pakistan mengecam serangan lintas batas jet tempur India dan mengerahkan sejumlah jet tempur untuk menyerang posisi non-militer di Kashmir. Satu jet tempur India MiG-21 Bison terjatuh karena tertembak jet tempur F-26 milik angkatan udara Pakistan. Pilot yang selamat tertangkap militer Pakistan dan diserahkan kepada pemerintah India sebagai gestur perdamaian.





Credit  tempo.co





Rouhani Desak Pakistan Tindak Tegas Kelompok Militan



Rouhani Desak Pakistan Tindak Tegas Kelompok Militan
Presiden Iran Hassan Rouhani mendesak Pakistan menindak tegas kelompok militan. Foto/Istimewa


TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani menyerukan kepada Pakistan untuk bertindak tegas terhadap kelompok militan yang berada di belakang serangan bunuh diri mematikan di daerah perbatasan. Menurutnya, tidak adanya tindakan dari Islamabad dapat membahayakan hubungan antara tetangga.

Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan pernyataan Rouhani muncul dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.

"Kami sedang menunggu operasi Anda yang menentukan terhadap para teroris ini," tulis IRNA mengutip perkataan Rouhani kepada Khan.

"Kita seharusnya tidak membiarkan puluhan tahun persahabatan dan persaudaraan antara kedua negara terpengaruh oleh tindakan kelompok-kelompok teroris kecil, sumber yang pendanaan dan persenjataannya diketahui oleh kita berdua," sambung Rouhani seperti dikutip dari Reuters, Minggu (10/3/2019).

Dalam pembicaraan itu, Khan mengatakan ia akan segera memiliki kabar baik untuk Iran.

"Adalah kepentingan Pakistan sendiri untuk tidak mengizinkan wilayah kami digunakan oleh kelompok-kelompok teroris, dan tentara Pakistan siap menghadapi para teroris dengan lebih tegas dengan informasi yang diberikan oleh Iran," ucap Khan.

Khan mengatakan pasukan Pakistan mendekati tempat persembunyian teroris dan akan segera ada "kabar baik" bagi Iran, lapor IRNA.

Seorang pembom bunuh diri menewaskan 27 anggota Garda Revolusi Iran pada pertengahan Februari lalu di wilayah tenggara di mana pasukan keamanan menghadapi peningkatan serangan oleh kelompok militan.

Kelompok Jaish al Adl (Tentara Keadilan), yang mengatakan pihaknya meminta hak yang lebih besar dan kondisi kehidupan yang lebih baik untuk etnis minoritas Baluchis, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. 

Iran menyalahkan saingan regionalnya, Arab Saudi, dan musuh bebuyutannya, Israel serta Amerika Serikat atas serangan dan serangan lintas-perbatasan lainnya, sebuah tuduhan yang ditolak oleh negara-negara tersebut.



Credit  sindonews.com



Berangus Teroris, Iran-Pakistan Perkuat Kerjasama Intelijen



Berangus Teroris, Iran-Pakistan Perkuat Kerjasama Intelijen
Kesepakatan itu dicapai saat Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan melakukan pembicaraan dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani melalui sambungan telepon. Foto/Istimewa


ISLAMABAD - Pakistan dan Iran dilaporkan telah sepakat untuk memperkuat kerjasama intelijen guna memerangi terorisme di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik antara kedua negara. Hubungan kedua negara memanas setelah serangan bom bunuh diri yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris yang berbasis di Pakistan dan menewaskan 27 tentara Iran.

Menurut kantor Perdana Menteri Pakistan, kesepakatan itu dicapai saat Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan melakukan pembicaraan dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani melalui sambungan telepon.

"Perdana Menteri, Imran Khan mengadakan pembicaraan telepon dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani sebagai bagian dari kontaknya untuk memberi pengarahan singkat kepada negara-negara regional penting dan para pemimpin mereka tentang situasi regional," kata kantor Khan.

"Dia juga menyatakan belasungkawa yang tulus atas serangan teroris baru-baru ini, di mana 27 tentara Iran tewas. Keduanya sepakat tentang perlunya kerja sama yang lebih erat antara dua badan intelijen dalam memerangi terorisme," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (11/3).

Sementara itu, menurut kantor Khan, pada gilirannya Rouhani mengatakan, Pakistan dan Iran adalah tetangga dan saudra yang terhubung melalui hubungan budaya dan orang-ke-orang yang telah selama berabad-abad.

"Peran mereka akan tetap menjadi pusat dalam mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan pembangunan ekonomi di kawasan," tukasnya. 





Credit  sindonews.com




Jumat, 08 Maret 2019

Desak Militan, Pakistan Ambil Kendali 182 Sekolah Agama


Desak Militan, Pakistan Ambil Kendali 182 Sekolah Agama
Ilustrasi. (REUTERS/Fayaz Aziz)




Jakarta, CB -- Pakistan mengaku telah mengambil kendali atas 182 sekolah agama dan menahan lebih dari 100 orang sebagai upaya mendesak kelompok-kelompok militan yang dilarang di negara tersebut.

Kementerian dalam negeri Pakistan mengatakan itu adalah bagian dari upaya yang telah direncanakan lama, bukan sebagai tanggapan terhadap kemarahan India atas apa yang disebut New Delhi sebagai kegagalan Islamabad untuk mengendalikan kelompok-kelompok militan yang beroperasi di tanah Pakistan.

Pakistan menghadapi tekanan dari kekuatan global untuk bertindak terhadap kelompok-kelompok yang melakukan serangan di India, termasuk Jaish-e-Mohammed (JeM), yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan 14 Februari dan menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India.


"Pemerintah provinsi telah mengambil manajemen kontrol dan administrasi 182 seminari (madaris)", kata kementerian dalam negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan yang merujuk pada sekolah-sekolah agama," seperti dikutip dari Reuters, Kamis (7/3). 

Kementerian juga menyebut lembaga penegak hukum Pakistan pun telah menangkap 121 orang di bawah penahanan preventif sampai hari ini.

Apa yang harus dilakukan dengan madrasah adalah masalah pelik di Pakistan, sebuah negara Muslim yang sangat konservatif di mana sekolah-sekolah agama sering disalahkan karena radikalisasi anak-anak tetapi merupakan satu-satunya pendidikan yang tersedia bagi jutaan anak-anak miskin.

Banyak grup terlarang seperti JeM menjalankan seminari. Pakaian terlarang lainnya, Jamaat-ud-Dawa (JuD), yang menyebut dirinya amal Islam dan mengoperasikan operasi kesejahteraan yang besar, diperkirakan menjalankan sekitar 300 madrasah di seluruh negeri.

Kementerian dalam negeri mengatakan lembaga-lembaga lain dari berbagai kelompok telah diambil alih, termasuk 34 sekolah atau perguruan tinggi, 163 tempat pengeluaran obat, 184 ambulan, lima rumah sakit dan delapan kantor organisasi terlarang. 





Credit  cnnindonesia.com